4.2.3 Tahapan kegiatan budidaya udang vannamei
Kegiatan  budidaya  udang  vannamei  dalam  tambak  PT.  Indonusa  Yudha Perwita dilakukan dalam beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan, proses
pembesaran hingga panen. Penjelasan tahap demi tahap yang dilakukan dalam kegiatan budidaya antara lain:
1.  Persiapan Lahan Lama  waktu  yang  dibutuhkan  setelah masa panen  menuju  persiapan  kolam
sebelum  proses  tebar  benih  adalah  3  bulan,  dengan  1,5  bulan  pertama digunakan  untuk  pengeringan  kolam.  Persiapan  lahan  adalah  waktu  yang
dibutuhkan  dalam  tahapan  ini  yaitu  1  sampai  dengan  2  bulan  dengan  rincian sebagai berikut :
a.  Pengangkatan lumpur dasar dan pengeringan dasar tambak Setelah  melewati  masa  pembudidayaan,  kondisi  tambak  mengalami
perubahan  yaitu  dengan  adanya  lumpur  yang  mengendap  di  dasar  kolam. Endapan lumpur tersebut berasal dari lumpur yang terbawa air masuk dan yang
berasal  dari  sisa  pakan yang  tidak termakan  oleh  udang.  Untuk menanggulangi hal  tersebut,  perlu  dilakukan  pembuangan  air,  pengeringan,  dan  pengerukan
lumpur  untuk  mempertahankan  kedalaman  air  selama  masa  pemeliharaan berikutnya sesuai dengan yang disyaratkan Gambar 16.  Selanjutnya dilakukan
perataan  pada  pelataran  tengah  kolam  agar  permukaannya  melandai  ke  arah pintu  air.  Pengerukan  dasar tambak  bertujuan  untuk memperbaiki kondisi  tanah
agar  kemampuan  tanah  untuk  menghasilkan  ganggang  biru  yang  membentuk klekap  dapat  senantiasa  dipertahankan.  Kondisi  tanah  yang  aerob  sangat
membantu  dalam  proses  mineralisasi  yang  dibutuhkan  oleh  klekap.  Selain  itu, proses  pengeringan  dan  pengangkatan  lumpur  berfungsi  untuk  menghalau  gas
beracun  seperti  metana,  amonia,  dan  H
2
S  dari  tanah,  sekaligus  memberantas benih- benih ikan liar dan hama lainnya.
b.  Pemberian kapur I Setelah  melewati  masa  pengeringan,  tahap  selanjutnya  yaitu  proses
pemberian  kapur  yang  berfungsi  antara  lain  sebagai  penyedia  kapur  dalam proses  pergantian  kulit,  pemberantasan  hama  dan  penyakit,  mempercepat
proses penguraian bahan organik serta untuk mempertahankan kondisi pH tanah tambak.  Dosis  pemberian  kapur  adalah
  500  kgha.  Teknik  pengapuran dilakukan dengan penyebaran kapur secara merata menggunakan alat sehingga
kapur  dan  tanah  dasar  dapat  teraduk  dan  kapur  dapat  masuk  sedalam  10  cm. Setelah pemberian kapur, lahan dibiarkan selama 1 minggu.
c.  Cangkul balik tanah dan Pengapuran II Setelah  diberi  kapur  dan  dibiarkan  selama  seminggu,  tahap  selanjutnya
adalah  mencangkul  balik  tanah  yaitu  proses  pembalikan  tanah  dasar  untuk memperoleh unsur hara baru yang berasal dari lapisan tanah yang lebih dalam,
sehingga  diperoleh  kualitas  tanah  dasar  tambak  yang  baik  untuk pembudidayaan.    Setelah  proses  cangkul  balik  tanah,  kemudian  dilakukan
pengapuran kembali sebanyak  200kg ha.
d.  Perataan Tanah Tahap  akhir  dalam  persiapan  lahan  adalah  proses  perataan  tanah  yaitu
proses  perataan  permukaan  pelataran  tambak  khususnya  pada  bagian  tengah, untuk  memudahkan  lumpur  terkumpul  ditengah  kolam  yang  terhubung  dengan
saluran pembuangan kolam.
. a                                                     b
Gambar 16. Kolam dalam masa pembuangan air dan pengeringan a, Saluran pembuangan di tengah kolam b
2.  Pengisian Kolam Kegiatan pengisian air kolam meliputi kegiatan pengambilan air yang berasal
dari  laut  dengan  menggunakan  pompa  submersible  masuk  kedalam  kolam penampungan  resevoir,  yang  terdiri  dari  dua  kolam.  Setelah  kolam
penampungan  reservoir  terisi,  kemudian  air  laut  tersebut  sebagian  ada  yang dipompakan  ke  dalam  saluran  primer,  tetapi  ada  juga  yang  langsung
dipompakan kedalam kolam  yang  telah  siap.  Kolam  diisi  oleh  air  laut  setinggi 
50  cm,  diukur  pH  dan  nilai  salinitasnya.  Nilai  salinitas  dan  pH  disesuaikan dengan  standar  air  dari  pembenihan  hatchery.  Selanjutnya,  dipasang  kincir
sebanyak 4 buah per kolam, dan selanjutnya kincir tersebut di uji coba Gambar 17. Keseluruhan kegiatan tersebut memakan waktu
 25 hari.
a                                          b
c Gambar 17. Proses pemasangan kincir a,b,c
3.  Desinfektan Kegiatan  desinfektan  adalah  kegiatan  untuk  mencegah  timbulnya  penyakit
setelah  pengisian  air  kolam.  Sebelum  dilakukan  pemberian  kaporit,  terlebih dahulu dilakukan pengaktifan kincir air, untuk memudahkan pencampuran kaporit
didalam air kolam dan lebih merata.  Pemberian kaporit dengan dosis 35 ppmha dilakukan  dalam  kurun  waktu  10  hari.  Penggunaan  desinfektan  lainnya
ditambahkan  sesuai kebutuhan  untuk mengendalikan  hama  udang  yaitu sejenis Saponin.  Saponin  yang  digunakan  adalah  saponin  yang  telah  direndam  dan
dibiarkan selama 1 hari. Selanjutnya dilakukan pemupukan, air kolam diberi TSP. TSP  diberikan  sehari  setelah  masa  pemberian  kaporit  dan  saponin  selama  10
hari. Dosis TSP yang diberikan adalah 3 – 5 kg per kolam, disesuaikan dengan
ukuran kolam.
4.  Fermentasi dan kontrol kualitas air kolam Proses  yang  bertujuan  untuk  meningkatkan  pertumbuhan  plankton  dengan
bantuan  fermentasi  bahan-  bahan  seperti  bekatul,  tepung  ikan  dan  tepung kedelai  yang  telah  direndam  selama  tiga  hari  dalam  wadah  drum  berisi  air.
Campuran  bahan-  bahan  tersebut  kemudian  ditaburkan  kedalam  kolam  dengan ditambahkan  bakteri  pengurai  jenis  lactobacillus  sp.  untuk  mendukung
fermentasi.    Setelah  kegiatan  tersebut  kemudian  dilakukan  kontrol  beberapa parameter penting yang diperlukan dalam budidaya udang yaitu pH air, salinitas
air, transparansi dan plankton. Setelah seluruh kondisi tersebut sesuai kemudian tahap selanjutnya yaitu siap masuk benur tebar.
5.  Penebaran benur Proses  penebaran  dilakukan  dengan  menggunakan  benih  udang  benur
larva  PL  10  dengan  padat  penebaran  rata-  rata  per  kolam  70  ekor  meter. Sebelum dilakukan penebaran, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi temperatur
dan salinitas. Pada proses penebaran awal digunakan salinitas 25 - 30‰, hal ini
dilakukan  agar  proses  aklimatisasi  adaptasi  terhadap  suhu  dan  salinitas dengan kondisi benur dari hatchery tidak susah. Hal ini bertujuan untuk menekan
tingkat mortalitas benur. 6.  Pembesaran
Periode  pembesaran  diawali  saat  benur  masuk  ke  dalam  kolam  tambak, pemberian  pakan  merupakan  hal  yang  utama  selama  periode  pembesaran,
selain itu pemberian vitamin pun penting dilakukan.  Pada saat benur berumur 7 hari
–  3  bulan,  diberikan  vitamin  tambahan  yakni  Wheat  Gluten,  vitamin  C, vitamin TOP S, Pro2, dan Biovit Gambar 18.
Penggunaan probiotik sangat membantu merubah bahan organik dan amonia yang  ada  dalam  air  tambak.  Probiotik  lebih  lanjut  berguna  dalam  manajemen
plankton  yang  ada.  Probiotik  yang  digunakan  adalah  Super  PS.  Pemberian
Super  PS  dilakukan  pada  awal  budidaya  sampai  umur  2  bulan.  Aplikasi pemberian  probiotik  dilakukan  sesuai  kebutuhan  tambak.    Waktu  yang
dibutuhkan  dalam  pembesaran  udang  adalah  3.5  sampai  4  bulan.    Jadwal kegiatan dalam masa pembesaran tertuang dalam Tabel 7.
a b
Gambar 18. Vitamin udang dalam masa pembesaran di tambak PT. IYP a Wheat Gluten, TOP S, Pro 2; b BioVit Aquatic
Tabel 7. Jadwal kegiatan harian dalam kegiatan budidaya
No Waktu
Kegiatan 1
7:30 Pemberian Pakan I
2 8:00
Pengambilan sampel air kolam
3 9:30
Kontrol anco 4
11:30 Pemberian Pakan II
5 13:30
Kontrol anco 6
15:30 Pemberian Pakan III
7 17:30
Kontrol anco 8
19:30 Pemberian pakan IV
9 21:30
Kontrol anco 10
1:00 Pemberian pakan V
Dilakukan dini hari untuk tindakan pengamanan kolam
di malam hari Keterangan
Sampel air kolam diletakkan dalam botol gelap;proses
analisis dilakukan di laboratorium pH, salinitas,
nitrit, nitrat, amoniak, kandungan bakteri;
pengukuran DO dilakukan dengan DO meter langsung
dikolam
Kontrol anco adalah proses pemeriksaan pakan yang diletakkan  pada anco, hal ini bertujuan untuk mengkontrol nafsu makan udang. Banyaknya pakan yang
diberikan  dalam  anco  adalah  3  dari  jumlah  total  pakan  yang  diberikan  pada satu  kolam.  Proses  kontrol  anco  dilakukan  dengan  cara  diangkat  setelah  satu
atau  dua  jam  pemberian  pakan.  Dalam  prakteknya,  apabila  pada  waktu  control anco  ditemukan  bahwa  pakan  di  seluruh  anco  dalam  satu  kolam  habis,  maka
untuk  jadwal  pakan  berikutnya  pakan  ditambahkan  1  kg.  Sebaliknya,  jika  ada yang  tersisa  dalam  salah  satu  atau  kedua  buah  anco,  maka  dilakukan
pengurangan jumlah pakan pada jadwal pemberian pakan berikutnya. Jumlah  pakan  yang  diberikan  bergantung  pada  umur  dan  kondisi  udang.
Jumlah  pakan  untuk  malam  hari  lebih  rendah,  hal  ini  disesuaikan  dengan  sifat udang  vannamei  yang  aktif  makan  di  siang  hari,  sehingga  pemberian  pakan
dimalam hari lebih dititikberatkan pada faktor keamanan.  Pada usaha budidaya tambak  PT.  Indonusa  Yudha  Perwita,  terdapat  tiga  jenis  pakan  yang  diperoleh
dari PT Gold Coin Indonesia: a  Supreme 960 untuk benur umur 0
– 12 hari b  Supreme 960+ Supreme 961 untuk umur  12 hari
c  Supreme 961+ Supreme 962 untuk  dua minggu d  Setelah 35 hari menggunakan pellet Supreme 933P
Dalam  proses  pembesaran,  pemeliharaan  air  dilakukan  tidak  hanya  dengan menilai kualitas air, akan tetapi pembuangan dan penggantian air pun dilakukan.
Umumnya  penambahan  air  tawar  dilakukan  pada  saat  benur  berumur  15 –  45
hari.  Setelah  berumur  lebih  dari  45  hari  hingga  masa  panen,  air  yang ditambahkan  adalah  air  asin.  Proses  pembuangan  air  dan  penambahan  air
biasanya  dilakukan  pada  pagi  hari  dengan  melihat  kedalaman  air  dan  kondisi warna air.
7.  Panen
Kegiatan  panen  dilakukan  dalam  dua  metode  yakni  panen  total  dan  panen parsial. Panen total dilakukan saat size udang sudah layak panen.  Panen parsial
bertujuan  meminimalisir  efek  dari  kandungan  oksigen  terlarut  yang  rendah  dan mengganggu pertumbuhan udang. Kondisi kekurangan oksigen diseluruh kolam
akibat  kondisi  kolam  yang  padat.  Panen  parsial  dilakukan  dengan  melihat  data oksigen terlarut harian dan size udang, pada saat kadar oksigen terlarut tercatat
sangat rendah dan size udang sudah cukup memenuhi permintaan pasar, maka keputusan panen parsial diambil.
8.  Pasca Panen Proses  penanganan  udang  sebelum  sampai  kekonsumen  adalah  sortir
sesuai ukuran, pencucian beberapa kali dengan air bersih atau air es, kemudian packing  dalam  keranjang  yang  telah  dilapisi  serpihan  es  batu.  Penanganan
udang  hasil  panen  harus  dilakukan  dengan  cepat  karena  kualitas  udang  cepat menurun  setelah  dipanen.  Keterlambatan  penanganan  udang  mengakibatkan
udang tidak dapat diterima dipasaran sebagai komoditas ekspor.
4.3 Karakteristik biofisik pesisir kecamatan Patrol, Indramayu