Latar Belakang Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame yang diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan dengan Lama Perendaman yang Berbeda.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kelautan Perikanan KKP menargetkan produksi perikanan budidaya meningkat hingga 353 pada tahun 2014. Salah satu spesies yang menjadi unggulan dalam progam tersebut adalah ikan gurame. Pemerintah menargetkan peningkatan produksi untuk ikan gurame sebesar 48.900 ton pada tahun 2014 atau meningkat 27 dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya sebesar 46.452 ton KKP, 2010. Ikan gurame merupakan jenis ikan herbivora dan memiliki harga jual yang relatif tinggi, untuk benih ukuran 2-3 cm dijual seharga Rp 130ekor, ukuran 4-5 cm Rp 700-1.200ekor dan ukuran dagingkonsumsi Rp 25.000-Rp 30.000kg Dinas Perikanan Jakarta, 1997. Harga ikan gurame relatif stabil serta permintaan yang masih tinggi di Pulau Jawa, seperti Jakarta yang mencapai 22,5 tonhari pada tahun 2010 KKP, 2010. Kendala dalam pengembangan kegiatan budidaya ikan gurame adalah ikan ini memiliki laju pertumbuhan yang lambat sehingga dibutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai ukuran konsumsi, dengan tebar awal benih ukuran panjang tubuh 2-3 cm dibutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun untuk mencapai ukuran konsumsi sebesar 500 g. Peningkatan laju pertumbuhan merupakan salah satu solusi peningkatan produksi ikan gurame. Pertumbuhan yang lambat dapat memakan biaya produksi yang cukup tinggi, ditambah dengan risiko selama pemeliharaan yang dapat menurunkan omset petani. Hal ini dapat menjadi hambatan utama dalam pengembangan budidaya, sehingga dibutuhkan metode yang cepat untuk meningkatkan pertumbuhan. Perbaikan pertumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti rekayasa individupopulasi misal: seleksi individu dan famili, rekayasa molekular yaitu: rekayasa DNAgen dan rekayasa hormonal rekombinan hormon. Tingkat perbaikan dengan metode seleksi pada ikan gurame membutuhkan waktu sekitar 2-3 tahun setiap generasinya dan hanya mengalami perbaikan rata-rata 10 per generasi sehingga diperlukan waktu relatif lama untuk mencapai tingkat perbaikan yang signifikan. Sebagai contoh, aplikasi metode seleksi pada ikan nila membutuhkan waktu 10 tahun untuk 12 generasi dengan kecepatan tumbuh 12,4 per generasi Bolivar et al., 2002. Perbaikan dari segi molekular juga dapat dilakukan dengan metode transfer gen, dengan perbaikan kecepatan tumbuh sekitar 100-3.000 bisa diperoleh lebih cepat pada generasi ketiga. Namun demikian, seperti disebutkan sebelumnya bahwa ikan gurame lambat untuk mencapai matang gonad pertama kali, sehingga diperlukan lebih dari 6 tahun untuk memperoleh ikan gurame transgenik yang tumbuh cepat, selain itu penerapan transgenik juga memiliki kesulitan karena pemijahan buatan ikan gurame sebagai persyaratan belum dikuasai dengan baik. Alimuddin et al., 2010. Penerapan rekayasa hormonal pada ikan sudah digunakan pada tingkat reproduksi seperti penggunaan “Ovaprim” untuk menstimulasi pemijahan pada ikan, yang merupakan campuran antara analog dari salmon gonadotropin releasing hormon sGnRH-LHRH dan domperidone Nandeesha et al., 1990 dan penggunaan metiltestosteron untuk pengarahan jenis kelamin pada ikan. Pada rekayasa pertumbuhan, aplikasi penggunaan rekombinan hormon pertumbuhan growth hormonerGH merupakan salah satu cara untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan. GH merupakan polipeptida rantai tunggal dengan ukuran sekitar 22 kDa yang dihasilkan di kelenjar pituitari dengan fungsi pleiotropik pada setiap hewan vertebrata Rousseau Dufour, 2007 dalam Acosta et al., 2009. Beberapa penelitian sudah menerapkan teknologi rekombinan GH rGH untuk mempercepat pertumbuhan ikan, seperti pemberian rGH pada ikan rainbow trout dapat meningkatkan pertumbuhan hingga 50 dibandingkan dengan yang tidak diberi rGH Sekine et al., 1985. Pemberian rGH ikan nila rtiGH pada benih ikan mas koki dapat meningkatkan bobot tubuh hingga 3,5 kali dibandingkan kontrol Acosta et al., 2009. Sebagai tahap awal, telah dilakukan pembuatan vektor ekspresi dan pengujian bioaktivitas rGH berbeda di Indonesia. Selanjutnya diaplikasi melalui metode penyuntikan rGH dengan konstuksi dari ikan kerapu kertang, ikan mas dan ikan gurame masing-masing meningkatkan bobot ikan nila sebesar 20,94, 18,09, dan 16,99 Alimuddin et al., 2010. Pemberian rekombinan GH dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti dengan penyuntikan, pemberian langsung melalui oral, perendaman, dan melalui pakan. Penggunaan teknik penyuntikan dirasa kurang aplikatif karena ikan harus diinjeksi satu per satu. Perendaman merupakan metode yang lebih efisien dan efektif dalam penerapan pemberian rGH pada fase benih, karena dapat dilakukan dalam jumlah ikan yang banyak. Selain itu, penggunaan protein rGH ikan untuk meningkatkan produktivitas atau pertumbuhan ikan budidaya merupakan prosedur yang aman Willard, 2006 dalam Acosta et al., 2007. Aplikasi rGH pada ikan gurame telah diawali dengan penelitian untuk menentukan dosis perendaman yang menghasilkan pertumbuhan tertinggi. Dosis rGH 30 mgL dengan lama perendaman 1 jam dan frekuensi perendaman sekali seminggu selama 3 minggu menghasilkan peningkatan pertumbuhan benih ikan gurame sebesar 75 dibandingkan dengan dosis 10 mgL, 20 mgL, dan kontrol Putra, 2011. Selanjutnya, Syazili et al. 2011 a meneliti untuk menentukan frekuensi perendaman yang menghasilkan pertumbuhan tertinggi, yaitu perendaman rGH 4 kali lebih baik daripada 2, 3 dan 5 kali perendaman. Total dosis dari 4 kali perendaman tersebut sebesar 120 mgL juga dapat diberikan dalam sekali perendaman Syazili et al., 2011 b . Lama waktu perendaman rGH yang digunakan dalam penelitian Putra 2011 dan Syazili et al., 2011 a,b adalah selama 1 jam. Lama waktu perendaman tersebut didasarkan pada referensi yang bukan menggunakan ikan gurame dan belum diverifikasi lanjut, sehingga masih diperlukan informasi mengenai waktu yang efektif untuk perendaman rGH. Pada penelitian ini dilakukan pengujian lama waktu perendaman rGH yang optimum bagi benih ikan gurame. Pemberian rGH pada benih ikan dengan perendaman biasa dilakukan pada air mengandung NaCl 0,9 Putra, 2011. Pada penelitian ini juga diuji perendaman benih ikan gurame dalam air tawar tidak diberi NaCl 0,9 yang bertujuan untuk meminimalkan biaya serta membandingkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame yang direndam dengan air mengandung NaCl.

1.2 Tujuan Penelitian