Publicly Pengaruh Durasi Shot Dan Tempo Narasi Terhadap Kemampuan Mengingat Pesan Video Jambu Kristal (Psidium Guajava L.).
5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif;
6. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.
Mengutip pendapat Ardianto et al 2004 dalam Nurfalah 2007, jika ditinjau dari stimulasi alat indera maka karakteristik media audio visual
khususnya televisi adalah sebagai berikut: 1. Audio Visual
Media audio visual memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat. Kedua unsur tersebut haruslah ada kesesuaian yang harmonis, tidak
ada satu unsur yang lebih penting daripada yang lain. Leeuwis 2009; Gozalli 1986; Goldberg 1985; Nielsen 1981, mengatakan bahwa media
audio visual memiliki kelebihan berupa daya tarik yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan media visual seperti foto, koran, slide, dan
sebagainya, media audio seperti radio dan rekaman suara, maupun komunikasi interpersonal. Namun demikian media ini tetap memiliki
kekurangan, di antaranya adalah dalam satu kali tayang, berarti penonton hanya akan melihat maupun mendengar informasi satu kali atau selintas,
sehingga jika informasi tersebut tidak dapat dimaknai dengan cepat maka penonton akan kehilangan informasi tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi
pemahaman isi tayangan secara keseluruhan. Meskipun pada media video atau slide bersuara, penonton dapat mengulang informasi tersebut dengan
memutarnya kembali di lain waktu jika memungkinkan.
2. Berpikir dalam Gambar think in picture Dalam membuat sebuah tayangan audio visual, kita mengenal adanya tiga
tahapan yaitu: Penulisan Naskah
Seorang penulis naskah harus dapat membayangkan gambaran keseluruhan tayangannya dalam bentuk tulisan naskah. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah dalam proses visualisasi dan editing, karena naskah amat berperan penting sebagai panduan dalam pembuatan
tayangan audio visual.
Visualisasi Secara sederhana, visualisasi berarti menerjemahkan kata-kata dalam
naskah yang mengandung gagasan, menjadi gambar secara individual. Penulis naskah dan juru kamera harus bekerjasama untuk menunjukkan
obyek-obyek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikan sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna.
Editing Selanjutnya adalah tahap editing, atau kegiatan merangkai gambar-gambar
individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Pada tahap ini, seorang editor harus dapat menggabungkan
gambar per gambar, menjadi sequences, hingga menjadi satu tayangan yang utuh beserta narasi dan musik pengiring atau latar backsound.