Faktor Politik Faktor Peraturan dan Undang-undang Faktor Hukum

BAB III PERUMUSAN OFI DAN PEMBAHASAN Untuk mencari perumusan OFI dilakukan melalui analisa situasi lingkungan eksternal dan kondisi internal PLN dengan menggunakan metode SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal dalam dan faktor eksternal luar yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. 3.1. Analisa Lingkungan Eksternal 3.1.1. Faktor Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Menurut data dari BPS Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibanding tahun 2010. Nilai Produk Domestik Bruto PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai Rp 2.463,2 triliun, sedangkan pada tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 2.313,8 triliun dan Rp 2.178,9 triliun. Laju prtumbuhan ekonomi Indonesia ini memacu pertumbuhan sektor ketangalistrikan di Indonesia yang mencapai 4,8 pada tahun 2011. Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, membuka peluang pemasaran kepada pelanggan Industri maupun Bisnis di Indonesia.

3.1.2. Faktor Politik

Faktor Politik yang terjadi di Indonesia berpengaruh pada perkembangan PLN, terutama dalam menetapkan Tarif Dasar Listrik TDL. Sebagai contoh, setiap kali ada issue kenaikan TDL hamper dipastikan akan memicu reksi penolakan dari politisi. Begitu kentalnya nuansa politk terhadap kenaikan TDL.

3.1.3. Faktor Peraturan dan Undang-undang Faktor Hukum

Regulasi yang mengatur ketenagalistrikan di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. UU ini memiliki pendekatan yang berbeda, orientasi yang 1 diinginkan bukan lagi kekuasaan tetapi pelayanan. PLN sebagai BUMN diharapkan bisa dengan sebaik-baiknya melayani masyarakat. Bagi PLN sendiri, melalui UU 30 Tahun 2009 akan lebih mudah melakukan investasi. Bukan hanya PLN, swasta dan pemerintah daerah diharapkan akan ikut berperan di dalamnya. Di sisi lain Dengan adanya UU ini PLN bukan lagi sebagai PKUK Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan seperti dalam UU No 15 tahun 1985 atau UU Kelistrikan sebelumnya yang secara eksplisit menyatakan PLN sebagai pemegang usaha PKUK. Dalam UU baru ini ditegaskan bahwa PLN diberi prioritas dalam pengembangan listrik. Dalam UU ini juga diperkenankan adanya pemberlakukan regionalisasi tarif. Regulasi lainnya yang mengatur proses bisnis PLN secara spesifik terkait dengan harga layanan kepada masyarakat adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan Persero PT Perusahan Listrik Negara. Pada Lampiran VIII, butir e. Berdasarkan Kepres tersebut, yang mengatur tentang Layanan Khusus, disebutkan bahwa tarif Layanan Khusus kepada pelanggan setinggi-tingginya adalah Rp. 1450,- per kWh yang jauh dari harga layanan biasa.

3.1.4. Teknologi dan Ranatai Pasok