atas suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan larutan gulanira tergantung pada berat jenis larutan tersebut. Brix hydrometer dilengkapi
dengan thermometer dan koreksi pengukuran sesuai dengan suhunya. Cara kalibrasinya dengan menggunakan larutan sakarosa murni.
3 Cara piknometris, dengan menggunakan alat piknometer. Prinsip kerja :
brix larutan bisa ditemukan dengan mengukur berat jenisnya. Melalui tabel hubungan antara berat jenis dan brix larutan maka dapat dihitung brix
larutan.
2.2.2. Metode Analisis Pol
Salah satu cara melakukan analisis pol adalah dengan menggunakan alat yang disebut polarimetersakarimetersakaromat. Prinsip kerja : berdasarkan
pengukuran sudut pemutaran bidang polarisasi oleh larutan gula. Besarnya sudut putar tergantung pada konsentrasi larutan, ketebalan larutan yang dilewati sinar
panjang tabung polarisasi, temperatur dan panjang gelombang. Kalibrasinya dengan menggunakan standar tabung kwarsa yang mempunyai nilai putaran optik
yang tetap. Perhitungan persen pol menurut Winter Carp Meade dan Chen, 1977 :
pol = { 26 x
o
Z 100 x BJ } x 1,1. BJ = berat jenis nira, dihitung dari tabel hubungan antara brix dan BJ
o
Z = pembacaan derajat polarisasi
2.3. Rendemen dan Produksi Tebu
Luas areal tebu dalam negeri cenderung terus menurun rata-rata 1,72 persen per tahun selama tahun 1993-2004 Sekretariat Dewan Gula, 2004. Penurunan areal
tanam yang cukup drastis terjadi pada tahun 1999, yaitu sebesar 9,9 persen, sebagai akibat dari dihapuskannya kebijakan TRI serta adanya konversi lahan.
Penurunan areal juga diikuti dengan menurunnya produktivitas tebu dengan laju sebesar 1,42 per tahun Rusastra, et al. 2000. Pada tahun 1999, penurunan
produktivitas mencapai 12,26 persen, yaitu dari 71,8 tonha menjadi 62,8 tonha. Semakin rendahnya luas areal dan produktivitas tebu menyebabkan produksi tebu
nasional juga semakin rendah, menurun hingga 3,01 persen per tahun. Penghapusan TRI pada tahun 1999, menyebabkan produksi tebu menurun drastis
sebesar 1,25 persen Tabel 1. Rendahnya produksi gula nasional antara lain juga disebabkan tidak efisiennya
pabrik-pabrik gula PG yang ada Husodo, 2000; Murdiyatmo, 2000; Woeryanto, 2000. Pada masa kejayaan industri gula di tahun 1930, Indonesia memiliki 179
Pabrik Gula PG. Jumlah PG semakin menurun karena secara ekonomis tidak menguntungkan. Jumlah PG per September 2003 tercatat sebanyak 58 unit PG
milik BUMN dan 6 PG milik swasta Sekretariat Dewan Gula, 2004. Dari 58 PG tersebut, 46 PG berada di Jawa dan 12 PG berada di luar Jawa. Pada umumnya
PG-PG beroperasi jauh dibawah kapasitas giling. Sebagian besar PG mempunyai kapasitas giling yang kecil 3.000 TCD karena mesin yang telah berumur lebih
dari 75 tahun serta tidak mendapat perawatan yang memadai, sehingga menyebabkan biaya produksi per kg gula tinggi Arifin, 2000.
Tabel 1. Areal Tanam, Produktivitas dan Produksi Tebu Tahun
Areal ha Produktivitastonha
Produksi Tebu ribu ton 1993 420.687
89,4 37.593.146
1994 428.726 71,2
30.545.070 1995 420.630
71,5 30.096.060
1996 403.266 70,9
28.603.531 1997 385.669
72,5 27.953.841
1998 378.293 71,8
27.177.766 1999 340.800
62,8 21.401.834
2000 340.660 70,5
24.031.355 2001 344.441
73,1 25.186.254
2002 350.723 72,8
25.533.431 2003 335.725
67,4 22.631.109
2004 344.852 73,0
25.172.380 Sumber : Sekretariat Dewan Gula, 2004.
Rendemen yang dihasilkan PG-PG juga sangat menurun dan selama 10 tahun terakhir 1993-2004 relatif berfluktuasi dengan rata-rata mencapai 7,24 , jauh
lebih rendah dibandingkan 10 tahun sebelumnya 1983-1992 yang dapat mencapai 9,8 . Produktivitas gula yang dihasilkan PG-PG nasional selama 10
tahun terakhir 1993-2004 juga relatif rendah dengan rata-rata 5,12 tonha. Demikian juga produksi gula yang dihasilkan PG-PG tersebut relatif rendah dan
cenderung menurun dengan rata-rata 3,3 persen per tahun Sekretariat Dewan Gula, 2004.
Dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Thailand, Cina, India, Jepang dan Philipina, rata-rata produktivitas tebu Indonesia sebenarnya relatif tinggi dan
mendekati produktivitas Amerika Serikat. Namun dalam hal rata-rata rendemen dan rata-rata produktivitas gula, Indonesia menempati posisi terendah Tabel 2.
Tabel 2. Rata-Rata Rendemen dan Produktivitas Gula Antar Beberapa Negara Produsen
Negara Rata-rata Produktivitas
tebu tonha Rata-rata
Rendemen Rata-rata Produktivitas
Gula tonha Jepang 64,09 11,53 7,41
Thailand 56,76 10,97
6,24 Cina 59,16 11,84 7,00
India 69,33 10,90 7,56 Philipina 60,70
8,26 5,00
Indonesia 70,13 7,06
4,95 USA 78,44 11,61 9,11
Sumber : Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, 2003
2.4. Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula