mutasi yang menyebabkan virulensi sehingga berubah menjadi epidemik di mana jumlah kematian dan tingkat kematian berada dalam skala tinggi. Studi epidemiologi
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengumpulan data lapangan primer dan sekunder dan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan beberapa metode
pemeriksaan Malole, 2006. Berdasarkan ilustrasi ketiga lingkaran tersebut yang merupakan konsep umum
mekanisme terjadinya penyakit secara alamiah, strategi filosofi dasar manajemen kesehatan ikan harus difokuskan pada upaya pembenahan ketiga komponen secara
terintegrasi Taukhid, 2006. Pertama, penyediaan lingkungan dan pengelolaan yang baik. Kedua, pemilihan induk yang sehat dan bebas dari penyakit, pakan yang cukup,
monitoring berkala. Ketiga, penerapan konsep bio-security terhadap patogen.
2.2. Kualitas Air untuk Budidaya Ikan
Umumnya budidaya kerapu di Indonesia menggunakan karamba jaring apung yang dilakukan di laut, tetapi pada saat ini juga masih terdapat budidaya secara
tradisional di tambak. Di negara lain seperti di Vietnam, Singapura, Thailand dan Malaysia pada umumnya menggunakan sistem budidaya karamba jaring apung.
Menurut Chua dan Teng 1978, kualitas perairan yang optimal untuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti suhu berkisar antara 24 - 31C, salinitas antara 30 -
33 ppt, oksigen terlarut 3,5 ppm dan pH berkisar antara 7,8 - 8,0. Sementara itu Suprakto dan Fahlivi 2007 melaporkan kualitas air pada lokasi budidaya, yaitu
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
kecepatan arus 15 - 30 cmdetik, suhu 27 - 29 ºC, salinitas 30 - 33 ppt, pH 8,0 - 8,2, oksigen 5 ppm dan kedalaman 5 m. Kualitas perairan pada lokasi penangkapan
di Tanimbar Utara, yaitu suhu 27,00 - 29,62 ºC, salinitas 34,259 - 34,351 ppt, oksigen terlarut 3,95 - 4,28 mll, nitrat 1,00 - 6,00 ìg.atl dan fosfat berkisar 0,80 - 1,40 ìg.atl
Langkosono dan Wenno, 2003. Parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti suhu berkisar antara 24 - 31 ºC, salinitas 30 - 33 ppt, oksigen
terlarut 4,9 ppm, pH antara 7,8 - 8,0 Yoshimitsu et al., 1986. Arthur 1996 mengemukakan bahwa permasalahan penyakit pada budidaya
ikan laut di Asia Timur dan Asia Tenggara telah diidentifikasi dengan beberapa faktor dalam budidaya yaitu melalui perbaikan lingkungan polusi dan racun dari
akibat kelimpahan plankton dan perbaikan manajemen aklimatisasi, penanganan mortalitas dan tranportasi mortalitas pada juvenil. Program manajemen kesehatan
harus memenuhi beberapa persyaratan dan dapat mencakup semua aktivitas budidaya. Pada tingkat produksi, syarat yang harus dipenuhi adalah pemilihan benih, nutrisi,
penanganan limbah, optimalisasi kualitas air dan monitor berkala Reantoso et al., 2006.
Dalam banyak kasus penyebab utama dari permasalahan kesehatan adalah lingkungan. Hal ini harus memperhitungkan tingkat pencegahan, monitoring dan
pengendaliannya. Metoda yang biasa digunakan dan dianggap paling berhasil untuk mengurangi permasalahan kesehatan yaitu dengan meningkatkan kualitas lingkungan
budidaya. Indikator penyebab buruknya lingkungan kolam budidaya: 1.
Fluktuasi pH yang tinggi 0.5 ,
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
2. Transparansi dan warna air kolam yang tidak dikehendaki,
3. Timbulnya busa, gelembung atau alga yang mengambang di permukaan air,
4. Distribusi limbah di dasar kolam,
5. Adanya blooming plankton,
6. Terdapatnya sisa pakan atau cepatnya pakan tersebut dikonsumsi.
Konsentrasi amoniak yang tinggi di dalam air menyebabkan ikan melakukan penyerapan osmosis dengan cara mengurangi konsentrasi ion internal. Amoniak juga
meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak insang dan mengurangi kemampuan darah untuk melakukan transportasi. Adanya konsentrasi subletal
amoniak dapat meningkatkan sensitifitas ikan terhadap penyakit. Di dalam kolam dengan kepadatan tinggi di mana ikan diberi makan makanan tambahan, konsentrasi
amoniak dapat meningkatkan pada tingkat yang lebih tinggi Boyd, 1982. Amoniak diproduksi dari penguraian protein untuk memperoleh energi dan
dikeluarkan melalui insang sebagai pertukaran dengan sodium sebagai bagian dari sistem regulasi ion. Daya racun amoniak menurun sejalan dengan meningkatnya
salinitas air. Kandungan ammonia sebesar 30 tiga puluh persen pada air laut masih tidak beracun bila dibandingkan pada air tawar dengan kondisi pH yang sama
Andrews, et al., 2003. Boyd 1982 juga mengatakan bahwa di air, ammonia nitrogen mempunyai 2 dua bentuk yaitu ammonia tidak terionisasi NH
3
yang menyebabkan toksisitas pada ikan dan ammonia terionisasi NH
4
yang tidak menyebabkan toksisitas bagi ikan, kecuali dalam konsentrasi yang tinggi yaitu di atas
0,3 ppm menyebabkan kerusakan insang sehingga ikan sulit melakukan respirasi.
pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se
Ge t you r s n ow
“ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA
Universitas Sumatera Utara
2.3. Parasit Ikan