Amanat disampaikan secara eksplisit bila pengarang pada tengah atau akhir menyampaikan seruan atau saran, nasehat, anjuran berkenaan dengan
gagasan yang mendasari cerita. Sedang implisit bila jalan keluar atau ajaran moral yang ingin disampaikan pengarang hanya diisyaratkan dalam tingkah
laku tokoh atau peristiwa dalam cerita.
3. Alur Plot
Terciptanya sebuah cerita tentunya tidak terlepas dari unsur-unsur cerita yang membangunnya. Salah satu unsur cerita yang memegang peran
penting adalah adanya sebuah alur. Definisi alur sudah banyak dikemukakan oleh para ahli sastra, yang pada hakikatnya tidak berbeda. Alur adalah
konstruksi yang dibuat pengarang terhadap sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan yang diakibatkan atau dialami
oleh para pelaku Luxemburg, 1989 : 149. Alur sebagai rangkaian cerita tersebut merupakan suatu susunan yang
membentuk kesatuan yang utuh. Keutuhan yang menyangkut masalah logis atau tidaknya suatu peristiwa. Jika tidak disusun berdasarkan hukum sebab-
akibat, tidak dapat disebutkan alur melainkan cerita Sri Widati Pradopo, 1985 : 17, sedangkan Panuti Sudjiman berpendapat bahwa alur cerita meru-
pakan pengaturan urutan penampilan peristiwa untuk memenuhi beberapa tuntutan. Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian tersebut tersusun dengan
memperlihatkan hubungan kausal. Panuti Sudjiman, 1990: 30.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa alur adalah suatu rangkaian cerita yang menunjukkan hubungan sebab
akibat yang terjalin secara logis dan kronologis. Dalam merangkai suatu peristiwa, seorang pengarang menggunakan
bermacam-macam penyusunan alur. Keanekaragaman penyusunan suatu alur tersebut untuk mendapatkan kesan yang menarik dan artistik dalam karyanya.
Secara garis besar susunan alur terdiri dari perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian Rahmat Djoko Pradopo, 1975 : 26.
4. Latar Setting
Unsur yang cukup penting dalam karya sastra adalah latar atau setting. Latar ialah gambaran karakter yang timbul dalam kebiasaan dari pengertian
yang bersifat perlambang dan ekspresi yang berlawanan dan munculnya aksi serta ambisi yang cocok Chatman dalam Hadi Widodo, 1996 : 15 Selanjutnya
Hudson menunjukkan latar sebagai lingkungan millieu dari sebuah cerita, seperti tata cara, kebiasaan hidup, latar belakang alam dan lingkungan sekitar
Hudson dalam Hadi Widodo, 1996 : 16. Dapat juga dikatakan bahwa latar merupakan lingkungan yang ada dalam suatu cerita, yang mencakup kaadaan
waktu dan tempat.
5. Penokohan