BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-nantikan, tetapi dapat juga menjadi saat kegelisahan dan memprihatinkan. Kematian ibu dalam proses
persalinan atau oleh akibat lain yang berhubungan dengan kehamilan merupakan suatu pengalaman yang menyedihkan bagi keluarga dan anak yang ditinggalkannya
Prawirohardjo, 2004.hlm.U-5 dan U-4. Di negara maju angka kematian ibu pertahun hanya 27100.000 kelahiran hidup,
Sedangkan di negara berkembang Angka Kematian IbuAKI rata-rata mencapai 18 kali lebih tinggi yaitu 480100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu yang masih tinggi
menunjukan bahwa kesehatan reproduksi ibu masih memprihatinkan. Peristiwa ini sebagian besar 95 terjadi di Negara berkembang termasuk indonesia. Menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, Angka Kematian Ibu AKI di Indonesia adalah 307100.000 kelahiran. Departemen Kesehatan menargetkan pada tahun 2009
Angka Kematian Ibu menjadi 226100.000 kelahiran hidup. Tobing, 2006 Menurut WHO kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau
dalam empat puluh dua hari sesudah berakhirnya kehamilan. Yang menjadi sebab-sebab penting dalam kematian maternal adalah; sepsis puerperalis, perdarahan, dan gestosisPE
Prawirohardjo, 2002.hlm.7.
Universitas Sumatera Utara
Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah: perdarahan 28, eklampsia 13, aborsi yang tidak aman 11, serta sepsis 10. Dengan persentase
tersebut, dapat kita ketahui bahwa penyebab kematian ibu yang paling tinggi adalah karena perdarahan BPS Demografi Penduduk, 2005.
Menurut Mochtar, perdarahan postpartum merupakan perdarahan yang melebihi 500cc-600cc dalam 24 jam pertama setelah anak pertama lahir yang diakibatkan karena
atonia uteri 50-60, retensio plasenta 16-17, sisa plasenta 23-24, laserasirobekan jalan lahir 4-5, kelainan darah 0,5-0,8. Persentase robekan
jalan lahir memiliki angka yang kecil tetapi masalah ini bisa menjadi masalah yang serius dalam kematian maternal Moctar, 1998.hlm.298.
Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan uterus. Tempat yang paling sering mengalami perlukaan akibat persalinan ialah perineum.
Umumnya perlukaan perineum terjadi pada tempat dimana muka janin menghadap dan tingkat perlukaan perineum dapat dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu; a tingkat 1:
perlukaan pada mukosa vagina dan perineum, b tingkat 2: perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma
urogenitale, c tingkat 3: perlukaan yang lebih luas dan dalam yang menyebabkan musculus sfingter ani ekternus terputus didepan Prawirohardjo, 2002.hlm.410.
Untuk mencegah luka yang jelek dan pinggir luka yang tidak rata dan kurang bersih, pada beberapa keadaan dilakukan episiotomi, dan pada keadaan lain dengan pimpinan
persalinan yang baik. Dalam pelayanan bidan memiliki wewenang, menurut keputusan menteri kesehatan nomor 900MENKESSKVII2002 bidan memiliki wewenang untuk
Universitas Sumatera Utara
episiotomi, dan penjahitan luka episiotomi juga luka jalan lahir sampai tingkat dua PerMenkes, 2002.hlm.7, Mochtar, 1998.hlm.112.
Salah satu asuhan sayang ibu dalam proses persalinan terdapat paradigma pencegahan yaitu episiotomi tidak merupakan tindakan rutin karena dengan perasat
khusus dan pimpinan persalinan yang benar penolong persalinan dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi tanpa laserasirobekan atau hanya terjadi
robekan minimal pada perineum Depkes, 2002.hlm.viii. Berdasarkan uraian diatas dan survei awal yang dilakukan penelitian di Puskesmas
Bandar Setia, Puskesmas Bandar Khalifah, Puskesmas Tanjung Rejo ditemukan masih ada bidan yang belum tahu benar bagaimana pencegahan robekan jalan lahir maka
penulis tertarik meneliti tentang Tingkat Pengetahuan Bidan Dalam Pertolongan Persalinan Untuk Menghindari Robekan Jalan Lahir Pada Persalinan Normal.
B. Perumusan Masalah