diinginkan bukan lagi kekuasaan tetapi pelayanan. PLN sebagai BUMN diharapkan bisa dengan sebaik-baiknya melayani masyarakat. Bagi PLN
sendiri, melalui UU 30 Tahun 2009 akan lebih mudah melakukan investasi. Bukan hanya PLN, swasta dan pemerintah daerah diharapkan akan ikut
berperan di dalamnya. Di sisi lain Dengan adanya UU ini PLN bukan lagi sebagai PKUK Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan seperti dalam UU
No 15 tahun 1985 atau UU Kelistrikan sebelumnya yang secara eksplisit menyatakan PLN sebagai pemegang usaha PKUK. Dalam UU baru ini
ditegaskan bahwa PLN diberi prioritas dalam pengembangan listrik. Dalam UU ini juga diperkenankan adanya pemberlakukan regionalisasi tarif.
Regulasi lainnya yang mengatur proses bisnis PLN secara spesifik terkait dengan harga layanan kepada masyarakat adalah Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan Persero PT Perusahan Listrik
Negara. Pada Lampiran VIII, butir e. Berdasarkan Kepres tersebut, yang mengatur tentang Layanan Khusus, disebutkan bahwa tarif Layanan Khusus
kepada pelanggan setinggi-tingginya adalah Rp. 1450,- per kWh yang jauh dari harga layanan biasa.
3.1.4. Teknologi dan Ranatai Pasok
Bisnis kelitrikan merupakan industry yang bersifat padat modal dan teknologi. PLN sebgi pemain utama dalam bisnis kelistrikan merupakan
leader dalam penguasaan teknolgi kelistrikan. Ketersediaan dan kontinuitas pasokan energi primer makin terbatas. Di samping itu fluktuasi harganya juga
makin tinggi, dipengaruhi oleh nilai tukar USD dan harga minyak dunia.
3.1.5. Sosial, Budaya, dan Lingkungan
Tidak bisa dipungkiri, setiap ada kenaikan TDL selalu mendapatkan reaksi negative dari masyarakat, baik masyarakat awam, pelaku bisnis
bahkan dari politisi. Mereka beranggapan bahwa kenaikan TDL hanya menambah penderitaan rakyat yang sedang terpuruk. Pada umumnya
mereka meminta agar PLN melakukan efisiensi secara optimal serta meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat sebelum melakukan
kenaikan TDL.
2
Dari kajian lingkungan eksternal di atas, maka factor-faktor lingkungan selanjutnya dikelompokan ke dalam Opportunities dan Threats. Setelah
peluang dan ancaman diperoleh, tahap selanjutnya adalah membuat table “External Stategic Factor Analysis Summary” yaitu dengan melakukan
perhitungan Bobot a dan Rating b point masing-masing faktor serta jumlah total perkalian Bobot dan Rating c = a x b pada setiap faktor.
Menghitung bobot a masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau
mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran bobot sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim
digunakan adalah dari 0 sampai 1, dengan asumsi nilai 0 berarti skor yang paling rendah, yang menunjukkan bahwa factor tersebut tidak berpengaruh
terhadap bisnis perusahaan dan 1 berarti skor yang peling tinggi, yang menunjukkan bahwa factor tersebut sangat berpengaruh terhadap bisnis
perusahaan. Perhitungan rating b masing-masing point faktor dilaksanakan secara
saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya.
Sehingga rentang nilainya sama dengan banyaknya faktor yang ada, dalam hal ini antara 1 dan 5. Rating 5 menunjukkan bahwa factor tersebut paling
berpengaruh terhadap binis perusahaan jika dibandingkan dengan factor lainnya, sebaliknya bobot 1 menunjukkan bahwa factor tersebut paling kecil
pengaruhnya terhadap bisnis perusahaan jika dibandingkan dengan factor lainnya.
Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel xx
External Strategic Factor Summary
Key External Factor Weight
a Rating
b Score
c Opportunity
a. Subsidi masih ditanggung pemerintah
1,00 3
3,00 b.
Pertumbuhan sector industry cukup tinggi 0,75
4 3,00
c. Regulasi yang ada masih memungkinkan PLN untuk
menjual dengan harga lebih tinggi dari tarif umum 0,25
5 1,25
d. Belum ada pesaing yang siginfikan
0,75 2
1,50 e.
Dukungan pemerintah cukup baik 0,75
1 0,75
Threats a.
Penolakan parlemen untuk kenaikan TDL 1,00
1 0,25
3
b. Penolakan masyarakat untuk kenaikan TDL
1,00 5
3,75 c.
Kemampuan pemerintah terbatas 0,75
2 1,00
d. Gejolak harga minyak dunia yang tinggi
0,75 4
3,00 e.
Ketersediaan energy primer makin terbatas 0,50
3 2,25
3.2. Analisa Kondisi Internal 3.2.1.