Itulah beberapa bentuk kesewenang-wenangan para calon pengantin yang tak lagi memperhatikan norma-norma agama. Padahal tanpa ada kontak sentuh, dan membuka
aurat, Foto Prewedding akan tetap menggambarkan bahwa mereka lah kedua mempelai yang tengah menjadi raja dan ratu sehari dalam acara Walimatul ‘urs.
Kembali kepada hal pernikahan, sebuah pernikahan yang suci sungguh telah dikotori dengan kebiasaan melakukan pemotretan Prewedding yang beradegan dan berpakaian
yang terlarang oleh Syariat Islam. Hal ini cukup membuktikan bahwa berkembangnya teknologi tidak menentukan perilaku masyarakat akan semakin membaik, justru dijadikan
fasilitas untuk melanggar norma-norma Syariat yang telah termaktub dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Bahkan hal ini menjadi membudaya.
Dari hal tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa realita yang ada dalam Budaya Foto Prewedding seringkali berbenturan dengan aturan Syariat Islam dan otomatis
hal ini mengandung masalah. Berdasarkan masalah dan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merasa perlu dan tertarik untuk meneliti lebih lanjut menjadi sebuah Skripsi
dengan memberi judul “BUDAYA FOTO PREWEDDING DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM, STUDY KASUS ARIS PHOTOGRAPER Jln. Harvest City, Blok OB
1V, No. 15, Cibubur”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1.
Batasan Masalah
Oleh karena pembahasan mengenai Budaya Foto Prewedding sangat luas, maka penulis membatasinya hanya pada Foto Prewedding yang di hasilkan oleh Aris
Suhendi sebagai Fotografer Prewedding. 2. Rumusan Masalah
Supaya skripsi ini lebih terarah, maka penulis mencantumkan dua rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa saja faktor yang membuat para calon pengantin ingin melaksanakan pemotretan Prewedding pada saudara Aris Suhendi ?
b. Bagaimana Syariat Islam memandang kegiatan pemotretan Prewedding, khususnya pemotretan yang dilakukan oleh Aris Suhendi ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaatnya 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apa saja faktor yang membuat para calon pengantin ingin melaksanakan pemotretan Prewedding pada Aris Suhendi.
b. Untuk mengetahui bagaimana Syariat Islam memandang kegiatan pemotretan Prewedding, khususnya pada pemotretan yang dilakukan oleh Aris suhendi.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan di bidang ilmu Syariah Kontemporer.
Sehingga dapat diambil hikmah, dan menjadi acuan bagi akademisi, serta sebagai pedoman untuk di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim, khususnya
mengenai budaya Foto prewedding.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan di kalangan teoritis, praktis dan aktivis syariah. Serta menyebarkan nilai-
nilai agama secara efektif dan efisien, juga disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
D. S
tudi Review Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menemukan sebuah skripsi yang juga sedikit mirip pembahasannya dengan skripsi yang penulis sendiri tulis. Namun tentunya
juga terdapat perbedaan-perbedaan.
Skripsi yang pertama di tulis oleh Adiana Rakhmi Halan. Ia adalah Mahasiswi IAIN Sunan Gunung Ampel dari Fakultas Syariah, Program Studi Mu’amalat. Skripsinya
berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Fotografer Prewedding Hasil Keputusan Bahsul Masail ke XII Forum Musyawarah Pondok Pesantren Puteri FMP3 Se Jawa
Timur.” Dalam Analisisnya, Adiana menyatakan Upah Fotografer Prewedding berstatus
hukum Haram. Karena dalam pemotretan tersebut mengandung unsur Ikhtilat, Khalwat, dan Kasyful Aurat. Namun bila dalam pemotretan tersebut tidak terkandung unsur Ikhtilat,
Khalwat, dan Kasyful Aurat, maka satus hukum upah Fotografer Prewedding tersebut Halal. Karena bagaaimana pun juga sang Fotografer telah menunjukkan rela terhadap
kemaksiatan di hadapannya setiap kali pemotretan. Berbeda dengan Skripsi yang penulis tulis. Skripsi yang penulis tulis lebih terarah
kepada Status hukum Foto Prewedding, dan bukan terarah pada upah Fotografer Prewedding. Adegan dalam pemotretan Prewedding di nyatakan Haram bila mengandung
unsur Ikhtilat, Khalwat, dan Kasyful Aurat. Namun Halal bila tidak mengandung unsur Ikhtilat, Khalwat, dan Kasyful Aurat, maka status hukum pemotretan tersebut akan sah-sah
saja. Dan penulis dalam menganalisis Skripsi, bukan berasal dari bahtsul Masail Pondok Pesantren Puteri FMP3 Se Jawa Timur. Melainkan berstudi kasus hasil jepretan Aris
Suhendi selaku Fotografer Prewedding. Skripsi yang kedua ditulis oleh Nur Aisya Wulandari. Ia adalah Mahasiswi UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Skripsinya berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Foto Prewedding Pada Media
Online Detik.com dan Kompas.com” Skripsinya tersebut berisi tentang pemberitaan pengharaman Foto Prewedding pada Detik.com, yang berusaha membentuk opini publik
tentang bagaimana rumusan yang telah dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia tentang pengharaman Foto Prewedding. Detik.com lebih membingkai berita yang di keluarkan
MUI saja, namun pemberitaan yang dikeluarkan oleh Detik.com seakan-akan membenarkan keharaman tentang Foto Prewedding tersebut. Pemberitaan yang di
keluarkan Detik.com lebih menyudutkan Foto Prewedding kepada masalah etika serta Syariat Islam yang menjadi pokok pembahasan pengharaman Foto Prewedding tersebut.
Selanjutnya pemberitaan Foto Prewedding pada Kompas.com, lebih terarah pada klarifikasi MUI, dimana MUI mempunyai peranan menanggapi dan membahas persoalan
hukum haram atau tidak, seperti yang di keluarkan Ponpes Lirboyo tentang haram atau tidaknya pemotretan Foto Prewedding. Pemberitaannya berusaha membentuk suatu opini
publik tentang pengharaman pemotretan Foto Prewedding. Studi Review yang selanjutnya di ambil dari Forum Musyawarah Pondok
Pesantren Putri FMP3 se Jawa Timur, yang merupakan organisasi dibawah Nahdlatul Ulama NU, mengeluarkan 6 rumusan yang cenderung haram.
Rumusan tersebut dalam rangka bahtsul masail pada Kamis 1412010, atau bertepatan dengan bahtsul masail FMP3 yang ke XII dan digelar jelang perayaan 1 abad
Pondok Pesantren Lirboyo. Kegiatan ini diikuti 248 perwakilan dari 46 pondok pesantren putri se Jawa Timur. Hasilnya, dihasilkan pada sejumlah permasalahan yang mengemuka
di tengah masyarakat. Acara yang dibagi menjadi beberapa komisi diantaranya mengeluarkan rumusan
tentang hukum pembuatan Foto Prewedding, seperti kita ketahui bersama bahwa banyaknya umat islam yang kerap menampilkan foto calon pengantin di lembar undangan
pernikahan mereka. Permasalahan intinya adalah apalagi kalau bukan potensi kemaksiatan yang timbul, karena sebelum menikah sang calon pengantin kerap berpose bermesraan
layaknya pasangan yang sudah menikah. Foto Prewedding di haramkan karena dengan 2 pertimbangan, yang pertama yaitu
bagi pasangan mempelai dan fotografer yang melakukannya. Untuk mempelai diharamkan apabila dalam pembuatan foto dilakukan dengan dibarengi adanya ikhtilat percampuran
laki-laki dan perempuan, khalwat berduaan dan kasyful aurat membuka aurat.
Sementara pekerjaan fotografer Prewedding juga diharamkan karena dianggap menunjukkan sikap rela dengan kemaksiatan.
4
Studi review yang selanjutnya di ambil dari Kompas. Com. Pada pemberitaan tersebut wartawan kompas.com mewawancarai wakil sekretaris komisi fatwa MUI
Asrorun Ni’am Soleh pada hari minggu 17 januari 2010. Dalam jawabannya, Asrorun Ni’am Soleh mengatakan “Pengambilan foto untuk
mengenalkan siapa yang menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar;I, foto prewedding itukan biasa di pakai di undangan atau ketika di acara
pernikahan. Kecuali jika foto di ambil dengan cara berciuman, jelas tidak boleh”
Dengan demikian dapat di ambil kesimpulan bahwa, hukum asal dari Foto Prewedding adalah boleh-boleh saja, tetapi bisa menjadi haram bila dalam adegannya
selalu memunculkan perilaku tak senonoh.
E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang
diatur dan di tentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah.
5
a. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam skripsi ini, jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian Studi Kasus. Penelitian Studi Kasus ini penulis lakukan secara intensif, terinci, dan mendalam
terhadap objek masalah yang diteliti. Hingga akhirnya penelitian ini akan memberikan solusi terhadap peristiwa atau kejadian yang ada dilapangan. Dan pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan rasional. Pendekatan rasional adalah salah satu cara untuk
4
http:www.voa-islam.comreadindonesiana201001152643fmp3-foto-pre-wedding- dinyatakan- haramsthash.EE61sVoU.dpuf. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016, pukul 21:20
5
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Social Jakarta selatan: Penerbit Salemba Humanika, 2012, cet-3, h. 17.
mencari tahu jawaban atas suatu masalah dengan anggapan bahwa sesuatu yang ingin diketahui itu ada dalam fikiran manusia internal wisdom
6
b. Data Penelitian
Data penelitian ini menyangkut 2 hal. Data Primer dan Data Sekunder. Data Primer didapat dari hasil wawancara langsung dengan Fotografer Prewedding. Berbeda dengan
Data Sekunder yang dirujuk langsung dari buku-buku ilmiah yang ada kaitannya dengan cakupan masalah dalam skripsi ini.
c. Metode Pengumpulan Data
Melalui wawancara. Menurut moeloeng, wawancara adalah pecakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
7
Dalam hal ini, pihak yang diwawancara adalah saudara Aris Fotografer Prewedding. Pada akhirnya, Wawancara di lakukan untuk mendapatkan data yang di
butuhkan dan di harapkan bisa menemukan semua permasalahan yang ada. Ini karena wawancara di lakukan langsung dengan Fotografer Prewedding yang mengetahui langsung
permasalahan di lapangan. Mengumpulkan sample Foto Prewedding hasil karya responden. Dengan
menunjukkan sample Foto Prewedding, di harapkan penelitian ini bisa terlihat lebih jelas dan terbukti. Karena pada penelitian ini, penulis menganalisisnya langsung dari hasil Foto
yang penulis terima dari Fotografer Prewedding. Melalui Studi kepustakaan library research, yaitu untuk memperoleh landasan
teorotis yang ada kaitannya dengan tema skripsi ini, dimana penellitian yang ini dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku, makalah, artikel maupun website.
8
Rujukan terhadap buku-bukuwebsite yang terkait dengan permasalahan skripsi, di harapkan dapat
mempermudah penulis dalam memutus rantai persoalan terkait Budaya Foto Prewedding.
6
Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah,2010, h. 17.
7
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Social, h. 118.
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 141.
d. Analisis Data
Dalam pengolahan data, dilakukan dengan cara analisis Data Kualitatif, yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
9
e. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012. Teknik penulisan Ayat Al-Qur’an dan Hadits ditulis satu spasi, termasuk terjemahan Al-Qur’an dan Hadits dalam penulisannya diketik satu
spasi meskipun kurang dari enam baris dan penulisan skripsi ini menggunakan ejaan yang disempurnakan EYD, kecuali nama pengarang dan daftar pustaka ditulis diawal.
10
F. Sistematika Penulisan