47 akhirnya pertumbuhan dan perkembangan anak akan terganggu terutama
pada masa usia prasekolah Luciasari, 1995.
3. Pendapatan Keluarga.
Salah satu faktor yang sangat menentukan kecukupan gizi adalah pendapatan. Pendapatan menunjukkan kemampuan keluarga untuk
membeli pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas konsumsi pangan dan gizi.
Pendapatan yang rendah tidak cukup untuk membeli makanan yang dibutuhkan. Walaupun pengeluaran untuk pangan lebih dari setengah
pendapatan keluarga tetapi karena pendapatan keluarga rendah maka jumlah yang dibelanjakan untuk pangan juga rendah. Daya beli yang
rendah menyebabkan ketersediaan makanan di tingkat keluarga juga kurang yang pada akhirnya berakibat tingkat konsumsi keluarga lebih
rendah dari kecukupan. Luciasari, 1995. Pada keluarga kurang mampu biasanya akan membelanjakan
sebagian besar pendapatan tambahan untuk membeli makanan, sedang yang kaya akan lebih rendah. Bagian untuk makanan padi -padian akan
menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan bertambah jika keluarga tadi beranjak ke pendapatan menengah. Sedangkan pada keluarga
mampu semakin tinggi pendapatan semakin bertambah besar pula persentase pertambahan pembelanjaannya termasuk untuk buah-buahan
dan sayuran dan jenis makanan lainnya Berg, 1986.
48 Pada umumnya tingkat konsumsi pangan dalam kaitannya dengan
pendapatan dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Pada pendapatan terendah, maka hampir semua pendapatan akan
dikeluarkan untuk makanan. Dalam tahapan ini kenaikan pendapatan akan menstimulir kenaikan tingkat konsumsi. Tahap ini disebut tahap
permulaan atau “ initial stage “ daripada tingkat konsumsi pangan. Makanan yang dibeli semata – mata hanya untuk mengatasi rasa lapar.
Jadi makanan dikonsumsi hanya sebagai sumber kalori dan biasanya hanya berupa bahan – bahan sumber karbohidrat saja. Dalam hal ini kualitas
pangan hampir tidak terpikirkan. Dalam karakteristik tingkat ini ada korelasi erat antara pendapatan dan tingkat konsumsi pangan. Jika
pendapatan naik, maka tingkat konsumsi pangan juga akan naik. Jadi korelasinya linier, berarti dalam tingkat ini elastisitas permintaannya
besar. Pada tingkat ini biasanya penduduk dalam keadaan kurang gizi. 2. Tahap “ Marginal stage “ pada tingkat konsumsi pangan. Pada tingkat
ini korelasi antara tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi pangan tidak linier. Kenaikan pendapatan tidak memberikan reaksi yang proporsional
terhadap tingkat konsumsi pangan. Pada tahap ini penduduk juga masih dalam keadaan kurang gizi.
3. Tahap “ Stable Stage “ pada tingkat konsumsi pangan. Pada tingkat ini kenaikan pendapatan tidak memberikan respon terhadap kenaikan
konsumsi pangan. Pada akhir tingkat sebelumnya seolah-olah kebutuhan pangan sudah dicukupi. Oleh karena itu pada tingkat ini ada
49 kecenderungan
mengkonsumsi pangan
secara berlebihan
tanpa mempertimbangkan gizi. Hal ini akan menimbulkan berbagai macam
penyakit yang merupakan masalah gizi terutama di negara – negara maju Handajani, 1994.
Berdasarkan uraian di atas. Status gizi balita dipengaruhi oleh beberapa variabel di antaranya tingkat pendidikan ibu, aktivitas ekonomi ibu, dan
pendapatan keluarga. Tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi status gizi balita karena sosok ibu yang berperan aktif dalam mengelola keadaan rumah
tangganya berperan dalam menentukan jenis makanan yang akan di konsumsi oleh keluarganya.
Sedangkan kondisi ibu bekerja dan tidak bekerja juga mempengaruhi status gizi balita, bila seorang ibu bekerja maka akan menyebabkan tersitanya
waktu yang dicurahkan untuk mengurus anaknya sehingga perhatian yang diterima oleh anak akan berkurang dan akibatnya makanan yang dimakan oleh
anak kurang mendapatkan perhatian. Pendapatan keluarga juga mempengaruhi status gizi balita karena pendapatan keluarga akan menentukan kualitas makanan
yang di konsumsi. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi balita dapat di gambarkan dalam kerangka analisis sebagai berikut.
50 Gambar 2.2 Skema Kerangka Analisis
Tingkat pendidikan
ibu
Aktivitas ekonomi ibu
Ibu bekerja
Ibu tidak bekerja
Pendapatan keluarga
Status gizi balita
51
BAB III DESKRIPSI UMUM WILAYAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali.