Kesesuaian lahan budidaya tambak di kecamatan Patrol

4.4 Kesesuaian lahan budidaya tambak di kecamatan Patrol

Berdasarkan seluruh faktor biofisik yang dimiliki oleh daerah Patrol, maka diperoleh hasil kesesuaian lahan tambak untuk daerah Kecamatan Patrol seperti ditampilkan dalam Gambar 19. Variasi hasil akhir kesesuaian lahan untuk kecamatan Patrol ditentukan oleh keragaman dari setiap kriteria seperti terlampir dalam Lampiran 6 – 12. Dari keseluruhan kriteria yang digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan, terdapat beberapa kriteria yang menjadi penentu, dan beberapa kriteria yang tidak berpengaruh dalam variasi kesesuaian lahan. Kriteria biofisik yang tidak memberikan pengaruh nyata dalam variasi hasil kesesuaian lahan secara spasial adalah data yang bersifat homogen yakni curah hujan, kelerengan, dan tekstur tanah. Data curah hujan yang digunakan dalam metode pembobotan bersifat homogen karena terdiri atas nilai rata- rata curah hujan untuk kecamatan Patrol yakni 1364,8 mmtahun. Demikian halnya dengan kelerengan dan tekstur tanah, kelerengan seluruh daerah Patrol adalah datar yakni 0 – 3, sedangkan tekstur tanah keseluruhan daerah penelitian adalah clay. Kehomogenan data curah hujan, kelerengan dan tekstur tanah, tidak menyebabkan perubahan dalam variasi nilai akhir kesesuaian, sehingga dapat dilewatkan dalam proses pembobotan untuk penentuan kesesuaian lahan tambak di daerah Patrol. Parameter yang menjadi faktor pembeda pada hasil kesesuaian lahan tambak di kecamatan Patrol adalah landuse, jenis tanah, jarak dari pantai, jarak dari sungai, aksesibilitas, dan salinitas. Landuse menjadi faktor utama dalam perbedaan hasil kesesuaian karena memiliki bobot yang terbesar diantara parameter lainnya. Pada daerah yang tidak sesuai atau sesuai bersyarat dalam Gambar 19, adalah daerah dengan peruntukkan lahan sebagai pemukiman atau lokasi industri, sedangkan daerah yang sangat sesuai atau cukup sesuai memiliki landuse berupa lahan persawahan, ladang atau lahan tambak. Parameter jenis tanah dan jarak dari pantai memiliki pengaruh yang lebih rendah dalam perbedaan hasil akhir kesesuaian lahan karena bobot yang lebih rendah dari parameter landuse. Daerah dengan jenis tanah alluvial dan berjarak 300 – 4000 m menjadi daerah yang sangat sesuai hingga cukup sesuai, sedangkan diluar kriteria tersebut merupakan daerah yang kurang sesuai atau tidak sesuai sebagao lahan tambak. Variasi hasil kesesuaian lahan untuk budidaya tambak turut dipengaruhi oleh parameter jarak dari sungai, aksesibilitas, dan salinitas. Daerah dengan aksesibilitas 1000 m dan berjarak 50 – 1000 m dari sungai, menjadi daerah yang sangat sesuai atau cukup sesuai sebagai lahan tambak. Sebaran salinitas turut mempengaruhi hasil kesesuaian lahan, karena adanya variasi nilai salinitas di pesisir kecamatan Patrol, khususnya daerah muara sungai yang cenderung memiliki kisaran salinitas rendah. Dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak, selain menggunakan parameter biofisik, perlu disertakan hasil kesesuaian berdasarkan analisis temporal terhadap kualitas air dan iklim yang berperan penting dalam keberlangsungan budidaya tambak. Mengacu pada Lampiran 5 dan 7, diketahui bahwa musim hujan mempengaruhi salinitas di pesisir terutama di daerah muara sungai, yang cenderung lebih rendah akibat limpasan air tawar dari sungai. Pada kecamatan Patrol, umumnya curah hujan meningkat pada bulan Oktober hingga bulan Mei. Waktu tersebut perlu diperhatikan oleh pengusaha tambak, karena akan berpengaruh pada proses pengeringan tanah dan fluktuasi nilai salinitas air tambak sebagai media budidaya. Gambar 19. Kesesuaian lahan tambak Kecamatan Patrol, Indramayu

4.5 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita