Pidana Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pembunuhan, Pidana, dan

Menurut KUHP, Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain dewasa ini disebut sebagai pembunuhan. Untuk menghilangkan nyawa orang lain itu seseorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa opzet dari pelakunya itu harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut, dari uraian diatas bahwa tindak pembunuhan itu merupakan suatu delik material. Dalam kamus besar bahasa indonesia pengertian pembunuhan adalah: 27

2. Pidana

“Pembunuhan adalah proses, perbuatan, atau cara membunuh menghilangkan, menghabisi, mencabut nyawa” Menurut Black Law Dictionary pembunuhan adalah Tindakan yang melanggar hukum positif oleh orang lain dengan sengaja berniat jahat baik itu dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pemahaman tentang Pemidanaan dan tujuan pemidanaan perlu dikemukakan mengingat permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini menyangkut tentang pemidanaan. Maka haruslah terlebih dahulu dipahami hakekat dan pengertian pidana itu sendiri. Penggunaan istilah pidana diartikan sebagai sanksi pidana untuk pengertian yang sama sering juga digunakan istilah lain yaitu hukuman, penghukuman, pemidanaan, penjatuhan hukuman, pemberian pidana dan hukuman pidana. 28 27 Dekdipbud, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2005, hlm. 257 28 Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011, Hlm 13 Beberapa sarjana telah memberikan penjelasan tentang hakekat dan pengertian pidana. Muladi dan Barda Nawawi Arief menarik kesimpulan bahwa pidana mengandung unsur – unsur atau ciri sebagai berikut 29 a. Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat – akibat lain yang tidak menyenangkan; ; b. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai kekuasaan oleh yang berwenang ; c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana menurut undang – undang. Selanjutnya menurut Alf Ross sebagaimana dikutip oleh Muladi dan Barda Nawawi Arief “concept of punishment” bertolak pada dua syarat atau tujuan, yaitu 30 a. Pidana ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap orang yang bersangkutan. : b. Pidana itu merupakan suatu pernyataan pencelaan terhadap perbuatan si pelaku. Menurut Satochid Kartanegara , bahwa hukuman pidana itu bersifat siksaan atau penderitaan, yang oleh undang – undang hukum pidana diberikan kepada seseorang yang melanggar sesuatu norma yang ditentukan oleh undang-undang hukum pidana, dan siksaan atau penderitaan itu dengan keputusan hakim dijatuhkan terhadap diri orang yang dipersalahkan itu. Sifat yang berupa siksaan atau penderitaan itu harus diberikan kepada hukuman pidana, karena pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang terhadap norma yang ditentukan oleh 29 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori dan Kebijakan Pidana, alumni, Bandung, 1984, Hlm 4 30 Ibid, hlm. 5 undang – undang hukum pidana itu merupakan pelanggaran atau perkosaan kepentingan hukum yang dilindungi oleh undang-undang hukum pidana. 31 Tidak semua sarjana berpendapat bahwa pidana pada hakekatnya merupakan suatu nestapa diantaranya menurut Hulsman, yang menyatakan bahwa, Hakekat pidana adalah “menyerukan untuk tertib tot de orde roepen; pidana pada hakekatnya mempunyai dua tujuan utama yakni untuk mempengaruhi tingkah laku gedragsbeinvloeding dan penyelesaian konflik conflictoplossing. Penyelesaian konflik ini dapat terdiri dari perbaikan kerugian yang dialami atau perbaikan baik yang dirusak atau pengembalian kepercayaan antar sesama manusia 32 Menurut Sudarto mengatakan bahwa, “perkataan pemidanaan sinonim dengan istilah ‘penghukuman’. Penghukuman sendiri berasal dari kata ‘hukum’, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentang hukumannya berechten. Menetapkan hukum ini sangat luas artinya, tidak hanya dalam lapangan hukum pidana saja tetapi juga bidang hukum lainnya. Oleh karena itu istilah tersebut harus disempitkan artinya, yakni penghukuman dalam perkara pidana yang kerap kali sinonim dengan pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim”. 33 Jimly Asshiddiqie 34 31 Satochid Kartanegara, 1954-1955, Kumpulan Catatan Kuliah Hukum Pidana II, disusun oleh Mahasiswa PTIK Angkatan V, hlm 24 32 Ibid, hlm 9 33 P.A.F Lamintang, Hukum Pidana I Hukum Pidan Material Bagian Umum, Binacipta, Bandung, 1987, Hlm 17 34 Jimly Asshiddiqie, Op Cit, hlm 15 salah satu sarjana yang mengatakan dirinya mengikuti pendapat Sudarto dan beliau menggunakan istilah pidana bukan “hukuman” ataupun “hukuman pidana”. Menurut Jan Remmelink, pemidanaan adalah pegenaan secara sadar dan matang suatu azab oleh instansi penguasa yang berwenang kepada pelaku yang bersalah melanggar suatu aturan hukum 35 a. Kejahatan rechtsdelict . Dapat disimpulkan bahwa pemidanaan adalah suatu proses atau cara untuk menjatuhkan hukumansanksi terhadap orang yang telah melakukan tindak kejahatan maupun pelanggaran. Orang baru menyadari hal tersebut merupakan tindak pidana karena perbuatan tersebut tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut wetsdelict delik undang-undang . Dimuat dalam buku III KUHP pasal 489 sampai dengan pasal 569. Contoh pencurian pasal 362 KUHP, pembunuhan pasal 338 KUHP, perkosaan pasal 285 KUHP b. Pelanggaran wetsdelict Meskipun perbuatan tersebut tidak dirumuskan dalam undang- undang menjadi tindak pidana tetapi orang tetap menyadari perbuatan tersebut adalah kejahatan dan patut dipidana, istilahnya disebut rechtsdelict delik hukum. Dimuat didalam buku II KUHP pasal 104 sampai dengan pasal 488. Contoh mabuk ditempat umum pasal 492 KUHP536 KUHP, berjalan diatas tanah yang oleh pemiliknya dengan cara jelas dilarang memasukinya pasal 551 KUHP

3. Teori dan Tujuan Pemidanaan

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Bersyarat (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 5.089/Pid.B/2006/PN.Medan)

2 139 75

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 16

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9

Penerapan Sanksi Tindakan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana (Studi Putusan Raju di Pengadilan Negeri Stabat)

0 1 100