Latar Setting Struktur Serat Darmarini

nora tulus karahayon Terjemahan : Semakin bertambah-tambah dalam percakapan yang buruk lagi jorok. Ahli waris lelah menjadi wali. Kecuali bila perkawinannya itu putus karena tidak selamat.

4. Latar Setting

Pemahaman terhadap struktur sebuah cerita mendapat priaoritas pertama untuk mengetahui keragaman cerita tersebut. Dalam hubungan ini, cerita Serat Darmarini, diduga menunjukan hubungan kesatuan struktur dalamnya dengan latar belakang yang melahirkan cerita ini. Latar belakang inilah menjadi latar belakang sosial atau pandangan dunia pengarang. Dari sini dimungkinkan dapat dilakukan pelacakan aspek latar hingga kepada sistem kehidupan yang hendak dilukiskan pengarang. Latar setting yang dapat dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Jalinan sebuah peristiwa dapat memperlihatkan peristiwa itu terjadi dimana, kapan, dan dapat pula menggambarkan suasana peristiwa itu Chatman dalam Hadi Widodo, 1996 : 17 Tentu saja apabila setting ini tidak ada maka akan sulit untuk mencerna sebuah cerita. Dalam Serat Darmarini ini akan diuraikan penggunaan latar yang dibedakan atas latar tempat, waktu dan sosial. a. Latar Tempat Latar tempat merupakan tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Dalam Serat Darmarini pengarang meng- gambarkan latar tempat hanya pada Kerajaan Kasunanan Surakarta Kerajaan Kasunanan Surakarta pada penulisan Serat Darmarini di- perintah oleh Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana IX yang memerintah pada tahun 1861-1893 Masehi, karena Serat Darmarini berbentuk tembang yang isinya memuat tentang ajaran moral, maka pengambilan latar tempat, peneliti hanya berpedoman pada halaman pertama pada naskah yang tertulis Wulang Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susu- hunan Pakubuwana Ingkang Kaping IX Narendra Ing Nagari Surakarta Hadiningrat. Hal ini juga diperjelas pada pupuh Dhandhanggula bait 1 seperti pada kutipan berikut ini : Dhandhanggula I.1 Murweng karsa sang nata sung wangsit mring sagunging wanita kang samya ................................... Terjemahan : Sang raja berniat memberikan pesan kepada semua wanita yang bersuami .................... b. Latar Waktu Latar waktu merupakan petunjuk waktu berlangsungnya peristiwa. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Waktu kejadian cerita ini tidak dapat diketahui secara pasti, namun hanya sebagian saja yang dapat diketahui dengan berdasarkan pada penulisan angka tahun, yaitu pada pupuh terakhir dalam tembang Gambuh 9-10 seperti dalam kutipan berikut ini : Gambuh 6.1 Dadya pangemut-emut rikalanya amangripteng kidung sampat ari sukra wanci jam saptengjing jumadilakir sitangsu nembelas wimba katongton Terjemahan : Jadikan peringatan. Ketika selesai menulis kidung ini pada hari Sukra ‘Jum’at’ pukul tujuh pagi hari bulan Jumadilakir, sitengsu ‘rembulan’ tanggal 16. Gambuh 6.2 Maktal, masa Dhesteku alip angka sewu wolungatus lan sewelas ingaran Srat Darmarini minangka wasiyatipun marang putra wayah wadon Terjemahan : Maktal, masa Dhestha, tahun Alip 1811, dinamakan Serat Darmarini, sebagai peninggalan bagi anak cucu putri. Dari uraian diatas dijelaskan bahwa Serat Darmarini ditulis pada wuku Maktal, masa Dhestha tahun Alip 1811 Jawa atau 1881 Masehi. c. Latar Suasana Penggambaran latar suasana di dalam Serat Darmarini hanya dapat dijelaskan bahwa kehidupan berkisar sekitar lingkup kerajaan istanasentris, yang dalam hal ini diuraikan oleh pengarang sendiri yang berkedudukan sebagai seorang raja di kerajaan Kasunanan Surakarta, namun pada dasar juga meluas kepada semua wanita yang mempunyai suami seperti dalam kutipan berikut ini: Dhandhanggula I.1 Murweng karsa sang nata sung wangsit mring sagunging wanita kang samya winengku marang priyane kudu manut sakayun ngayam-ayam karsaning laki lelejem amrih rena karenane iku dadi jalaraning tresna ning wong priya yayah guna lawan dhesthi pasthine mung elinga Terjemahan : Sang raja berniat memberikan pesan kepada semua wanita yang bersuami. Mereka harus menurut sekehendak suami dan berusaha membangkitkan semangat suami agar puas hatinya menimbulkan kepuasan Hal itu dapat menjadi penyebab timbulnya cinta kasih suami, bagaikan guna dhesthi ‘guna- guna’ menjadikan selalu terbayang-bayang.

5. Penokohan