Land Suitability Evaluation and Shrimp Culture Information System Development of PT. Indonusa Yudha Perwita

(1)

PT. INDONUSA YUDHA PERWITA

Aninda Wisaksanti Rudiastuti

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA TAMBAK UDANG PT. INDONUSA YUDHA PERWITA” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir dari tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Aninda Wisaksanti Rudiastuti


(3)

ANINDA W. RUDIASTUTI. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita. Dibimbing oleh JONSON L. GAOL dan EDDY SUPRIYONO.

Pemilihan lokasi adalah kepentingan mendasar untuk menunjang keberhasilan budidaya. Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP yang masih aktif berproduksi, didasarkan pada ketiadaan informasi kesesuaian lahan, dan banyaknya tambak di Pantura Jawa yang telah gagal serta menyebabkan kerusakan lingkungan. Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang dilakukan untuk mendukung modernisasi pengelolaan data budidaya tambak PT. IYP. Dalam manajemen budidaya, data teknis berperan penting, sehingga diperlukan proses penanganan yang ringkas dan cepat untuk mendukung proses evaluasi sebagai langkah sehat yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Evaluasi dipermudah oleh sistem informasi yang berperan sebagai media penyimpan, pengaman dan pengolah data budidaya tambak menjadi informasi, sehingga mampu mendukung proses pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP, mengembangkan sistem informasi pengelolaan budidaya tambak, dan menganalisis hubungan kesesuaian lokasi usaha dan keberhasilan operasional budidaya tambak

Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP dilakukan dengan pembobotan dan pengharkatan pada multikriteria biofisik dan peraturan mengenai kawasan sempadan pantai. Perancangan sistem informasi diawali dengan analisis terhadap kebutuhan, kemudian dilakukan implementasi dari hasil rancangan sistem informasi dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. Data budidaya dituangkan dalam database dengan model data relasional, dan dikelola dengan menggunakan MySQL. Sistem informasi yang dibangun memiliki aktivitas input data, pemrosesan, dan menghasilkan output berupa informasi dalam bentuk grafik dan tabel. Proses input dan output diawali dengan pemilihan kolam sebagai identitas spasial data budidaya. Pemrosesan data yang dilakukan dalam sistem informasi ini adalah operasi matematis atau kalkulasi, akumulasi data deret waktu, dan perbandingan data antar kolam.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan menggambarkan bahwa secara biofisik, lahan tambak PT. IYP terletak dalam kelas “sangat sesuai” dan “cukup sesuai”. Luasan lahan tambak yang berada dalam kelas “sangat sesuai” adlah seluas 11,71 ha (51,26 %) dan kelas “cukup sesuai 11,13 ha (48,74%). Berdasarkan peraturan perlindungan kawasan pesisir yang tertuang dalam Keppres 32/ 1990, lahan tambak PT. IYP kategori kelas “cukup sesuai” berada pada kawasan sempadan pantai. Batas utara lahan tambak PT. IYP berada pada garis pantai dan tidak memiliki jalur hijau selebar 200 m. Kurang tepatnya lokasi menyebabkan tambak terkena dampak abrasi secara terus menerus.

Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dibangun untuk mendukung manajemen yang sehat, terutama pengelolaan data budidaya secara otomatis yang dibutuhkan sebagai tool untuk memudahkan proses evaluasi keberhasilan budidaya . Fungsi utama sistem informasi yang dikembangkan adalah memasukkan data (input), mengolah data, serta menghasilkan output. Proses input data dibagi menjadi input formasi data dan input data budidaya. Input formasi data bertujuan untuk mendefinisikan jenis dan kelompok data yang memiliki kemungkinan untuk diperbaharui dan penggunaannya berulang. Input


(4)

matematis atau penghitungan dengan formula. Proses akumulasi data deret waktu bertujuan untuk memantau fluktuasi data budidaya khususnya kualitas air (pH, salinitas, DO), perbandingan data antar kolam atau secara spasial dilakukan untuk mengevaluasi kondisi budidaya beberapa kolam produksi (perbandingan padat tebar, hasil panen atau pertumbuhan bobot udang). Operasi matematis atau penggunaan formula digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai padat tebar, survival rate (SR), feeding convertion ratio (FCR), hasil sampling, total pakan harian, akumulasi jumlah pakan, pertumbuhan bobot udang harian (ADG), dan nilai produksi/ ha dalam waktu singkat.

Kemampuan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dalam efisiensi pengolahan data menjadikannya sebagai tool yang efektif dalam proses evaluasi dan pengambilan keputusan. Perbedaan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dengan metode pengelolaan data secara manual terletak pada beberapa hal yang sekaligus menjadi keunggulan yakni penyimpanan data yang ringkas dalam satu database, sistem informasi dapat bersifat statis dan dinamis, kemudahan dan efisiensi waktu dalam proses updating, manipulasi, penelusuran, serta pengolahan data budidaya menjadi output yang mudah diinterpretasi oleh user, fleksibilitas penggunaan data, kemudahan transmisi data, dan tersedianya fungsi pengamanan data.

Variasi nilai produksi tambak PT. IYP yang dapat ditampilkan secara cepat pada sistim informasi menunjukkan bahwa produksi kolam tambak PT. IYP pada Blok 1 dan 4 lebih rendah dari kolam pada Blok 2 dan 3. Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan, tambak pada Blok 2 dan 3 berada pada kelas “sangat sesuai” sedangkan Blok 1 dan 4 berada pada kelas “cukup sesuai”.

Kesesuaian wilayah usaha tambak berpengaruh terhadap hasil produksi yang dicapai. Pemanfaatan informasi kesesuaian lahan tambak serta pengelolaan data budidaya melalui sebuah sistem informasi yang sekaligus berperan sebagai decision making tools, diharapkan dapat memperbaiki kinerja tambak dan meningkatkan hasil produksi usaha tambak.


(5)

Culture Information System Development of PT. Indonusa Yudha Perwita. Supervised by JONSON LUMBAN GAOL AND EDDY SUPRIYONO.

Utilization of GIS excess in land suitability analysis and Shrimp Culture Information System development of PT Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) are based on the absence of land suitability information and the lack of computerized data management. The study is designed to evaluate land suitability of PT. IYP’s ponds, to develop information system for aquaculture data management, and to analyze relation of land suitability of ponds and aquaculture operational success. The analysis of land suitability is performed by using multicriteria biophysical, and constraint factors like legislation to protect mangroves as buffer zone along coastline. Information system is built through requirement analysis stages, system design, and system development. The result of land suitability analysis is that 11.13 ha ponds area of PT. IYP located in moderately suitable class, and the rest 11.71 ha is very suitable. Due to government regulation in Keppres no. 32/ 1990, the moderately suitable area is designated as coastal greenbelt of mangrove. Shrimp Culture Information System of PT. IYP is able to provide efficiency, especially in time and data storage. Its capability in data processing, including, spatial comparison, temporal variation, and algebra application (FCR, SR, ADG, etc.), provides efficiency in evaluating shrimp culture activities. Lower yield from ponds locating on moderately suitable area than that from ponds in very suitable land is revealed as relation land suitability of PT. IYP to its production value.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang- undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 Juni 1985 dari ayah Ir. Thomas Aquinas Gatot R., MM dan ibu Ir. Astuti Nurtjahyati. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, dan lulus pada tahun 2008. Penulis bekerja sebagai staf laboratorium Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, sejak tahun 2008.


(8)

PT. INDONUSA YUDHA PERWITA

Aninda Wisaksanti Rudiastuti

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(9)

Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita

Nama : Aninda Wisaksanti Rudiastuti NRP : C552080091

Mayor : Teknologi Kelautan (TEK)

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Jonson L.Gaol, M.Si Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(10)

(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita” berhasil diselesaikan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Teknologi Kelautan, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Jonson L. Gaol, M.Si selaku ketua komisi pembimbing atas segala ilmu, bimbingan, arahan, tuntunan, saran dan motivasi selama masa perkuliahan, penelitian, penyusunan hingga penulisan tesis.

2. Bapak Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing atas setiap ilmu khususnya di bidang budidaya, bimbingan, saran, arahan dan motivasi selama penelitian, penyusunan dan penulisan tesis.

3. Bapak Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA selaku dosen dan penguji luar komisi atas ajaran, saran serta masukkan dalam penulisan tesis.

4. Bapak Dr. Ir. Djisman M. Manurung, M.Sc selaku koordinator mayor Teknologi Kelautan yang telah memberikan masukkan dalam penulisan tesis

5. Bapak Prof. Dr. Enang Harris atas informasi dan saran mengenai lokasi penelitian

6. Bapak Dilip Sathyanathan, pengelola tambak PT. Indonusa Yudha Perwita, yang bersedia memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, dan memberikan pengetahuan serta data mengenai budidaya tambak yang sangat penting dalam menunjang penulisan tesis.


(12)

8. Bapak Chris Ferdian Z. atas segala bantuan, bimbingan dan masukkan dalam menyelesaikan rancangan sistem informasi budidaya tambak. 9. Orang tua tercinta Th. Aq. Gatot R dan Astuti Nurtjahyati, serta adik- adik

penulis Cecilia Dinda dan Severianus Sony, atas segala doa, cinta dan kasih sayang, perhatian, motivasi, kebersamaan serta dukungan atas segala hal dalam kehidupan.

10. Teman- teman yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan saran dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini, khususnya Anggi Afif Muzaki, Daniel Siahaan, Indra Verdian Karif, I. Rizki, Abie Ariyo, Yohan S.,Fina Mariany, dan Mbak Mufida. Motivator dan pemberi semangat, Franky Hamonangan Sitinjak.

11. Rekan mayor Teknologi Kelautan angkatan 2008, Pak Paharuddin, Pak Vito Yuwono, Pak Yuliyanto, Pak Jusron Ali R., Pak Aguinaldo Hendrik Suikeno, Pak Juni W., Zulham, atas motivasi dan dukungannya.

12. Keluarga besar Sekolah Pasca Sarjana Mayor Teknologi Kelautan 2008 atas pengalaman, kebersamaan, dan persahabatan selama masa studi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu di bidang kelautan dan perikanan.

Bogor, Agustus 2011


(13)

xiii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan penelitian ... 3

1.4 Manfaat penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Budidaya tambak ... 5

2.2 Sistem budidaya tambak udang intensif ... 5

2.3 Udang vannamei ... 6

2.3.1 Klasifikasi udang vannamei ... 7

2.4 Pengembangan lokasi budidaya tambak di pesisir ... 8

2.5 Kesesuaian lokasi usaha tambak ... 9

2.5.1 Sumber air dan kualitasnya ... 10

2.5.2 Karakteristik tanah ... 11

2.5.3 Topografi ... 12

2.5.4 Curah hujan ... 13

2.5.5 Pasang surut ... 13

2.6 Data ... 14


(14)

xiv

2.9 Sistem informasi ... 16

2.10 Sistem Informasi Geografis ... 17

2.10.1 Komponen SIG ... 18

2.10.2 Format data SIG ... 19

2.11 SIG dalam akuakultur ... 20

III. METODOLOGI ... 23

3. 1 Waktu dan lokasi penelitian ... 23

3.2 Alat dan data penelitian ... 23

3.3 Metode pengumpulan data ... 23

3.4 Metode penelitian ... 29

3.4.1 Data spasial ... 29

3.4.2 Data kualitas air pesisir ... 29

3.4.3 Data kualitas sumber air budidaya ... 29

3.4.4 Data budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 30

3.5 Metode pengolahan dan analisis data ... 30

3.5.1 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita... 31

3.5.2 Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP... 33

3.5.2.1 Pembentukan database... 33

3.5.2.2 Perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP... 34

3.5.2.3 Evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP... 40

3.5.3 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional budidaya tambak PT.Indonusa Yudha Perwita ... 40


(15)

xv

4.2 Tambak udang PT. Indonusa Yudha Perwita ... 43

4.2.1 Sejarah singkat tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 44

4.2.2 Kegiatan budidaya udang vannamei di PT. Indonusa Yudha Perwita ... 44

4.2.3 Tahapan kegiatan budidaya udang vannamei ... 46

4.3 Karakteristik biofisik pesisir Kecamatan Patrol, Indramayu .. 53

4.4 Kesesuaian lahan budidaya tambak di kecamatan Patrol .... 55

4.5 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 58

4.6 Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ... 64

4.6.1 Aktivitas Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ... 66

4.6.2 Evaluasi Sistem Budidaya Tambak Udang PT. IYP ... 78

4.7 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 81

V. SIMPULAN DAN SARAN ... .. 83

5.1 Simpulan ... .. 83

5.2 Saran ... .. 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(16)

xvi Halaman

1. Kualitas air tambak udang ... 11

2. Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan tambak ... 12

3. Alat penelitian ... 26

4. Data penelitian ... 26

5. Matriks kesesuaian lahan budidaya tambak ... 32

6. Pemrosesan data budidaya dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP (a) dan (b)... 38

7. Jadwal kegiatan harian dalam kegiatan budidaya ... 51

8. Luas kelas kesesuaian lahan tambak PT. IYP ... 58

9. Faktor penyusun kesesuaian lahan tambak PT. IYP ... 58

10. Perbedaan pengelolaan data secara manual dan dengan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT.IYP ... 79


(17)

xvii Halaman

1. Diagram alir perumusan masalah ... 4

2. Udang vannamei (L.vannamei) ... 8

3. Data, proses dan informasi ... 14

4. Kunci primer dan kunci asing dalam hubungan antar relasi ... 16

5. Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi .. 17

6. Skema proses perencanaan dengan SIG ... 18

7. Komponen Sistem Informasi Geografis ... 19

8. Tipe data Sistem Informasi Geografis ... 20

9. Lokasi penelitian ... 24

10. Peta tata letak tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 25

11. Skema integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak ... 33

12. Format tabel data budidaya dalam database tambak PT. IYP ... 35

13. Diagram ER Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ... 36

14. Aktivitas sistem informasi pengelolaan budidaya tambak PT. IYP ... 39

15. Diagram alir penelitian ... 41

16. Kolam dalam masa pembuangan air dan pengeringan (a), Saluran pembuangan di tengah kolam (b)... 48

17. Proses pemasangan kincir... 49

18. Vitamin udang dalam masa pembesaran di tambak PT. IYP (a) Wheat Gluten, TOP S, Pro 2; (b) BioVit Aquatic... 51

19. Kesesuaian lahan tambak Kecamatan Patrol, Indramayu ... 57

20. Kesesuaian lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berdasarkan faktor biofisik ... 59


(18)

xviii 22. Kondisi bagian depan tambak yang terkikis abrasi... 63

23. Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP ... 65 24. Alur proses input dan output Sistem Informasi Budidaya

Tambak Udang PT. IYP... 66 25. Layar menu input formasi data dalam Sistem Informasi

Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita... 68 26. Menu input lima jenis data budidaya dalam Sistem Informasi

Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita... 70 27. Evaluasi proses budidaya periode Maret- Juli 2009

menggunakan Sistem Informasi Budidaya

Tambak Udang PT. IYP ... 73 28. Evaluasi data kualitas air budidaya periode Maret- Juli 2009

berdasarkan Sistem Informasi Budidaya Tambak

Udang PT. IYP ... 75 29. Grafik fluktuasi hasil produksi dari kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 77


(19)

xix Halaman

1. Stasiun pengambilan data kualitas air pesisir Kabupaten

Indramayu ... 91

2. Stasiun pengambilan data kualitas sumber air budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 92

3. Metode pengukuran dan foto alat pengambilan data kualitas air ... 93

4. Peta awal tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 99

5. Kualitas sumber air tawar dan air laut budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 99

6. Peta garis pantai dan buffer jarak dari pantai ... 100

7. Tabel data dan peta sebaran salinitas pesisir ... 101

8. Peta aliran sungai di Kecamatan Patrol ... 103

9. Data curah hujan ... 104

10. Peta penggunaan lahan (Landuse) Kecamatan Patrol ... 105

11. Peta kualitas tanah Kecamatan Patrol ... 105

12. Peta aksesibilitas dan buffer jalan ... 107

13. Grafik ramalan pasang surut air laut di stasiun Cirebon ... 107

14. Peta kesesuaian lahan Kecamatan Patrol dengan faktor pembatas ... 108

15. Panduan penggunaan Sistem Informasi BudidayaTambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita ... 109

16. Tabel output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita ... 133

17. Tabel hasil produksi kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 135


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Usaha budidaya udang di Indonesia diawali dengan budidaya udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih (Penaeus merguiensis). Introduksi udang vannamei dilakukan pertama kali pada tahun 2001. Introduksi udang vannamei dilakukan dengan maksud membangkitkan kembali usaha pertambakan udang karena budidaya udang windu masih banyak menemui kendala. Udang vannamei dipilih sebagai komoditi budidaya salah satunya adalah karena sifat Spesific Patogen Free (SPF). Hasil produksi budidaya udang vannamei menurut data statistik perikanan tahun 2009 dalam Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) mencapai 170.969 ton dan merupakan jenis udang dengan tingkat produksi tertinggi dibandingkan dengan jenis udang lainnya.

Usaha budidaya tambak tersebar hampir diseluruh daerah pesisir dengan tingkat pemanfaatan yang berbeda. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2005), tingkat pemanfaatan lahan di Jawa Barat untuk budidaya air payau mencapai taraf 91,11%. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) hingga tahun 2009 tingkat pemanfaatan lahan untuk tambak di Indonesia mencapai 606.680 ha atau 57,91% dari seluruh lahan budidaya.

Budidaya tambak memiliki komponen keruangan serta perbedaan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi dari setiap lokasi. Banyak usaha budidaya tambak intensif belum memanfaatkan kelebihan sistem informasi geografis dalam melakukan pemilihan lokasi dan pengelolaan budidaya, dimana hal tersebut penting dilakukan untuk menghindari kegagalan usaha. Kebutuhan informasi spasial bagi pengambil keputusan untuk mengevaluasi karakteristik biofisik dan sosial ekonomi sebagai bagian dari perencanaan pengelolaan budidaya, dilayani dengan baik oleh Sistem Informasi Geografis (Kapetsky dan


(21)

Travaglia 1995). Kelebihan SIG sebagai sistem informasi berbasis keruangan pun dapat digunakan sebagai dasar dalam membangun sistem informasi pengelolaan budidaya. Sistem informasi pengelolaan budidaya tambak udang dapat memudahkan proses manajemen dan evaluasi budidaya untuk pengambilan keputusan.

1.2 Perumusan masalah

Keberadaan usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita (PT.IYP) di pesisir kecamatan Patrol, menimbulkan pertanyaan mengenai kesesuaian lahan dan proses pengelolaan data kegiatan budidaya dalam usaha tambak yang masih berproduksi. Hal tersebut didasarkan pada kondisi tambak di Pantai Utara Jawa yang sebagian besar telah mengalami kegagalan dan menyebabkan kerusakan lingkungan, khususnya di pesisir Indramayu yang terkena abrasi (Bapeda Indramayu 2007). Evaluasi kesesuaian lahan terhadap tambak yang masih berproduksi berkaitan dengan pernyataan Pillay dan Kutty (2005) yakni untuk keberhasilan usaha budidaya, maka pemilihan lokasi menjadi suatu kepentingan yang mendasar. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pengaruh kesesuaian lokasi terhadap keberhasilan produksi yang telah dicapai. Proses evaluasi dilakukan dengan memanfaatkan kelebihan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis telah banyak digunakan dalam proses pemilihan lokasi budidaya tambak (Salam dan Ross 2000; Nath et al. 2000; Salam et al. 2003). Fungsi SIG adalah sebagai uji dasar dalam mempelajari lingkungan dan memungkinkan manajer menguji konsekuensi dari berbagai langkah sebelum terjadi kesalahan pengambilan keputusan (Kapetsky dan Travaglia 1995). Pengetahuan yang kurang memadai tentang area potensial sering menjadi hambatan pembangunan akuakultur yang rasional dan berjangka waktu panjang (Aguilar-Manjarrez dan Ross 1993).


(22)

Manajemen budidaya mencakup semua aspek teknis, seperti penggunaan air dan kualitasnya, komoditi budidaya, proses produksi, hingga identifikasi dan pemecahan masalah produksi. Penanganan data budidaya secara konvensional menyebabkan proses evaluasi data membutuhkan waktu lama. Hal tersebut tentunya cukup menghambat, mengingat evaluasi bukanlah hal utama yang sangat diperlukan, namun merupakan suatu langkah sehat yang sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas (Meade 1989). Proses evaluasi terhadap kegiatan budidaya akan dipermudah dengan adanya suatu sistem informasi. Sistem informasi berperan sebagai pengaman data dari setiap kolam tambak, dan sebagai alat pemroses data budidaya menjadi suatu informasi yang mendukung proses pengambilan keputusan.

Penggunaan SIG untuk mengevaluasi kembali suatu lokasi budidaya tambak, sekaligus sebagai acuan dalam pengelolaan data budidaya belum banyak dilakukan, sehingga perlu dicoba untuk diterapkan pada tambak yang masih berproduksi. Selama menjalankan proses produksi, PT. IYP belum memiliki informasi mengenai kesesuaian lahan untuk lokasi tambaknya, selain itu, metode pengelolaan data budidaya pun masih dilakukan secara manual. Perumusan masalah dituangkan dalam diagram alir pada Gambar 1.

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

- Mengevaluasi kesesuaian lokasi budidaya tambak udang PT. IYP - Mengembangkan sistem pengelolaan data budidaya tambak PT. IYP - Menggunakan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dan


(23)

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh adalah :

- Informasi kesesuaian lokasi budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita - Sistem informasi pengelolaan budidaya tambak yang dihasilkan dapat

digunakan sebagai tool dalam manajemen, evaluasi, serta early warning system usaha budidaya tambak.

Gambar 1. Diagram alir perumusan masalah Hubungan kesesuaian

lokasi terhadap hasil produksi sebagai ukuran keberhasilan

operasional Tambak PT. IYP

Hasil evaluasi kesesuaian

lahan?

Manajemen data budidaya dilakukan secara konvensional

Sesuai

Tidak sesuai

Output dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan operasional

tambak

Kendala dalam proses evaluasi kegiatan

budidaya

Pengelolaan data budidaya dalam bentuk sistem informasi


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya tambak

Budidaya tambak merupakan kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan serta meningkatkan mutu biota akuatik di dalam suatu kolam, dan agar dapat diperoleh suatu hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu kondisi tertentu yang sesuai bagi komoditas yang akan dipelihara (Effendi 2009). Dahuri et al. (1997) menyatakan bahwa agar budidaya perairan dapat berkelanjutan dan optimal, maka pemilihan lokasi harus dilakukan secara benar dan menurut pada kaidah- kaidah ekologis dan ekonomi.

2.2 Sistem budidaya tambak udang intensif

Sistem budidaya udang yang diterapkan di Indonesia ada beberapa tingkatan yaitu tradisional, semi intensif dan sistem intensif. Perbedaan yang menonjol dari ketiga tingkatan tersebut adalah pada segi pengaturan lingkungan hidup, jenis pakan, padat tebar, modal dan luas lahan, serta pengendalian hasil.

Budidaya sistem intensif umumnya dikembangkan pada daerah non-pasang surut, tambak dapat diairi, dikeringkan dan dipersiapkan secara lengkap sebelum masa penebaran benih, dan sistem tambak ini banyak dikembangkan pada lokasi yang jauh dari laut, dimana daerahnya bersalinitas rendah. Sistem ini umum dikembangkan pada daerah Asia dan di Eropa yang sedang mencoba untuk meningkatkan produktivitas. Sistem intensif mempunyai petakan yang lebih kecil antara 0,2 - 0,5 ha, menggunakan kincir, penggantian air dilakukan 3 - 4 hari sekali, dan untuk memudahkan, pengelolaan air dan pengawasan ditangani tenaga ahli dan didukung teknik yang canggih mulai awal penanaman, pemeliharaan sampai pasca panen. Padat tebar benur udang vannamei secara intensif dapat lebih tinggi dari padat tebar udang windu, yakni >70 ekor/ m2 (Midlen dan Redding 2000; Jory dan Cabrera 2003; Amri dan Kanna 2008)


(25)

Usaha peningkatan produksi udang vannamei dapat dilakukan melalui pemberian pakan yang tepat baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang merupakan syarat untuk mendukung pertumbuhan udang (Tahe 2008). Pakan buatan berkualitas tinggi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisional dari spesies yang dibudidayakan, dimana pemberian pakan secara menyeluruh ada dibawah pengawasan manusia. Budidaya udang intensif dilakukan dengan teknik yang canggih dan memerlukan input biaya yang besar, sebagai imbangan dari input tinggi, maka dapat dicapai volume produksi yang sangat tinggi pula (Chamberlain 1991; Effendi 1998; Midlen dan Redding 2000; Jory dan Cabrera 2003; Amri dan Kanna 2008).

2.3 Udang vannamei

Udang vannamei termasuk pada famili Penaidae yaitu udang laut. Udang vannamei berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama membudidayakan jenis udang yang juga dikenal dengan nama pacific white shrimp.

Vannamei banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan antara lain, relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100 - 110 hari), padat tebar tinggi, sintasan pemeliharaan tinggi dan Feed Convertion Ratio rendah (Hendrajat et al. 2007). Tingkat kelulushidupan vannamei dapat mencapai 80 - 100% (Duraippah et al. 2000), dan menurut Boyd dan Clay (2002), tingkat kelulushidupannya mencapai 91%. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m2). Ukuran tubuh maksimum mencapai 23 cm. Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut, L.vannamei tumbuh dengan lambat yaitu


(26)

sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan (Wyban et al. 1995).

Udang vannamei termasuk hewan omnivora yang mampu memanfaatkan pakan alami yang terdapat dalam tambak seperti plankton dan detritus yang ada pada kolom air sehingga dapat mengurangi input pakan berupa pelet. Kandungan protein pada pakan untuk udang vannamei relatif lebih rendah dibandingkan udang windu. Menurut Briggs et al. (2004), udang vannamei membutuhkan pakan dengan kadar protein 20-35%.

Budidaya udang vannamei sangat dipengaruhi oleh faktor internal atau eksternal lingkungan tambak. Kualitas benih, persiapan tambak, manajemen kualitas air, manajemen pakan, maupun cuaca sangat menentukan keberhasilan budidaya udang. Manipulasi manajemen budidaya sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi udang putih, salah satunya adalah dengan manipulasi kepadatan tebar (Wardiyanto 2008).

2.3.1 Klasifikasi Udang Vannamei

Klasifikasi udang vannamei (Gambar 2) menurut Boone (1931) adalah : Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda Subphylum: Crustacea Class: Malacostraca Order: Decapoda

Suborder: Dendrobranchiata Family: Penaeidae Genus: Litopenaeus


(27)

Gambar 2. Udang vannamei (L.vannamei)

2.4 Pengembangan lokasi budidaya tambak di pesisir

Upaya pembukaan lahan budidaya tambak beserta pengembangannya seharusnya memperhatikan peraturan seperti tertuang dalam UU no. 5/1990 Bab I Pasal 5 yaitu :

a. perlindungan sistem penyangga kehidupan

b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya

c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Pertimbangan bagi lahan pesisir untuk usaha pertambakan ditentukan oleh kualitas dan karakteristik tanah kolam, kualitas dan kuantitas sumber air (asin dan tawar), kemudahan pengisian dan pembuangan air khususnya dengan memanfaatkan pasang surut, topografi, kondisi klimatologi daerah pesisir dan hulu (Pillay dan Kutty 2005).

Wilayah Pantai Utara Jawa adalah contoh pesisir yang telah mengalami tingkat pemanfaatan lahan untuk budidaya air payau sebesar lebih dari 90%, namun kerusakan ekosistem mangrove yang parah telah menyebabkan kegagalan dalam pengembangannya. Kegagalan budidaya udang cukup tinggi karena kegiatan tersebut tidak mempertimbangkan daya dukung tambak dan hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Pola budidaya tambak udang


(28)

yang berorientasi pada optimalisasi produksi menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kegagalan akibat terjangkit virus dan penyakit atau kualitas udangnya terus menurun (Nurdjana 2005).

2.5 Kesesuaian lokasi usaha tambak

Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Hardjowigeno 2001). Kapetsky dan Travaglia (1995) menekankan bahwa investor yang tertarik dalam bidang pengembangan budidaya juga membutuhkan informasi spasial khususnya pada saat pemilihan lokasi dari beberapa alternatif pilihan lokasi yang memiliki perbedaan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi. Penilaian kesesuaian lahan merupakan suatu penilaian secara sistematik dari lahan dan menggolongkannya ke dalam kategori berdasarkan persamaan sifat atau kualitas lahan yang mempengaruhi kesesuaian lahan bagi suatu usaha tertentu (Bakosurtanal 1996).

Menurut Rossiter (1996), evaluasi kesesuaian lahan sangat penting dilakukan karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi dan geografi yang bervariasi atau dengan kata lain lahan diciptakan tidak sama. Adanya variasi sifat tersebut dapat mempengaruhi penggunaan lahan yang sesuai, diantaranya untuk budidaya tambak.

Lokasi budidaya tambak di pesisir harus memperhatikan keberadaan dan kelestarian mangrove, karena kawasan mangrove memiliki peranan yang sangat penting, maka diperlukan pengelolaan yang pada dasarnya memberikan legitimasi agar dapat tetap lestari. Penetapan jalur hijau mangrove sebagai pelindung daerah pesisir dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri


(29)

Pertanian dan Menteri Kehutanan Nomor KB.550/264/Kpts/4/1984 dan Nomor 082/Kpts-II/1984, yang menyebutkan bahwa lebar sabuk hijau mangrove adalah 200 m. Surat Keputusan tersebut kemudian dijabarkan melalui Surat Edaran Nomor 507/IV-BPHH/1990 tentang penentuan lebar sabuk hijau hutan mangrove, yaitu sebesar 200 meter di sepanjang pantai dan 50 m disepanjang tepi sungai. Keputusan tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, yakni lebar jalur hijau (m) adalah 130 x rata- rata tunggang air pasang purnama (tidal range).

Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan guna mewujudkan keberhasilan usaha tambak yaitu pasokan air, topografi, tipe tanah, vegetasi, elevasi, serta pengaruh aliran sungai dan banjir (Rabanal et al. 1976, diacu dalamAbdurrahman 2004). Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kesesuaian lokasi tambak, antara lain:

2.5.1 Sumber air dan kualitasnya

Salah satu faktor yang menunjang kelangsungan usaha tambak udang adalah sumber air laut. Laut adalah sumber utama pemasok air bagi pertambakan air payau. Pasokan air tawar untuk tambak dapat diperoleh dari aliran sungai, saluran irigasi untuk sawah, dan sumur air tanah (Poernomo 1992). Tambak dibangun dipinggir pantai untuk kemudahan pengairan, yakni pengisian dengan air laut atau air payau (Kordi dan Tancung 2007). Tambak udang biasanya dikembangkan di kawasan intertidal, pada area terlindung dekat sungai, muara sungai, dan area mangrove. Selain sebagai sumber pasokan air, kedekatan tambak dengan pantai bertujuan untuk mencapai kesempurnaan pengeluaran air limbah. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap proses pengeringan dasar tambak yang lebih baik, dengan catatan bahwa lokasi disepanjang pantai tidak berlumpur karena proses siltasi (Pillay dan Kutty 2005).


(30)

Diluar kuantitas pasokan air yang cukup, kualitas air perlu diperhatikan dalam usaha tambak. Persyaratan mutu air tambak untuk budidaya udang ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas air tambak udang

No Parameter Satuan

Nilai

Ditoleransi Optimum A. Fisika

1 Temperatur (****) °C 23 – 33 26 – 30 2 Salinitas (**) ‰ 10,0 – 35,0 15,0 – 20,0 B. Kimia

3 Oksigen terlarut (DO) (*) mg/l  3 4,0 – 8,0 4 pH (****) 6,0 – 9,0 7,5 – 8,5

5 BOD (**) mg/l < 45 < 10

6 NH3 (amonia) (***) Ppm 0,1 0

7 Nitrit (NO2) (**) Ppm < 0,5 0 8 Alkalinitas (***) mg/l  20 80 – 120 9 Organofosfat (***) Ppm < 0,10 0

Sumber: (*)Boyd (1991); (**)Wyban dan Sweeny (1991); (***)Effendi (2003); (****)Amri dan Kanna (2008)

2.5.2 Karakteristik tanah

Tanah yang baik untuk pertambakan adalah liat berpasir atau liat berlumpur. Tanah tambak umumnya terbentuk dari hasil endapan (alluvial), sehingga kesuburannya sangat ditentukan oleh jenis dan kualitas material yang diendapkannya (Afrianto dan Liviawaty 1991). Kualitas tanah tambak berperan penting dalam usaha budidaya tambak, bukan hanya karena pengaruhnya terhadap produktivitas maupun kualitas air yang berada diatasnya, namun juga karena faktor kesesuaiannya untuk konstruksi pematang dan selokan disekitar tambak (Pillay dan Kutty 2005).

Kemampuan tambak dalam menahan volume air didalamnya dipengaruhi oleh karakteristik tanah. Tekstur dan porositas adalah dua properti fisik yang paling penting, dimana tekstur bergantung pada proporsi konstituen tanah partikel pasir, lempung dan liat. Tanah dengan tekstur liat (clay), lempung


(31)

berlumpur (silty clay), lempung berliat (clay loam), lempung liat berlumpur (silty clay loam) dan liat berpasir (sandy clay) lebih sesuai untuk konstruksi tambak. Hal ini dikarenakan tekstur tersebut memiliki luas permukaan yang lebih besar dan dengan demikian dapat menyerap lebih banyak nutrien dan menahan kemudian melepaskan kembali untuk pembentukan bahan organik dalam tambak (Pillay dan Kutty, 2005). Karakteristik tekstur tanah ditunjukkan dalam Tabel 2. Pada tambak udang intensif diperlukan dasar tambak yang kompak dan keras agar kualitas dasar tambak dapat dipertahankan selama periode pemeliharaan.

Tabel 2. Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan tambak

Tekstur tanah Permeabilitas Kepadatan Kelayakan Liat (Clay) Kedap air Cukup Sangat baik Liat berpasir (Sandy

clay) Kedap air Baik Baik

Lempung (Loam) Semi kedap air Sedang Sedang

Silty Semi kedap air Jelek - baik Jelek

Peaty Kedap air Jelek Buruk

Sumber: Afrianto dan Liviawaty (1991)

2.5.3 Topografi

Usaha budidaya tambak sebaiknya memilih lokasi yang datar dan tidak lebih tinggi dari pasang tertinggi atau lebih rendah dari surut terendah. Hal tersebut berkaitan dengan kemudahan dalam penggalian dan perataan tanah, pergantian air tambak dan pengeringan serta menghindari kesulitan dalam pengelolaan air (Poernomo 1992). Pada tanah bergelombang dimungkinkan terjadinya penggalian tanah yang banyak dan menyebabkan lapisan tanah yang subur terbuang. Tanah yang datar umumnya memiliki tingkat kelerengan sekitar 0 – 3% (Jamulya dan Sunarto 1996).


(32)

2.5.4 Curah hujan

Daerah yang ideal untuk dijadikan lahan tambak adalah daerah dengan curah hujan 2000 mm/ tahun dengan bulan kering 2 -3 bulan. Apabila curah hujan melebihi 2000 mm/ tahun dan tidak terdapat bulan kering atau hujan sepanjang tahun, maka akan menimbulkan masalah besar. Kondisi seperti ini sangat penting untuk diperhatikan, agar tambak dapat berproduksi lebih baik dan stabil, untuk memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan mineralisasi bahan organik, dan menghilangkan bahan toksik seperti H2S, serta untuk menumbuhkan pakan

alami dalam tambak, maka perlu dilakukan pengeringan dasar tambak secara rutin menjelang penebaran benur, yang mana semua hal tersebut memerlukan bulan kering (Soeseno 1988)

2.5.5 Pasang surut

Dua hal yang berkenaan dengan pasang surut adalah proses pemasukkan dan pembuangan air dalam proses produksi tambak. Pola pasang surut air akan mempengaruhi tipe dan manajemen tambak serta biaya operasinya. Agar kelancaran pengelolaan terjamin baik perlu diperhatikan agar tambak terletak pada lokasi dimana pasang- surutnya menguntungkan (Poernomo 1992).

Kisaran fluktuasi pasang surut air laut yang dianggap memenuhi persyaratan untuk tambak adalah 1,7 – 2 meter. Jika suatu daerah memiliki fluktuasi pasang surut lebih dari dua meter, maka daerah tersebut membutuhkan pematang ekstra kuat untuk menahan air pasang. Daerah dengan tunggang pasut lebih rendah dari 1,7 meter menyebabkan kurangnya suplai air untuk memenuhi kebutuhan tambak, namun masih dapat dijadikan sebagai tambak, dengan memanfaatkan pompa untuk membantu mengalirkan air dari dan ke dalam tambak (Martosudarmo dan Ranoemihardjo 1992). Gedrey et al. (1984), diacu dalam Pillay dan Kutty (2005) mengestimasi bahwa konstruksi dan pengoperasian


(33)

usaha tambak dengan sistem pompa akan lebih ekonomis daripada tambak yang bergantung pada pasang surut.

2.6 Data

Data merupakan sekumpulan fakta mentah yang mewakili kejadian yang berlangsung dalam organisasi atau lingkungan fisik sebelum ditata dan diatur ke dalam bentuk yang dapat dipahami dan digunakan orang (Laudon dan Laudon 1998). Data dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi sesuatu yang lebih bermakna, dan selanjutnya disimpan dalam database.

2.7 Informasi

Informasi memiliki pengertian berbeda dengan data. Informasi merupakan hasil olahan data sehingga lebih bermakna. Hoffer et al. (2005) menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakannya. Informasi dapat sangat berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau di masa mendatang (Davis 1999). Pemrosesan data menjadi sebuah informasi (Gambar 3) dapat melalui beberapa tahap seperti peringkasan, pererataan, penyajian dalam bentuk grafik, atau pemrosesan lainnya, dengan tujuan memudahkan interpretasi bagi pengguna (Kadir 2009).

Gambar 3. Data, proses, dan informasi

Data Informasi

PROSES

- Peringkasan - Penyajian grafik - Pengolahan - Transformasi


(34)

2.8 Database

Database adalah kumpulan terorganisir dari data yang secara nalar saling berkaitan (Hoffer et al. 2005). Menurut Prahasta (2009) database atau basis data adalah kumpulan data non-redundant yang saling terkait satu sama lainnya, dalam usaha membentuk bangunan informasi yang penting (enterprise) dan dapat digunakan bersama oleh sistem aplikasi yang berbeda. Penerapan database dalam suatu sistem informasi dinamakan database sistem, yaitu sebuah sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan data yang saling berhubungan, dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi (Kadir 2008). Komponen- komponen utama dalam sebuah sistem database adalah perangkat keras (hardware), sistem operasi, database, sistem pengelola database (DBMS), pemakai (user), dan aplikasi (perangkat lunak) lainnya (optional) (Fathansyah 2002).

Database dikelola dengan perangkat lunak yang memungkinkan pengguna memakai, memelihara dan mengakses sumberdaya data secara efisien yakni DBMS atau Database Management System. Kelebihan penggunaan DBMS adalah mengurangi duplikasi data dan untuk keamanan data (Mulyanto 2009). Kecenderungan peningkatan penggunaan DBMS adalah dalam pengelolaan data SIG dan data non-spasial. Hampir semua Sistem Informasi Geografis yang bersifat komersil turut menyertakan beberapa bentuk dari DBMS (Aronoff 1991).

2.8.1 Database Relasional

Database relasional adalah jenis database yang menggunakan model data relasional, dan merupakan jenis database yang sering digunakan saat ini. Model database relasional terdiri dari data yang direpresentasikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari sejumlah baris dan kolom, yang ternormalisasi dengan field kunci sebagai penguhubung relasional antar tabelnya. Model data relasional memiliki


(35)

beberapa kelebihan, antara lain cenderung mudah diakses, fleksibel, mudah dikembangkan strukturnya, serta operasi penambahan atau pengurangan yang diberlakukan tidak menyebabkan anomali atau perubahan hubungan antar tabel (Prahasta 2009).

Kadir (2009) mengungkapkan bahwa setiap tabel dalam database model relasional dapat berhubungan yang dibentuk melalui mekanisme kunci primer (primary key) dan kunci asing (foreign key). Kunci primer berperan sebagai identitas yang unik dari setiap record, sedangkan kunci asing adalah kolom yang berperan sebagai penghubung dengan kunci primer di tabel lain (Mulyanto 2009). Ilustrasi hubungan antar tabel dalam model database relasional ditunjukkan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Kunci primer dan kunci asing dalam hubungan antar relasi

2.9 Sistem Informasi

Sistem informasi didefinisikan sebagai sistem yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik (Turban et al. 1999). Komponen dalam sistem informasi adalah

Nomer_Mahasiswa Nama Tanggal_Lahir Kelamin 55 Ridwan 20/03/1991 Pria 56 Sari 3/1/1992 Wanita 57 Ida 22/7/1991 Wanita 58 Slamet 19/9/1991 Pria

Nomer_Mahasiswa Kode_MK Nilai 53 DB001 A 54 P1001 B 55 DB001 B 55 DB001 A

Kode_MK Nama_MK SKS DB001 Pengenalan Database 3 DB002 Pemrograman Database 3 P1001 Dasar Multimedia 2 P1002 Pemrograman Multimedia 3 Kunci primer

Kunci primer Kunci primer

Kunci tamu


(36)

manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan. Sistem Informasi memiliki beberapa aktivitas yaitu input, proses, output, penyimpanan, dan pengendalian. Input merupakan proses memasukkan data. Pemrosesan dalam sistem informasi adalah melakukan pengolahan data dengan operasi matematika. Aktivitas output memberikan hasil dalam bentuk laporan, gambar, grafik, berkas, audio maupun video. Mekanisme penyimpanan dalam sistem informasi adalah aktivitas menyimpan data dan informasi secara teratur untuk digunakan kemudian (O’Brien 2005). Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi dituangkan dalam Gambar 5.

Sumber: O’Brien (2005)

Gambar 5. Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi

Tujuan sistem informasi menurut Budihar (1995) adalah menyediakan dan mensistematisasikan informasi yang merefleksikan seluruh kegiatan yang diperlukan untuk mengendalikan operasi organisasi. Kegiatan dalam sistem informasi adalah mengambil, mengolah, menyimpan,dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk mengoperasikan seluruh aktifitas di dalam organisasi. Dalam perancangan sistem informasi, dunia nyata ditransformasikan


(37)

dengan menggunakan sejumlah perangkat konseptual yakni model ER (Entity Relationship) sehingga menjadi suatu diagram relasi antar entitas (Prahasta 2009).

2.10 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografi adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi bereferensi geografis (Aronoff 1991). Definisi SIG menurut Burrough (1986), serta Kapetsky dan Travaglia (1995) adalah integrasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang didesain untuk mencapai efisiensi guna memperoleh, menyimpan, memanipulasi, mengambil kembali, menganalisis, menampilkan dan melaporkan semua bentuk informasi bereferensi geografis untuk memenuhi suatu tujuan tertentu. SIG merupakan sistem yang mampu mendukung (proses) pengambilan keputusan (terkait aspek) spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi lokasi dengan karakteristik- karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut (Gistut 1994, diacu dalam Prahasta 2009). Perencanaan dengan SIG berkaitan dengan kondisi dunia nyata di awal dan akhir proses, hal ini diilustrasikan pada Gambar 6.

Sumber: Modifikasi Aronoff (1991)

Gambar 6. Skema proses perencanaan dengan SIG Real

World

Data Sources

Data Management

Analysis Users


(38)

2.10.1 Komponen SIG

SIG memiliki empat rangkaian kemampuan dasar untuk menangani data bereferensi geografis yaitu input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data, dan output (Prahasta 2009). Definisi input data adalah mengkonversi data dari format awal menjadi format yang dapat diterima dan digunakan dalam SIG. Manajemen data mencakup fungsi - fungsi yang diperlukan untuk menyimpan dan mengambil kembali data dari basis data. Manipulasi dan analisis data menentukan informasi yang dapat diperoleh melalui SIG. Output merupakan keluaran yang dihasilkan atau fungsi pelaporan dari SIG yang lebih baik dalam mutu, ketelitian dan kemudahan penggunaan. Output yang dihasilkan dapat berbentuk peta, tabel, nilai atau teks dalam format hardcopy atau softcopy (Aronoff 1991).

Menurut Gistut (1994), diacu dalam Prahasta (2001), Sistem Informasi Geografis memiliki beberapa komponen seperti perangkat keras, perangkat lunak,data dan informasi geografi, pengguna serta manajemen (Gambar 7).

Sumber: Gistut (1994), diacu dalam Prahasta (2001) Gambar 7. Komponen Sistem Informasi Geografis

DATA MANIPULATION & ANALYSIS

DATA MANAGEMENT DATA

INPUT

DATA OUTPUT


(39)

2.10.2 Format data SIG

Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem SIG yakni sistem vektor dan raster. Kedua sistem ini membedakan bagaimana data spasial direpresentasikan dan disimpan yaitu data raster atau data vector (Nath et al. 2000). Dalam sistem vektor dan raster, digunakan „sistem koordinat geografis’ untuk menampilkan ulang suatu bentuk ruang (Aronoff 1991). Pembedaan jenis data SIG dituangkan dalam Gambar 8.

Gambar 8. Tipe data Sistem Informasi Geografis

Nath et al. (2000) memaparkan bahwa data spasial dengan format vektor didefinisikan dan direpresentasikan sebagai “titik”, “garis”, dan “poligon”. Lokasi pompa di tambak direpresentasikan sebagai titik, sungai atau jalan sebagai garis, sedangkan poligon umum digunakan untuk menggambarkan area seperti ladang. Pada data raster, ruang direpresentasikan oleh grid yang seragam, dimana setiap sel memiliki deskriptor unik berdasarkan sistem koordinat (Gambar 8).

2.11 SIG dalam akuakultur

Meaden dan Kapetsky (1991) menjelaskan tentang penggunaan SIG dibidang perikanan antara lain: 1) Perencanaan zonasi sumberdaya air; 2)

Data SIG

Data Non Spasial/ Data Atribut Data Spasial

Data Vektor

Data Raster


(40)

Pemetaan zonasi spesies biota air; 3) Pengaruh lingkungan terhadap produksi ikan secara intensif; 4) Identifikasi daerah dimana inovasi kegiatan perikanan kemungkinan menyebar. SIG dapat digunakan untuk memprediksi atribut dari suatu lokasi khusus dan/ atau untuk menempatkan semua lokasi dengan atribut tertentu. Penggunaan SIG sebagai teknik untuk analisis sumberdaya dan pemilihan lokasi berperan penting dalam pengembangan budidaya (Aguilar-Manjarrez dan Ross 1993). SIG telah banyak diterapkan untuk sektor budidaya skala regional atau nasional (Kapetsky et al. 1988; Meaden dan Kapetsky 1991; Nath et al. 2000). Sejumlah penelitian telah mengeksploitasi kapasitas pemodelan dari SIG, yaitu pembangunan model lokasi budidaya ikan di Red River Delta, Vietnam (Tran dan Demaine 1996), pembangunan model lokasi budidaya udang di Meksiko (Aguilar-Manjarrez 1996), manajemen akuakultur di pesisir Thailand (Jarayabhand 1997), dan lokasi potensi budidaya udang dan ikan di Bangladesh (Salam dan Ross 2000). Manajemen sumberdaya perairan suatu area yang belum terintegrasi dengan ekonomi pedesaan, dapat dibangun untuk memenuhi peningkatan permintaan terhadap protein ikan di suatu area. Dalam hal tersebut, pembentukan berdasarkan suatu pengambilan keputusan terstruktur dan skema perencanaan dapat dilayani dengan baik oleh SIG (Salam et al. 2003).


(41)

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Oktober 2010. Lokasi penelitian berada di tambak udang vannamei milik PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP), Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Peta kecamatan Patrol ditunjukkan dalam Gambar 9, dengan peta tata letak tambak PT. IYP ditunjukkan pada Gambar 10.

3.2 Alat dan data penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian, beserta spesifikasi, sumber dan fungsinya dijabarkan dalam Tabel 3. Seluruh data penelitian dicantumkan dalam Tabel 4.

3.3 Metode pengumpulan data

Data penelitian terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer diukur pada saat survey lapangan, mencakup data kualitas sumber air budidaya, kualitas air pesisir, posisi geografis serta dokumentasi kegiatan budidaya, kondisi tambak dan pesisir. Data sekunder berupa data spasial yang digunakan dalam penyusunan kesesuaian lahan tambak, dan data budidaya tambak milik PT. IYP. Pengelompokkan data secara terperinci dituangkan dalam Tabel 4.


(42)

(43)

(44)

Tabel 3. Alat penelitian

Alat Spesifikasi Fungsi

Perangkat keras (hardware)

Komputer dan kelengkapannya Media input, pengolahan data dan pencetak output

Perangkat lunak (software)

ErMapper 6.4, Arc GIS 9.3, Ms.Visual Basic 6.0, Navicat,

MySQL,Ms.Office

Pembuatan peta dasar, basis data, sistem informasi berbasis

spasial,dan laporan

GPS Garmin 12XL Pengambilan data posisi

geografis

Refraktometer Atago Pengukuran nilai salinitas

pH meter Tupech Pengukur pH perairan

DO meter/ Metode titrasi winkler

Metode titrasi winkler membutuhkan Botol Winkler,pipet,

erlenmeyer,suntikan (pengganti buret), gelas ukur, MnSO4H2O,

NaOH + KI, H2SO4 pekat, Na2S2O3 dan amilum

Pengukuran kadar oksigen terlarut

Termometer Pengukur suhu perairan

Test kit Aqua BASE Pengukur alkalinitas Test kit Aqua NITE Pengukur konsentrasi nitrat Test kit Aqua AM Pengukur konsentrasi amoniak

Aerator Aerasi sampel air untuk

pengukuran BOD5 Botol BOD Botol gelap (berbungkus polybag) Penyimpan sampel air untuk

pengukuran BOD5 Botol sampel,

es batu dan coolbox

Penyimpan sampel air serta alat dan bahan untuk titrasi

winkler

Kapal Transportasi pengambilan


(45)

Tabel 4. Data penelitian Metode

perolehan Kelompok Jenis Sumber Fungsi Periode

Data primer (survey lapangan)

Data kualitas sumber air budidaya

Suhu

Sumber air laut dan air tawar yang digunakan dalam kegiatan budidaya Penyusun Sistem Informasi Budidaya Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita Maret 2010 Salinitas DO pH Alkalinitas Amoniak BOD5 Organo phospat Juni 2010 Dokumentasi Kegiatan budidaya Tambak PT. IYP, Patrol, Indramayu Maret 2010 Peralatan budidaya Produk budidaya

Data fisik tambak

Koordinat kolam tambak Tambak PT. IYP, Patrol, Indramayu Penyusun layout tambak PT.Indo nusa Yudha Perwita Maret dan Juni 2010 Koordinat batas tambak Koordinat bangunan dalam tambak Koordinat saluran inlet, outlet dan anco Contoh ukuran kolam tambak Maret 2010 Data kualitas air

pesisir Salinitas pesisir Pesisir kecamatan Patrol, Indramayu Evaluasi kesesuaian lahan untuk lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita Oktober 2010 Data

sekunder Data spasial

Citra Landsat 7 ETM+ Path/Row: 121/064 BTIC 10 Oktober 2006 Data GeoEye Google Earth 2010

Peta administrasi

BAPEDA

Indramayu 2006

Peta kelerengan (topografi) Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat 1990 Peta Satuan lahan (Tekstur dan jenis tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat 1990


(46)

Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Indramayu

Bakosurtanal Tahun

2005 Data curah

hujan BMKG

2006-2010 Data pasang surut Survey lapangan (Siahaan 2010) dan Dishidros TNI AL 2010

Data fisik tambak

Denah awal tambak Laboratorium budidaya PT. Indonusa Yudha Perwita Penyusun Sistem Informasi Budidaya Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita Sesuai catatan data manual PT. Indo nusa Yudha Perwita Nama kolam dan blok tambak Ukuran kolam tambak Data operasional budidaya Data kualitas air (fisika- kimia) pH, Salinitas Dissolved Oxygen (DO)

Suhu Alkalinitas Bahan organik total (TOM) Amoniak Data kualitas air (biologi) Plankton Bakteri (jumlah total bakteri dan bakteri vibrio) Data pakan Jumlah dan jenis pakan Gudang pakan PT. IYP Data panen Data awal produksi Padat tebar Kantor PT. IYP Sumber benur Data akhir produksi nilai produksi Final ABW


(47)

3.4 Metode penelitian 3.4.1 Data spasial

Citra Landsat 7 ETM+ terkoreksi radiometrik dan geometrik, diklasifikasi, kemudian digunakan dalam survey lapangan. Penggabungan hasil analisis citra dengan survey lapangan digunakan untuk memperbaharui dan mengkoreksi seluruh peta kriteria penyusun kesesuaian lahan untuk tambak. Hasil survey lapangan berupa posisi geografis digunakan dalam proses registrasi data Google Earth guna pembuatan ulang layout tata letak tambak.

3.4.2. Data kualitas air pesisir

Pengambilan data kualitas air dikawasan pesisir kecamatan Patrol, mencakup salinitas dan suhu. Data salinitas pesisir digunakan untuk memperoleh sebaran salinitas kecamatan Patrol, sebagai salah satu kriteria dalam penentuan kesesuaian lahan tambak. Sebaran stasiun pengambilan data kualitas air pesisir dilampirkan dalam Lampiran 1.

3.4.3 Data kualitas sumber air budidaya

Pengambilan data kualitas sumber air budidaya tambak PT. IYP dilakukan pada sumber air tawar (pompa air tanah) dan sumber air laut. Pengukuran terhadap nilai pH, suhu, salinitas, DO, amoniak, nitrit dan alkalinitas dilakukan secara in-situ, sedangkan pengukuran nilai organofosfat dan BOD5 masing-

masing dilakukan di Laboratorium Residu dan Bahan Kimia, Departemen Pertanian dan Laboratorium Proling IPB. Stasiun pengambilan data kualitas sumber air budidaya dicantumkan pada Lampiran 2, sedangkan gambar alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran nilai kualitas air pesisir dan sumber air budidaya dilampirkan dalam Lampiran 3.


(48)

3.4.4 Data budidaya tambak PT. IYP

Catatan data budidaya tambak PT. IYP mencakup data kualitas air, data pakan, data plankton, data sampling dan data panen. Keseluruhan data budidaya dari laboratorium dan kantor PT. IYP, digunakan untuk membangun database Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP.

3.5 Metode pengolahan dan analisis data

3.5.1 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

Penentuan kesesuaian lahan untuk lokasi tambak PT. IYP menggunakan kriteria biofisik sebagai faktor pendukung kemudian dievaluasi dengan faktor pembatas yakni regulasi pemerintah mengenai kawasan sempadan pantai dan sungai. Kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak mengacu pada matriks dalam Tabel 5, sedangkan kelas kesesuaian dibagi menjadi 4 (FAO 1976), yakni:

Kelas S1  Sangat Sesuai

Kawasan ini didefinisikan sebagai kawasan tanpa faktor pembatas yang serius untuk suatu penggunaan lahan tambak secara lestari, atau hanya memiliki pembatas yang kurang berarti dan atau tidak berpengaruh nyata dalam keberlangsungan usaha tambak.

Kelas S2  Cukup Sesuai

Kawasan ini tergolong memiliki faktor pembatas yang agak serius sebagai lokasi usaha tambak yang lestari. Pembatas tersebut dapat mengurangi produktivitas lahan atau keuntungan yang diperoleh. Dibutuhkan suatu strategi masukan yang lebih untuk mengusahakan lahan kelas ini agar menjadi lebih produktif.

Kelas S3  Sesuai Bersyarat

Kawasan ini memiliki pembatas serius , namun masih mungkin untuk diatasi. Hal ini berarti kawasan ini dapat ditingkatkan menjadi sesuai untuk lahan tambak,


(49)

apabila dilakukan dengan introduksi teknologi yang lebih modern dalam menjalankan usaha tambak.

Kelas N  Tidak Sesuai

Kawasan ini memiliki penghambat serius yang menjadikannya tidak mungkin untuk dijadikan kawasan usaha tambak.

Penentuan nilai kesesuaian lahan tambak dilakukan dengan metode pembobotan dan pengharkatan (skor). Pemberian bobot dilakukan terhadap setiap parameter atau kriteria penyusun kesesuaian lahan, sedangkan skor diberikan pada masing- masing variabel dari kriteria tersebut. Sistem pemberian skor mengacu pada Kapetsky dan Nath (1997) yakni pemberian skor 4 untuk kriteria yang sangat sesuai (S1), skor 3 untuk kriteria cukup sesuai (S2), skor 2 untuk kriteria sesuai marjinal atau sesuai bersyarat (S3), dan skor 1 untuk kriteria yang tidak sesuai permanen (N). Nilai kesesuaian lahan diperoleh melalui penjumlahan dari hasil perkalian bobot dan skor seluruh kriteria penyusun kesesuaian lahan. Secara matematis, nilai kesesuaian lahan dituliskan dalam rumus:

N =

Keterangan : N = Nilai total kesesuaian lahan Wi = Bobot (weight)

Si = Nilai (skor)

Klasifikasi nilai total kesesuaian lahan yang diperoleh menggunakan metode pengkelasan natural breaks atau jenks. Pengkelasan nilai ini dilakukan dalam pemrosesan dengan perangkat lunak ArcGIS. Teknik integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak diilustrasikan dalam Gambar 11.


(50)

Tabel 5. Matriks kesesuaian lahan budidaya tambak

No Kriteria Bobot

Kelas Kesesuaian Lahan Tambak

S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor

1 Landuse 20 Sawah,

tambak, tegalan, belukar, hutan

pantai

4 Kebun, hutan rawa

3 Hutan lindung, area pertambangan

2 Pemukiman dan industri

pabrik

1

2 Jenis Tanah 15 Aluvial pantai 4 Histosol,

Andosol

3 Regosol

gleihumus

2 Regosol 1

3 Jarak dari pantai (m) 15 200 – 300 4 300 - 4000 3 <200 2 > 4000 1

4 Jarak dari sungai (m) 10 50 – 500 4 500 - 1000 3 <50; 1000 - 3000 2 >3000 1

5 Aksesibilitas (m) 10 < 1000 4 1000 - 2000 3 2000 – 3000 2 >3000 1

6 Tekstur tanah 10 Clay 4 Sandy clay 3 Loam 2 Silty 1

7 Kelerengan lahan (%) 10 0 – 3 4 3,0 - 6 3 6,0- 9 2 >9,0 1

8 Curah hujan (mm/th) 5 1000 – 2000 4 2000 - 36000 3 <1000 2 >3600 1

9 Salinitas 5 12,0 – 20 4 20,0 - 30 3 5,0 - 12; 30 - 45 2 <5; > 45 1 Sumber : Modifikasi Poernomo (1992)


(51)

Gambar 11. Skema integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak

3.5.2 Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP 3.5.2.1 Pembentukan database

Database tambak PT. IYP (db_tambak) dirancang mengikuti model data relasional. Dalam pengelolaan database tambak digunakan perangkat lunak DBMS MySQL.

Dalam pembentukan database untuk sistem informasi, data budidaya tambak PT. IYP dikelompokkan menjadi data fisik tambak, data operasional budidaya, dan data panen. Data fisik tambak berupa identitas kolam disimpan dalam tabel kolam (tbl_kolam) dan tabel blok (tbl_blok). Data budidaya yang mencakup data operasional dan panen, didefinisikan dalam beberapa tabel sesuai dengan format catatan manual data budidaya milik PT. IYP, yakni:

a. data kualitas air (tbl_data_harian), b. data pakan (tbl_pakan_harian),

Aksesibilitas Kelerengan lahan Salinitas Tekstur tanah Curah hujan Jenis tanah Jarak dari sungai Jarak dari pantai Landuse Pendugaan awal kesesuaian lahan untuk tambak secara biofisik

Faktor pembatas :

Keppres 32/1990 dan Surat Edaran Departemen Kehutanan No. 507/ IV-BPPH/ 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung yakni lebar jalur hijau 200 m di sempadan pantai dan 50 m di

sempadan sungai.

Hasil akhir kesesuaian lahan tambak


(52)

c. data plankton (tbl_plankton_harian), d. data sampling (tbl_sampling),

e. data jenis plankton (tbl_jenis_plankton), f. data jenis pakan (tbl_jenis_pakan), g. data status anco (tbl_jenis_anco),

h. data waktu pemberian pakan (tbl_waktu), i. data panen (tbl_panen),

Data non budidaya turut disertakan dalam database, yakni data pengguna sistem informasi (tbl_user), dan data penyusun indeks kesesuaian wilayah (tbl_curah_hujan dan tbl_ikw).

Dalam database tambak PT.IYP, setiap tabel memiliki kunci primer. Kunci primer dalam setiap tabel pada database tambak PT. IYP adalah nomor data, hal ini dikarenakan nomor input data tidak mengalami pengulangan. Ilustrasi database tambak PT. IYP dituangkan dalam Gambar 12.

3.5.2.2 Perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP Metode perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak PT.IYP mengadopsi metodologi klasik yang umum digunakan dalam mengembangkan sistem informasi atau System Development Life Cycle (SDLC). Metodologi ini mencakup kegiatan analisis kebutuhan, perancangan sistem, pembuatan sistem dan implementasi rancangan sistem informasi dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.

Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dibangun berdasarkan kebutuhan terhadap modernisasi pengelolaan, efisiensi, dan kemudahan penyimpanan data budidaya, otomatisasi penanganan data budidaya, efisiensi waktu pengolahan data budidaya menjadi informasi untuk mengevaluasi kondisi budidaya, serta kebutuhan akan pengamanan data budidaya. Sistem informasi


(53)

dirancang secara sederhana, disesuaikan dengan ketersediaan infrastruktur dan sumber daya manusia dalam PT. IYP, sehingga sistem informasi mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan data oleh pekerja.

Gambar 12. Format tabel data budidaya dalam database tambak PT. IYP Format Tabel Pakan

Format Tabel Kolam


(54)

Dalam perancangan sistem informasi, data budidaya tambak udang PT. IYP ditransformasikan menggunakan perangkat konseptual untuk menunjukkan hubungan antar individu data budidaya yakni Diagram ER (Entity Relationship) seperti ditunjukkan dalam Gambar 13. Entitas dalam diagram ER mencakup seluruh individu data budidaya tambak PT. IYP yang terkelompokkan dalam beberapa tabel (entity set), sedangkan relasi menunjukkan hubungan antar tabel data budidaya. Dalam perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP, tingkat relasi yang terdapat dalam tabel adalah satu ke banyak (one to many), yakni satu kolam dapat memiliki banyak data budidaya (data pakan, data kualitas air, data plankton, dan lainnya).

Gambar 13. Diagram ER Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT.IYP

Sesuai dengan aktivitas sistem informasi pada umumnya, dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP terdapat aktivitas input, pemrosesan data, dan menghasilkan output. Mekanisme input dan output data menggunakan


(55)

peta tata letak tambak yang terhubungkan dengan tabel data kolam (tbl_kolam) dan data blok (tbl_blok) dalam database tambak. Penggunaan peta tata letak tambak adalah sebagai gambaran posisi setiap kolam sebagai sumber dan kunci pengelompokkan data budidaya.

Input data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP disesuaikan dengan penggolongan data dalam database. Terdapat dua jenis proses input yakni input formasi datadan input data.Input formasi data bertujuan untuk memudahkan proses input data, dimana data yang dimasukkan dalam formasi data adalah data yang penggunaannya berulang. Data yang dimasukkan dalam formasi data antara lain kolam, waktu pakan, jenis pakan, dan spesies plankton. Input data dikelompokkan menjadi lima menu input yakni input data fisik yang terbagi dalam data identitas kolam blok, input data operasional yang terbagi atas data kualitas air, data pakan, data sampling, data plankton, dan data panen.

Langkah pemrosesan data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP terbagi menjadi tiga jenis, yakni:

a. Operasi matematis atau kalkulasi (dengan formula) b. Akumulasi data deret waktu (variasi temporal) c. Perbandingan data antar kolam (variasi spasial)

Seluruh aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP yang menyangkut input keseluruhan data, pemrosesan hingga output yang dihasilkan secara terperinci dirangkumkan dalam Tabel 6.


(56)

Tabel 6. Pemrosesan data budidaya dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP (a) dan (b)

(a) Pemrosesan data berdasarkan deret waktu dan spasial

Input Proses Output Keterangan

Data kualitas air (pH, salinitas, DO, suhu, TOM, Alkalinitas, dan lainnya)

Akumulasi data deret waktu atau perbandingan secara spasial Tabel kumpulan informasi, grafik time series, dan

grafik perbandingan

spasial Data jumlah plankton

Data hasil panen

Data sampling (pertumbuhan udang) Data akumulasi jumlah pakan Data hasil evaluasi (FCR, SR, ABW,

ADG, padat tebar, dan lainnya)

(b) Pemrosesan data dengan operasi matematis (formula)

Input Proses Hasil (Output) Keterangan

Data jumlah benur dan luas kolam (Data

panen)

Jumlah benur/ luas area

Padat tebar (ekor /m²)

Data jumlah benur dan jumlah udang

(Data panen)

(Jumlah udang saat panen/ Jumlah benur

yang ditebar)* 100%

Survival rate (%SR)

Data jumlah akumulatif pakan dan

hasil panen

Jumlah pakan (kg)/ Jumlah panen (kg)

Feeding conversion ratio

(FCR) Data pertumbuhan

bobot udang (Data sampling) Σ(hasil sampling ke -i)/n Rataan bobot udang hasil sampling (gr)

i = 1,2,3,...dst; n= banyaknya

pengulangan sampling Data pakan Σ (bobot pakan 1(jam

ke- i) + bobot pakan 2(jam ke- i))

Total pakan harian (kg)

i = pukul 08.00; 12.00; 16.00;

20.00; 24.00 Akumulasi

jumlah pakan (kg)

z = hari pembesaran

udang (1,2,3,...,m) Data size udang

(Data panen)

1000 gr/ (size udang) Rataan bobot udang ABW (gr) Data ABW (Data

panen)

ABW/ DOC (jumlah hari pembesaran) Rata- rata pertumbuhan bobot udang harian ADG (gr/hari) Data panen dan luas

kolam

(Hasil panen/luas kolam) * 10000

Nilai produksi/ ha (kg/ha)


(57)

Mekanisme output pada Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP didasarkan pada kolam sebagai alamat data. Hal ini untuk mempermudah pengelola tambak melakukan kontrol dan evaluasi baik secara temporal maupun spasial. Output sistem informasi dituangkan dalam dua bentuk, yakni:

a. Tabel

Informasi dalam bentuk tabel mencakup kumpulan seluruh data budidaya yang telah diinput dan yang telah diproses dengan algoritma. Tabel hasil sistem informasi dapat dicetak atau disimpan dalam bentuk *.txt.

b. Grafik

Output grafik bertujuan untuk memudahkan interpretasi data, sehingga dapat mempersingkat waktu pengambilan keputusan. Terdapat dua tipe grafik yakni grafik satu kolam untuk menunjukkan variasi temporal, serta grafik antar kolam untuk menampilkan variasi data secara spasial (antar kolam).

Ilustrasi aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ditampilkan dalam Gambar 14.

Gambar 14. Aktivitas Sistem Budidaya Tambak Udang PT. IYP


(58)

3.5.2.3 Evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP

Evaluasi sistem informasi dilakukan dengan cara membandingkan sistem informasi yang dihasilkan dengan sistem perekaman data secara manual yang selama ini berlangsung di PT. Indonusa Yudha Perwita. Dari hasil evaluasi dapat diperoleh kelebihan dan kekurangan dari sistem informasi ini yang digunakan untuk pengembangan selanjutnya.

3.5.3 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional budidaya tambak PT. IYP

Puncak dari kegiatan budidaya adalah panen, dan hal tersebut dijadikan sebagai suatu gambaran keberhasilan pengelolaan dalam masa pembesaran. Pengkajian hubungan keberhasilan operasional dengan kesesuaian lokasi dilakukan dengan melihat output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang (SIBTU) PT.IYP berupa data panen atau nilai produksi dari setiap kolam tambak pada waktu yang berbeda. Nilai produksi dari setiap kolam yang berada pada lahan dengan status kesesuaian berbeda dapat memberikan gambaran hubungan kesesuaian lokasi usaha terhadap hasil yang diperoleh.

Secara keseluruhan, sistematika dari penelitian ini digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 15.


(59)

Gambar 15. Diagram alir penelitian

Salinitas Aksesibilitas

Data Spasial

PT. INDONUSA YUDHA PERWITA

Jarak sumber air

Curah hujan

Data Budidaya

Evaluasi kesesuaian lahan posisi tambak PT. Indonusa Yudha

Perwita Kualitas tanah

Landuse

Penggunaan SIBTU PT. IYP dalam evaluasi data budidaya dan

keberhasilan operasional Pembobotan dan pemberian skor

terhadap kriteria penyusun kesesuaian lahan tambak

Faktor pembatas dalam kesesuaian

lahan

Hasil akhir Kelas Kesesuaian Lahan

Budidaya Tambak

Aplikasi sistem informasi berbasis spasial

“SIBTU PT. INDONUSA YUDHA

PERWITA”

Hubungan kesesuaian lokasi dan keberhasilan operasional tambak

Data Budidaya : Data fisik Data operasional

Data panen

Output data panen dari Sistem Informasi Peta tata letak


(60)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi umum wilayah pesisir Indramayu

Kabupaten Indramayu yang terletak di pantai utara pulau Jawa, pada pada posisi geografis 107°55’00” – 108°7’30” BT dan 6°15’00” - 6°22’30” LS dengan garis pantai sepanjang 114,1 km. Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah 204.011 ha, terbagi kedalam 31 kecamatan, 310 desa dan 8 kelurahan. Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Laut Jawa, kabupaten Majalengka, Sumedang, Cirebon, dan Subang.

Pesisir utara Pulau Jawa khususnya kabupaten Indramayu sangat rentan dengan permasalahan abrasi yang mengancam keberlangsungan tambak di pesisir. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu (2007) dari 25,8 km panjang pantai dipesisir kecamatan Sukra hingga Kandanghaur, sekitar 5,114 km diantaranya telah terkena abrasi yang cukup signifikan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hadikusumah (2009) di Eretan, Indramayu mengenai karakteristik gelombang yang menjadi pemicu mundurnya garis pantai 1,5 m/tahun.

4.2 Tambak udang PT. Indonusa Yudha Perwita

Usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berlokasi di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten DATI II Indramayu, Jawa Barat. Lokasi lahan tambak termasuk di wilayah pesisir Pantura. Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita sebelumnya memiliki luasan lebih dari 25 ha, namun saat ini luas lahan berkurang menjadi  22 ha, akibat terkikis abrasi. Lokasi kegiatan budidaya berada di pantai yang langsung berbatasan dengan laut tanpa adanya jalur sempadan pantai, kelerengan lahan relatif datar dengan kemiringan 0-3%, dan memanfaatkan hak guna usaha atas lahan yang diperuntukkan sebagai kawasan budidaya atau pertanian lahan kering. Tambak PT. IYP tergolong


(61)

sebagai tambak yang masih produktif, sejak saat didirikan pada tahun 1985 oleh pemilik pertama hingga saat ini. Kondisi yang berbeda jika dibandingkan dengan usaha sejenis di daerah yang sama yang mengalami kegagalan usaha.

4.2.1 Sejarah singkat tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) dibeli oleh Sri Prakash dengan kondisi tambak hanya memiliki kolam blok A,B,C pada tahun 1990 (Lampiran 4), kemudian berkembang dengan pembuatan kolam blok D, E, dan F (Gambar 10). Pada awalnya komoditi yang dibudidayakan adalah udang windu, kemudian di tahun 2002 terjadi penggantian komoditi menjadi udang vannamei. Usaha tambak di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol telah berdiri dan beroperasi sejak tahun 1985, namun pengelolaan bukan dilakukan oleh PT. IYP.

Terdapat 36 kolam tambak yang masih digunakan sebagai media pembesaran dalam PT. IYP hingga tahun 2010, awalnya terdapat 49 tambak, akan tetapi karena adanya pengaruh abrasi, maka kolam pada blok A (A1-A7) dan blok B (B1-B5) terkikis dan tidak dapat digunakan. Blok B mengalami pengurangan luas karena abrasi, sehingga berubah fungsi menjadi kolam penampungan air laut. Kolam C1 pun tidak digunakan sejak tahun 2008 karena dalam riwayat penggunaannya selalu menghasilkan produksi yang rendah, hal ini diduga karena kolam tersebut terkena rembesan buangan limbah domestik dari mess karyawan dan perusahaan, mengingat letak kolam sangat berdekatan dengan saluran pembuangan dari mess.

4.2.2 Kegiatan budidaya udang Vannamei di PT. Indonusa Yudha Perwita Budidaya udang vannamei marak dilakukan sejak pemerintah memberikan izin resmi masuknya spesies ini ke Indonesia pada tahun 2002. Keunggulannya dalam waktu budidaya yang lebih singkat dan pengelompokan udang vannamei


(62)

sebagai jenis SPF membuat PT. Indonusa Yudha Perwita beralih dan mengganti komoditi budidaya dari udang windu menjadi udang vannamei.

Dalam proses budidaya udang vannamei dibutuhkan media pembesaran yakni air dengan kadar salinitas tertentu yang optimal untuk pertumbuhan udang vannamei. Kemudahan akses sumber air sangat penting, dan hal ini dipengaruhi oleh posisi tambak.

a. Sumber air tawar

Sumber air tawar yang digunakan PT Indonusa Yudha Perwita adalah air tanah. Pemakaian dua sumur bor dilakukan sejak tahun 1992. Sumur bor pertama digunakan untuk kebutuhan domestik perusahaan, dan yang kedua untuk pengisian kolam budidaya. Sumur bor untuk kebutuhan domestik memiliki salinitas 0-1‰, sedangkan untuk kebutuhan kolam tambak memiliki salinitas >3‰. Air pompa yang digunakan untuk tambak tidak dikhawatirkan menyebabkan intrusi yang parah atau penurunan muka tanah karena menurut pemilik tambak, air tawar digunakan hanya saat musim kemarau untuk menjaga kadar salinitas air tambak (menghindari peningkatan salinitas drastis akibat presipitasi yang tinggi).

b. Sumber air laut

Air laut diambil dengan pompa yang disambungkan dengan pipa sepanjang 150 meter ke arah kolam penampungan pertama. Pemeliharaan terhadap air laut yang baru dipompakan kedalam kolam penampungan dilakukan pada kolam B1 – B5 dilakukan dengan penyaringan bertahap dan penyebaran ikan bandeng sebagai biofilter. Kualitas air tawar dan air laut yang digunakan dalam proses budidaya ditampilkan dalam Lampiran 5.


(1)

Pilih parameter yang ingin dihasilkan dalam grafik

Grafik 1 Kolam memiliki ketentuan pemilihan: 1 kolam dan banyak parameter

Grafik Antar Kolam memiliki ketentuan pemilihan: 1 parameter dan 6 kolam

Tentukan tanggal data yang akan ditampilkan

Pilih model grafik (grafik batang atau grafik garis, 2 dimensi atau 3 dimensi)

Tampilkan hasil dengan menekan tombol “Tampilkan Grafik” dalam window

“Grafik Kualitas Air”

Output dalam bentuk grafik untuk Data Panen, Data Sampling dan Data

Plankton dapat diekse

kusi dengan menekan “Report Grafik” dalam masing

-

masing menu input data.


(2)

(3)

Lampiran 16. Tabel output Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak

Udang PT. Indonusa Yudha Perwita


(4)

(5)

Lampiran 17. Tabel hasil produksi kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

Waktu Produksi Blok Kolam Nilai Produksi (kg/Ha) Nilai Produksi (ton/Ha)

Maret - Juli 2005 1 C1 13272.2222 13.2722

Maret - Juli 2005 1 C2 10823.0453 10.8230

Maret - Juli 2005 1 C3 11665.0000 11.6650

Maret - Juli 2005 1 C4 13420.6349 13.4206

Maret - Juli 2005 1 D1 10087.8514 10.0879

Maret - Juli 2005 1 D2 12196.9697 12.1970

Maret - Juli 2005 1 D3 11774.5536 11.7746

Maret - Juli 2005 1 D4 12388.3929 12.3884

Mei - Oktober 2007 1 C2 20235.9396 20.2359

Mei - Oktober 2007 1 C3 17120.0000 17.1200

Mei - Oktober 2007 1 C4 17226.1905 17.2262

Mei - Oktober 2007 1 D1 18009.5382 18.0095

Mei - Oktober 2007 1 D2 20700.7576 20.7008

Mei - Oktober 2007 1 D3 18009.6726 18.0097

Mei - Oktober 2007 1 D4 18761.1607 18.7612

Juli - Nopember 2008 2 E1 17139.2157 17.1392

Juli - Nopember 2008 2 E2 22137.0370 22.1370

Juli - Nopember 2008 2 E3 19951.8519 19.9519

Juli - Nopember 2008 2 E4 20311.1111 20.3111

Juli - Nopember 2008 2 F1 17100.0000 17.1000

Juli - Nopember 2008 2 F2 18372.5000 18.3725

Juli - Nopember 2008 2 F3 17248.6486 17.2486

Juli - Nopember 2008 2 F4 19500.0000 19.5000

Juli - Nopember 2008 2 F5 15468.6275 15.4686

Juli - Nopember 2008 2 F6 16749.0196 16.7490

Maret - Juli 2009 2 E1 17478.4314 17.4784

Maret - Juli 2009 2 E2 18900.0000 18.9000

Maret - Juli 2009 2 F1 18740.0000 18.7400

Maret - Juli 2009 2 F2 19200.0000 19.2000

Maret - Juli 2009 2 F3 18355.5556 18.3556

Nopember 2004 - Maret 2005 3 E5 15978.8360 15.9788

Nopember 2004 - Maret 2005 3 E6 13472.6444 13.4726

Nopember 2004 - Maret 2005 3 E7 14399.6960 14.3997

Nopember 2004 - Maret 2005 3 E8 14422.8778 14.4229

Nopember 2004 - Maret 2005 3 E9 15539.1304 15.5391


(6)

Lampiran 17. (Lanjutan)

Waktu Produksi Blok Kolam Nilai Produksi (kg/Ha) Nilai Produksi (ton/Ha)

Nopember 2004 - Maret 2005 3 F8 14888.7164 14.8887

Nopember 2004 - Maret 2005 3 F9 13581.7805 13.5818

Nopember 2004 - Maret 2005 3 F10 13373.4015 13.3734

Nopember 2004 - Maret 2005 3 F11 15503.8363 15.5038

Nopember 2004 - Maret 2005 3 F12 16046.1538 16.0462

Nopember 2006 - Maret 2007 3 E5 16807.1429 16.8071

Nopember 2006 - Maret 2007 3 E6 17747.5000 17.7475

Nopember 2006 - Maret 2007 3 E7 18652.5000 18.6525

Nopember 2006 - Maret 2007 3 E8 17310.0000 17.3100

Nopember 2006 - Maret 2007 3 E9 22743.4783 22.7435

Nopember 2006 - Maret 2007 3 F7 16340.0000 16.3400

Nopember 2006 - Maret 2007 3 F8 18207.5000 18.2075

Nopember 2006 - Maret 2007 3 F9 18047.5000 18.0475

Nopember 2006 - Maret 2007 3 F10 19945.0000 19.9450

Nopember 2006 - Maret 2007 3 F11 17917.5000 17.9175

Nopember 2006 - Maret 2007 3 F12 21473.0769 21.4731

April - Agustus 2008 3 E5 13880.9524 13.8810

April - Agustus 2008 3 E6 12367.5000 12.3675

April - Agustus 2008 3 E7 13135.0000 13.1350

April - Agustus 2008 3 E8 15357.5000 15.3575

April - Agustus 2008 3 E9 16139.1304 16.1391

April - Agustus 2008 3 F7 16440.0000 16.4400

April - Agustus 2008 3 F8 16415.0000 16.4150

April - Agustus 2008 3 F9 17005.0000 17.0050

April - Agustus 2008 3 F10 14425.0000 14.4250

April - Agustus 2008 3 F11 16765.0000 16.7650

April - Agustus 2008 3 F12 18311.5385 18.3115

Desember 2004 - April 2005 4 B6 9134.7518 9.1348

Desember 2004 - April 2005 4 B7 10819.3077 10.8193

Desember 2004 - April 2005 4 C5 7511.1111 7.5111

Desember 2004 - April 2005 4 C6 12024.1546 12.0242

Desember 2004 - April 2005 4 C7 8014.1844 8.0142

Desember 2004 - April 2005 4 D5 8319.4444 8.3194

Desember 2004 - April 2005 4 D6 8364.0000 8.3640