penerbit dan juga distributornya. Sehingga banyak komikus beralih ke jalur indie atau underground.
Untuk format komik buku kebanyakan menggunakan ukuran kecil 13 x18 cm untuk komik hitam putih dan raster satu warna. Sedangkan untuk komik
berwarna menggunakan ukuran 17 x 26 cm untuk ukuran sedang dan 21,5 x 29 cm untuk ukuran besar. Untuk komik hitam putih dan raster satu warna, penerbit
menawarkan sekitar 180 halaman, sedangkan untuk komik berwarna sekitar 48 halaman bagi para komikus yang ingin menerbitkan komiknya.
Visualisasi gaya gambar yang banyak diminati adalah mainstream gaya manga Jepang dan gaya semi realis Amerika. Teknik yang banyak dipakai
adalah teknik blok, arsir, tone, dan pewarnaan melalui komputer. Untuk visualisasi karakter, properti, dan lingkungan disesuaikan dengan tema cerita yang
ada. Bila temanya adalah fantasi, biasanya dirancang hingga surealis. Sedangkan bila tema tersebut adalah realita, banyak yang menggunakan fotografi yang
kemudian ditracing ulang sebagai visualisasi latar belakang cerita.
B. Metode Gagasan
Untuk memperkuat data – data diatas dan mencari bentuk komik yang tepat maka dilakukan Metode Gagasan yaitu pendekatan penguraian permasalahan
secara imajinatif berdasarkan data yang berupa gambar dan sumber–sumber yang telah ada, guna penyusunan cerita maupun pengilustrasian dari cerita ini sendiri,
yakni dari buku–buku maupun bahan pustaka pendukung lainnya. 1. Bentuk Komik
Dikarenakan visual yang ditampilkan berbeda dengan komik pada umumnya dan penggunaan media fotografi dan digital imaging, dengan
mempertimbangkan efektifitas waktu, penulis tidak berencana untuk membuat komik dengan banyak panel yang bertumpuk-tumpuk karena akan
mempersulit dalam pengerjaan visualnya. Oleh karena itu komik yang akan dibuat dalam bentuk komik satu panel yaitu komik yang dapat bercerita baik
hanya dengan gambar maupun disertai tulisan dalam satu panel halaman. Contohnya : Kartun dan karikatur sosial politik di surat kabar
2. Cerita Penulis ingin mengangkat kondisi kejiwaan yang penulis alami, yang menjadi
inspirasi untuk kemudian dikembangkan menjadi tema buku ini. Maka penulis mengambil cerita tentang sisi gelap dalam diri manusia, dengan karakter
remaja karena menurut penulis dunia remaja sangat menarik untuk diangkat karena penuh dengan problematika dan masalah – masalah. Terutama dalam
lingkup sosial, pergaulan, dan interaksi dengan sesama remaja lainnya. Idenya sendiri adalah tentang seorang remaja yang mendapat perlakuan tidak adil dan
dikucilkan dari lingkungan pergaulannya. Kemudian perlakuan itu membentuk sisi gelap dalam diri remaja tersebut yang akhirnya di gunakan untuk
membalas kepada lingkungan yang mengucilkannya. Penciptaan karakternya sendiri terinspirasi dari filmnya John Carpenter pada tahun 79 yang berjudul
Carrie. 3. Gambar
Pendekatan visual yang diambil adalah realis dengan sedikit unsur fantasi dan surealis. Karena dalam komik ini mengandung unsur psikologi
yang kuat, sehingga unsur fantasi dan surealis dapat mewakili visual yang tidak dapat digambarkan secara gamblang oleh penulis kepada pembaca,
sehingga pembaca dapat memiliki pemikiran dan pendapat sendiri – sendiri terhadap visual yang ditampilkan.
Contohnya : Komik Elektra and Wolverine : The Redeemer karya Greg Rucka dan Yoshitaka Amano.
4. Tulisan Untuk penulisan textnya penulis menghindari penggunaan balon kata karena
akan mengurangi tampilan visual yang ada. Sehingga kemudian menggunakan penyusunan typografi yang bertumpuk – tumpuk dan ukuran huruf yang
berbeda – beda untuk mewakili emosi dan keadaan psikologis karakter dalam cerita. Penyusunan tipografinya sendiri terinspirasi dari Watchmen
Typography karya seorang poster artist bernama Mark Mustaine.
C. Kompetitor