Sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis, yaitu normalitas galat baku taksiran untuk setiap regresi sederhana variasi Y
rendemen atas masing-masing variabel bebas penelitian yaitu tingkat varietas X
1
, keprasan X
2
, pemupukan X
3
, umur tebutingkat kemasakan X
4
, kewayuan X
5
, kotoran X
6
, irigasi X
7
, dan brix kebun X
8
. Untuk selanjutnya nilai variabel Y rendemen adalah rendemen yang diukur dengan
metoda PCS. Dari penelitian kemudian diperoleh data yang akan dianalisis yang meliputi rata-
rata, median, serta ukuran penyebaran atau variabilitas dengan menggunakan standar deviasi. Disamping mengukur gejala pusat dan ukuran penyebaran, maka
untuk keperluan penyajian data digunakan juga tabel frekuensi dan grafik.
3.5.2. Model Optimal
Keragaman nilai rendemen dinilai dan dibandingkan dengan tampilan nilai rata- rata dan standar deviasi atau persentasenya antara rendemen yang diperoleh
dengan teknik pendekatan core sampler dibandingkan dengan rendemen nyata. Makin besar simpangan berarti makin heterogen nilai penduga rendemen, hingga
makin tidak akurat dan sebaliknya. Model optimal ditentukan berdasarkan pertimbangan praktis, disamping
pertimbangan akurasi pendugaan. Kriteria praktis adalah model dengan penentuan rendemen paling mudah dan ekonomis. Sedang tingkat akurasi
ditetapkan dengan simpangan kurang dari lima persen.
3.6. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di P3GI Pasuruan Jawa Timur dan Pabrik Gula PG Mojopanggung Tulung Agung, Jawa Timur, pada musim giling 2005 Juli –
September 2005.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penetapan Rendemen Individual Petani
Berdasarkan data pengamatan terhadap teknik penetapan rendemen individual petani dapat dijelaskan bahwa rata-rata rendemen dengan menggunakan teknik
Krepyak Mini Sampler KMS adalah sebesar 8,30 dengan median 8,34 dan standar deviasi 0,552. Sedangkan teknik Pendekatan Core Sampler PCS
mempunyai rata-rata rendemen sebesar 8,55 dengan median 8,57 dan standar deviasi 0,224, serta metoda standar Kontrol menghasilkan rata-rata rendemen
sebesar 8,54 dengan median 8,605 dan standar deviasi 0,233. Dilihat secara empirik, rendemen terendah terjadi pada penetapan rendemen
dengan teknik KMS, yaitu 7,6 dan rendemen tertinggi juga diperoleh pada teknik penetapan rendemen yang sama KMS, yaitu 9,06 .
Rentang variabilitas data pada teknik KMS lebih tinggi dari 2 teknik lainnya, yaitu 1,46 sedangkan PCS sebesar 0,66 dan Kontrol 0,63. Dengan demikian,
secara statistik deskriptif penggunaan teknik PCS lebih baik daripada teknik KMS. Diskripsi data selengkapnya atas ketiga teknik tersebut dapat dilihat pada
Tabel. Tabel 4. Deskripsi data rendemen dengan teknik KMS, PCS dan Standar
Deskripsi KMS PCS
Standar
Mean 8.30 8.55
8.54 Standard Error
0.225 0.091
0.095 Median 8.340
8.570 8.605
Standard Deviation 0.552
0.224 0.233
Sample Variance 0.305
0.050 0.054
Range 1.46 0.66
0.63 Minimum 7.60
8.20 8.11
Maximum 9.06 8.86
8.74 Confidence Level 95.0
0.579 0.235
0.244
Hasil analisis terhadap data penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik Krepyak Mini Sampler KMS dan Pendekatan Core Sampler PCS dalam
menetapkan besaran rendemen tidak berbeda nyata dengan metode standar rendemen nyata di pabrik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis ragam
terhadap data hasil penelitian berikut : Tabel 5. Analisis Ragam Metoda Penetapan Rendemen
Sumber Keragaman
JK Db KT F P-value
F tabel α = 5
Teknik 0.2387
2 0.1193
0.8755 0.4369
3.6823 Galat 2.0446
15 0.1363
Total 2.2833
17
Karena F hitung lebih kecil dari F tabel, maka berarti masing-masing teknik penetapan rendemen perlakuan tidak berbeda satu sama lain. Karena hipotesis
H adalah µ
1
= µ
2
, maka berarti H diterima dan H
1
ditolak. Hasil analisis statistik ini menunjukkan bahwa rendemen yang diukur dengan
teknik PCS dan KMS identik dengan rendemen nyata dan identik pula dengan rendemen yang dikeluarkan pabrik gula. Kondisi tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Martoyo dan Santoso 2003 yang melakukan proyek percontohan penentuan rendemen individu dengan model sampling “krepyak mini sampler
KMS”. rendemen ditetapkan berdasarkan formula : Rendemen = NNPP x KNPP x Faktor Kristal. Hasilnya rendemen yang diukur dengan KMS tidak berbeda
nyata dengan rendemen pabrik. Namun demikian, untuk PG yang berkapasitas giling 3000 TCD, dimana umpan tebu ke krepyak lebih dari 2 meja tebu, perlu
dikaji tingkat kevalidan sampel kaitannya dengan tercampurnya nira tebu antar individu Martoyo dan Santoso, 2004. Selain itu, Santoso dan Bahri 2004 juga
telah melakukan percobaan penggunaan pendekatan core sampler pada skala laboratorium, rendemen yang diukur dengan PCS tidak berbeda nyata dengan
rendemen sesungguhnya. Dengan demikian, teknik KMS dan PCS dapat digunakan sebagai alternatif
pemecahan masalah penetapan rendemen yang lebih adil dan transparan serta mengukur prestasi petani secara individual.
6.5 7