Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Kelapa Sawit Pt Perkebunan Nusantara Iv (Studi Kasus : Pks Kebun Ptpn Iv Kecamatan Sosa)

(1)

EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV PERSERO

(Studi Kasus PKS Kebun PTPN IV Kecamatan Sosa) TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

09 0404 044

GUNAWAN SYAHPUTRA

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PKS Sosa adalah salah satu pabrik kelapa sawit yang dimiliki PTPN IV yang berada pada Kecamatan Sosa, pabrik kelapa sawit ini dibangun pada awal tahun 1985. PKS ini merupakan salah satu sentral perkebunan yang berada pada Kecamatan Sosa dan pada umumnya Sumatera Utara karena memiliki kapasitas olah sebesar 50 ton TBS/jam sehingga memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan metode penulisan deskriptif dan kuantitatif. Proses penyaluran air limbah pada PKS sosa menggunakan sistem penyaluran terpisah sedangkan proses pengolahan limbah cair menggunakan sistem kolam dan aplikasi lahan. Sedangkan data perhitungan yang digunakan dalah data sekunder yang bersumber dari instansi yang berkaitan dengan PKS tersebut serta literatur yang berkaitan dengan studi ini.

Evaluasi berupa perhitungan efektifitas dan efisiensi terhadap peningkatan volume limbah yang dibandingkan dengan dimensi kolam IPAL yang ada pada saat ini, kualitas kandungan air limbah hasil dari produksi minyak kelapa sawit, proses pengolahan serta proses pembuangan dari satu kolam ke kolam selanjutnya yang kemudian dianalisa terhadap parameter – parameter yang ditetapkan sebelum akhirnya limbah cair tersebut dibuang ke sungai.

Dari hasil evaluasi yang diperoleh, untuk kapasitas 660 m3/hari. Diperlukan beberapa unit kolam agar sistem pengolahan limbah dapat berlangsung dengan efektif. Jumlah dari BOD5 dan COD yang tereduksi selama pengolahan mencapai 98

%.

Waktu Penahanan Hidrolis yang terdapat pada masing-masing Kolam limbah adalah: Kolam Deoiling Pond 8 hari, Kolam Primery Anaerobik pond 71 hari, Kolam secondary Anaerobik Pond 37 hari, kolam Fakultatif 34 hari, kolam Algae pond I-III masing-masing kolam 42 hari dan kolam Final pond 9 jam. Dari hasil studi yang dilakukan kualitas BOD5 effluent yakni sebesar 217,821 mg/l dan

COD effluent sebesar 326,729 mg/l sehingga diketahui bahwa BOD5 dan COD pada

limbah PKS Sosa sudah memenuhi standard yang telah ditentukan KEPMENLH.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridhonya serta kesehatan dan kesabaran kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini berjudul “EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Studi Kasus : PKS Kebun PTPN IV Kecamatan Sosa)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Alm. Sutan Mulia Hsb, serta Ibunda tersayang Hj. Deliminta Hrp yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing saya serta selalu memberikan semangat dan dukungan. Mereka jugalah yang menanamkan kepada penulis akan makna ilmu dan kecintaan terhadap ilmu yang berguna sejak kecil sampai sekarang. Untaian Doa serta kasih sayang yang mereka berikan menjadi tambahan semangat serta energi dikala penulis merasakan kejenuhan selama masa perkuliahan.

Serta tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada abang saya Syahbana Hsb, Spsi. SE yang selalu memberi masukan kepada saya serta dukungannya, kakak saya Ummi amani Hsb Amd, Anni Yuspita Hsb, Efrida Suryanti Hsb, serta abang ipar saya Darwis Nst, Rijal Nst dan Zam-Zam Srg yang selalu memberi semangat selama perkuliahan, serta terima kasih kepada koponakan saya Alwi Hanafi Nst, Elda Habiba, Asrul Khoir, Yustika Nst, Amel Amelina, Rosdiah, Yuni, Amrul , Aisy, Wavi Z, serta Naufal Mulia Siregar. Yang selalu memberikan Doa, bantuan, dukungan material dan semangat sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.


(4)

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setingi-tingginya atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr.Ing. Johannes Tarigan sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT. Sebagai Sekretaris Departeman Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Teruna Jaya Msc. Sebagai Koordinator Jurusan Teknik Sumber daya Air. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Alferido Malik sebagai dosen pembimbing yang telah berjasa dalam memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Ir. Makmur Ginting, Msc dan bapak Ivan Indrawan ST, MT selaku dosen pembanding saya, atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis terhadap tugas akhir ini.

6. Bapak Dr. Ir Ahmad Perwira Mulia, MSc, Bapak Ir.Teruna Jaya MSc, Bapak Iskandar Muda, ST, MT sebagai dosen di bidang TSA. Terima Kasih atas bantuan dan dukungannya selama masa perkuliahan.

7. Bapak/Ibu Staff pengajar serta pegawai Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.


(5)

8. Kepada karyawan PTPN IV, khususnya abang Rahmad, bang Herman, Pak Lubis dan Pak Hutabarat serta karyawan-karyawan yang lainnya yang telah bersedia membantu saya dalam penelitian di lapangan.

9. Seluruh rekan-rekan stambuk 2009, Fauzan Nst, Alfian Hsb, Lukman Lubis, M Junaidi, Andi Aziz, Cid Ritongan, Lek feri, Lek Afri,Tero ,Merni, Odoy, Rian, Idris, Saddam, Adi, dan teman-teman lainnya yang tidak tersebut namanya, khususnya yang sudah menjadi sarjana, yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada saya sehingga menjadi pemacu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

10.Terima kasih untuk seorang terkasih Dwi Daniella Natswa Ramadhani yang selalu memberi saya motivasi dukungan, semangat, serta Doa yang Tulus dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Yang terkahir sebagai penutup, penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2015

09 0404 044


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Perumusan Masalah ... 3

1.4 Pembatasan Masalah ... 3

1.5 Metodologi Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum ... 7

2.1.1 Peraturan yang mengatur pengelolaan Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit... 9

2.2 Sumber Asal Air Limbah ... 10

2.2.1 Limbah Industri Kelapa Sawit ... 10

2.3 Karakteristik Limbah Cair PKS ... 11

2.3.1 Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa sawit (LCPKS) ... 12

2.3.2 Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) ... 13

2.3.3 Pemeliharaan Kolam Limbah ... 14


(7)

2.5 Proses Pengolahan Limbah Cair

Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) ... 15

2.6 Sistem Penyaluran Air Limbah ... 19

2.6.1 Sistem Penyaluran Limbah Terpisah ... 19

2.6.2 Sistem Penyaluran Limbah Tercampur ... 20

2.7 Garis Tenaga dan Garis Tekanan Pada Pipa ... 20

2.7.1 Pipa Hubungan Seri... 22

2.7.2 Pipa Dengan Pompa ... 24

2.8 Tinjauan Hidrolika Aliran Dalam Pipa ... 26

2.8.1 Aliran Melalui Pipa ... 26

2.8.2 Kehilangan Tenaga Akibat Gesekan Pipa ... 26

2.8.3 Kehilangan Tenaga Sekunder Dalam Pipa ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum ... 36

3.2 Sejarah Singkat Kebun Sosa ... 37

3.3 Letak Geografis ... 38

3.4 Kondisi Existing IPAL Kecamatan Sosa ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.6 Analisa Data ... 47

3.7 Efisiensi Pengolahan ... 49

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Unit Inti Pengolahan Limbah Cair PKS ... 50

4.2 Tidak Berjalannya SOP ( Standar Operation Procedure) ... 51

4.3 Evaluasi Kolam Fat-Pit ... 55

4.4 Evaluasi Kolam Deoiling Pond ... 58

4.5 Evaluasi Kolam Primery Anaerobik Pond ... 62

4.6 Evaluasi Kolam Secondary Anaerobik Pond ... 66

4.7 Evaluasi Kolam Fakultatif ... 70

4.8 Evaluasi Kolam Algae Pond ... 73

4.9 Evaluasi Kolam Final Pond ... 80

4.10 Evaluasi Debit Maksimum Pada Kegiatan Industri PKS ... 84


(8)

4.12 Sistem Aplikasi Lahan (Land Application) ... 89 4.13 Kolam Secondary Anaerobik Pond ... 90 4.14 Evaluasi Terhadap Kualitas Air Limbah ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 96 5.2 Saran ... 98


(9)

DAFTAR TABEL

Table 2.1. Baku Mutu Limbah Cair Industri Minyak Sawit

Table 2.2. Koefisien Manning Untuk Beberapa Jenis Pipa

Table 2.3. Koefisien Hanzen-William,CH

Table 2.4. Nilai Kc Untuk Berbagai nilai D2/D1

Table 2.5. Nilai Ke Untuk Berbagai Nilai �

Table 2.6. Nilai Kb Untuk Berbagai Nilai �

Table 2.7. Nilai Kb Untuk Berbagai Nilai R/D

Table 4.1. Spesifikasi pada Pompa pada Kolam Fat-Pit

Table 4.2. Faktor Koreksi (BFF) Untuk Alat Gali

Table 4.3. Waktu Siklus (CT) Backhoe Beroda Crawler

Table 4.4. Faktor Koreksi Untuk Kedalaman dan Sudut Putar

Table 4.5. Spesifikasi Pompa pada Land Applikasi

Table 4.6. Hasil Pengujian Limbah Land Aplikasi

Table 4.7. Hasil Analisa Perhitungan Limbah Cair Kegiatan Pabrik Kelapa SawitPTPN IV Sosa


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Alur Pengolahan Limbah dengan Sistem Kolam

Gambar 2.2. Garis Tenaga dan Tekanan

Gambar 2.3. Pipa Hubungan Seri

Gambar 2.4. Pipa Dengan Pompa

Gambar 2.5. Rumus Darcy-Weisbach

Gambar 2.6. Diagram Moody

Gambar 2.7. Pipa Menuju Kolam

Gambar 2.8. Perbesaran Penampang

Gambar 2.9. Belokan Pada Pipa

Gambar 3.1. Tampak Depan PKS Kecamatan Sosa

Gambar 3.2. Kolam Fat-pit

Gambar 3.3. Kolam Deoiling Pond

Gambar 3.4. Kolam Primery Anaerobic Pond

Gambar 3.5. Kolamm Secondary Anaerobik pond

Gambar 3.6. Kolam Fakultatif Pond

Gambar 3.7. Kolam Algae Pond

Gambar 3.8. Kolam Final Pond


(11)

Gambar 4.2. Dimensi Kolam Fat-Pit

Gambar 4.3. Pipa Penyaluran dari Kolam Fat-Pit

Gambar 4.4. Daerator Centrifugal Pump

Gambar 4.5. Dimensi Kolam Deoiling Pond

Gambar 4.6. Pipa penyaluran pada Kolam Deoiling Pond

Gambar 4.7. Dimensi Kolam Primery Anaerobik Pond

Gambar 4.8. Pipa Penyaluran pada Kolam Primery Anaerobik Pond

Gambar 4.9. Dimensi Kolam Secondary Anaerobik Pond

Gambar 4.10. Pipa penyaluran pada kolam Secondary Anaerobik Pond

Gambar 4.11. Dimensi Kolam Fakultatif Pond

Gambar 4.12. Pipa penyaluran pada kolam Fakultatif Pond

Gambar 4.13. Dimensi Kolam Algae Pond

Gambar 4.14. Pipa penyaluran pada kolam Algae Pond I ke Kolam Algae II

Gambar 4.15. Pipa penyaluran pada kolam Algae Pond II ke Kolam Algae III

Gambar 4.16. Pipa penyaluran pada kolam Algae Pond III ke Final Pond

Gambar 4.17. Dimensi Kolam Final Pond

Gambar 4.18. Pipa penyaluran dari kolam Final Pond ke sungai

Gambar 4.19. Kolam Secondary Anaerobik Pond


(12)

(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

BOD = Biological Oxygen Demand COD = Chemical Oxygen Demand TSS = Total Suspended Solid PKS = Pabrik Kelapa Sawit TBS = Tandan Buah Segar

IPAL = Instalasi Pengolahan Air Limbah BPAB = Bangunan Pengolahan Air Limbah LC = Limabah Cair

KEPMEN LH = Keputusan Menteri Lingkungan Hidup V = Kecepatan Aliran (m/s)

Q = Debit (m3/detik)

D = Diameter Pipa

Tr = Waktu Tinggal (jam)

H = Tinggi Tekanan Efektif (m)

hf = Kehilangan Tenaga Akibat Gesekan Hs = Tinggi Statis (m)

P = daya Pompa (hp)

� = Efisiensi Pompa (%) Le = Panjang Saluran (m)

Hs = Kehilangan Tenaga Akibat Sambungan Pipa (m) Hb = Kehilangan Tenaga Akibat Belokan Pipa (m)


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Peta Lokasi dan Lay out Kolam Limbah PKS Sosa

Lampiran B. Data Kepmen LH dan Data Hasil Pengujian UPT Laboratorium Lingkungan Hidup


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan sedemikian pesat. Hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan Negara-Negara lain yang lebih maju. Pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal inidikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.

Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalahlimbah cair berasal dari kegiatan industri. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan air di masa mendatang dan bencana alam seperti erosi, banjir dan kepunahan ekosistem perairan tidak dapat dielakkan lagi apabila kita kaum akademisi tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.

Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang besar akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke badan sungai. Limbah yang dibuang ke sungai harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah, karena sungai merupakan salah satu sumber air bersih bagi masyarakat, sehingga diharapkan tidak tercemar dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya.


(16)

PKS PTPN IV Kecamatan Sosa, sebagai salah satu pabrik Kelapa Sawit yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas berupaya untuk mengelola limbah yang dihasilkannya dengan melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang dikeluarkan ke dalam suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dari upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban pencemaran terhadap lingkungan sehingga memenuhi baku mutu Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair untuk industri Pabrik Kelapa Sawit.

Dalam pengelolaan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik.

1.2Tujuan Penulisan

Dalam pembahasan topik ini, penulis mempunyai beberapa maksud dan tujuan didalamnya. Antara lain :

1. Menganalisa penyaluran air limbah dengan memuat perhitungan dan pendimensian tiap unit pada bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada pabrik kelapa sawit PTPN IV Kecamatan Sosa. 2. Menganalisa dimensi saluran yang sudah ada pada pabrik kelapa sawit

PTPN IV Kecamatan Sosa.

3. Mengetahui kualitas air dari pengolahan air limbah untuk dibandingkan terhadap standar baku mutu air limbah.

1.3Perumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi pada limbah pabrik pada saat ini sudah menjadi masalah yang sangat serius,karena kualitas dari air limbah pabrik yang tidak memungkinkan untuk langsung dibuang ke lingkungan maupun ke sungai,oleh karena itu kita harus melakukan peninjauan bagaimana sistem pengolahan dan sistem


(17)

penyalurannya yang berfungsi dengan baik untuk mengurangi kualitas air limbah yang sangat buruk bagi lingkungan disekitarnya.Untuk perumusan masalah ini,penelitian dilakukan pada pabrik kelapa sawit PTPN IV Kecamatan Sosa.

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah antara alain:

1. Pengaruh pengolahan air limbah terhadap kondisi lingkungan di pabrik kelapa sawit PTPN IV Kecamatan Sosa.

2. Evaluasi kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terhadap perkembangan pabrik kelapa sawit PTPN IV Kecamatan Sosa.

3. Menentukan jaringan penyaluran air Limbah (buangan) pada PKS PTPN IV kecamatan Sosa.

1.4Pembatasan Masalah

Supaya memperoleh hasil pembahasan yang maksimal maka penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas.Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penulis tugas akhir ini maka batasan masalah dapat di uraikan dibawah ini:

1. Membahas masalah sistem saluran air limbah yang dikhususkan pada kegiatan industri pabrik kelapa sawit PTPN IV kecamatan Sosa.

2. Membahas sistem saluran yang difokuskan pada pengolahan air limbah pabrik kelapa sawit serta bangunan pelengkap yang dibutuhkan.

3. Membahas masalah air limbah ini ditinjau dari data debit air limbah dari areal PKS, serta karakteristik lahan dilokasi penelitian.


(18)

Adapun Metodologi dan langkah-langkah dalam penyusunan tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Literatur

Mencari serta mempelajari buku pustaka yang berkaitan dengan penyelesaian masalah desain penyaluran air limbah serta pengolahan air limbah dari berbagai sumber diantaranya berupa literatur buku, jurnal, majalah, artikel, serta data dari internet.

2. Pengumpulan Data

a. Data Primer didapat langsung dengan mengadakan kunjungan pada daerah penelitian sehingga diperoleh kondisi eksisting pengolahan air limbah serta sistem penyaluran air buangan yang ada dan sistem pengolahan limbah pada PKS Sosa tersebut. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan pengukuran langsung dan melakukan wawancara kepada petugas yang ada di bagian Instalasi Pengolahan Limbah pabrik tersebut.

b. Data sekunder, meliputi :

• Denah lokasi PKS PTPN IV Kecamatan Sosa dan Peta lokasi IPAL. • Skema sistem pembuangan air limbah PKS PTPN IV Kecamatan Sosa.

1.6Sistematika Penulisan

Sistem penulisan yang akan digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan bingkai dari studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi tinjauan umum, latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup permasalahan, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan.


(19)

Bab II. Tinjauan Pustaka

Pada bab ini menguraikan tentang teori yang berhubungan dengan penelitian agar dapat memberikan gambar model dan metode analisis yang akan digunakan dalam menganalisa masalah.

Bab III. Metodologi Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang metode yang digunakan dan rencana kerja dari penelitian serta mendeskripsikan lokasi penelitian tersebut.

Bab IV. Analisis Pembahasan

Selanjutnya pada bab ini merupakan analisa tentang permasalahan yang ada pada lokasi penelitian, evaluasi, dan perhitungan terhadap masalah yang ada di lokasi penelitian tersebut.

Bab V. Kesimpulan dan Saran

Yang paling terakhir merupakan kesimpulan dari butir – butir permasalahan serta hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan. Pada kesimpulan akhir ini juga disertai dengan rekomendasi yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya atau untuk penerapan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Industri pabrik kelapa sawit (PKS) dapat menghasilkan limbah yang berupa limbah cair dan padat. Limbah padat dapat dibuang ke lahan kosong, dikubur ataupun dibakar di dalam increnerator.sedangkan limbah cair dapat dibuang keperairan ataupun sungai. Namun dengan bertambahnya kesadaran manusia terhadap kualitas sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup,cara pembuangan limbah secara langsung tidak lagi diperbolehkan.

Begitu juga jika limbah yang dihasilkan dapat merusak lingkungan sekitarnya.Maka dari pertimbangan tersebut, Pabrik kelapa sawit diharuskan untuk memiliki sarana pengelolaan limbah.tentu dalam pengolahan limbah memerlukan biaya operasional pengolahan.

Maka untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah yang murah, dan mudah dalam pengoperasiannya serta dengan biaya yang relatif terjangkau, khususnya dalam industri pabrik kelapa sawit baik pabrik dalam skala kecil, skala sedang maupun skala besar. Secara umum bangunan instalasi pengolahan air limbah Pabrik kelapa sawit menerapkan teknologi pengolahan air limbah dengan proses bilogi yaitu dengan metode aplikasi lahan ataupun sistem kolam yang masih dianggap terjangkau terutama pada industri perkebunan yang tidak dekat dari perkotaan. Namun sistem pengolahan ini memerlukan waktu (retention time) yang relatif lama yang berfungsi untuk menurunkan kandungan konsentrasi COD,BOD, serta zat padat yang tersuspensi dengan baik.


(21)

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No:Kep-51/MENLH/10/1995 tentang “Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Minyak kelapa Sawit”, yang mengharuskan bahwa pabrik kelapa sawit harus mengolah air limbah sampai dengan standar yang diijinkan, maka kebutuhan teknologi pengolahan air limbah pabrik kelapa sawit khususnya yang murah dan hasilnya baik perlu di kembangkan, namun kendala yang banyak dijumpai yaitu teknologi yang ada saat ini masih relative mahal, sedangkan dilain pihak dana yang tersedia untuk membangun alat pengolahan air limbah sangat terbatas.

Dalam pengolahan air limbah pabrik kelapa sawit (PKS)dengan kapasitas yang besar 50 ton TBS/jam, biasanya menggunakan teknologi pengolahan air limbah yaitu dengan “sitem kolam” atau ponding system”namun untuk pabrik yang berkapasitas kecil cara tersebut sangatlah kurang ekonomis karena biaya pengoperasiannya cukup besar, dan kontrol operasionalnya lebih sulit. Untuk mengatasi hal tersebut,perlu informasi dan teknologi sistem tersebut, khususnya teknologi pengolahan air limbah pabrik kelapa sawit (PKS) beserta aspek pemilihan teknologi serta keunggulan dan juga kekurangannya.

Namun dengan adanya informasi yang berkembang, maka pihak manajemen pabrik kelapa sawit (PKS) maupun pihak dari PTPN dapat memilih teknologi pengolahan air limbah yang sesuai dengan kondisi maupun jumlah dari air limbah yang dikelola, yang layak secara teknis, ekonomis dan dapat memenuhi standar dari lingkungan hidup yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri.

2.1.1 Peraturan Perundangan Yang Mengatur Pengelolaan Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274).


(22)

 Undang – Undang No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air .

 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep - 51/ MenLH /10 /1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri Minyak Sawit.

 Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

 Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

 Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

 Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. ( sebagai pengganti UU No. 20 tahun 1990 ).

2.2 Sumber Asal Air Limbah

Data mengenai sumber air limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan jumlah rata-rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan,industri dan aliran air tanah yang ada di sekitarnya. Kesemuanya ini harus dihitung perkembangannya atau pertumbuhannya sebelum membuat suatu bangunan pengolahan air limbah serta merencanakan pemasangan saluran pembawanya (Sugiharto,1987).


(23)

2.2.1 Limbah Industri Kelapa Sawit

Proses pengolahan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair minyak kelapa sawit yang mengandung bahan organik yang tinggi, sehinggga kadar bahan pencemar akan semakin tinggi juga.

Pengolaha sawit pada pabrik kelapa sawit menghasilkan 3 jenis limbah Yaitu:

 limbah cair

 limbah padat, dan

 gas

Dimana limbah gas yang keluar dari cerobong asap boiler, dan limbah padat berupa solid, cangkang, sabut dan abu. Diantara limbah diatas yang menjadi permasalahan adalah limbah cair karena jumlahnya sangat banyak dibanding dengan yang lainnya.

Secara umum dampak yang diperoleh dari hasil limbah cair industri minyak kelapa sawit adalah badan air penerima akan tercemar, karena biasanya hampir setiap industri pabrik kelapa sawit berlokasi dekat dengan badan sungai. Sehingga sungai yang tercampur dengan limbah menjadi kotor dan senyawa – senyawa yang terkandung didalamnya sangat membahayakan terhadap lingkungan maupun kesehatan.

Hasil dari limbah cair industri kelapa sawit bila dibiarkan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan terbentuknya senyawa amonia (NH

3N), dan ini disebabkan bahan organik yang terkandung didalam limbah cair

tersebut akan terurai dan membentuk senyawa amoniak.Salah satu bentuk teknik pengendalian dan pengolahan limbah pabrik kelapa sawit adalah dengan melakukan biodegradasi terhadap komponen organik menjadi senyawa organik sederhana dalam kondisi anaerob menjadi kondisi aerob sehingga baku mutu limbah cair dapat


(24)

disesuaikan dengan daya dukung lingkungan penerima.Sehingga dengan demikian aspek pengendalian pengolahan secara optimal dapat:

1. Mengurangi tingkat pencemaran serta dampak negatif yang ditimbulkan dari limbah serta dapat dikendalikan dengan baik.

2. Tercapainya hasil standar yang ditetapkan/baku mutu limbah cair pabrik kelapa sawit yang dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan, terutama terhadap media air (sungai).

2.3 Karakteristik Limbah Cair PKS

Limbah cair PKS mengandung padatan terlarut maupun emulsi minyak di dalam air. Limbah cair mengandung senyawa-senyawa organik seperti sellulosa dan tannin ataupun turunan alkaloid lainnya seperti karotin. Padatan terlarut melayang dan juga mengemulsi serta bahan-bahan organik lainnya yang terurai ataupun terdegradasi disebabkan mikroorganisme, ini menyebabkan bau dan berwarna hitam (Nainggolan.2011).

2.3.1 Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ( LCPKS )

Limbah yang dibuang ke badan air penerima (sungai) harus memenuhi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan di dalam peraturan agar limbah tersebut aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Baku mutu limbah cair untuk industri minyak kelapa sawit, dimana Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep-51/MENLH/10/1995 pada lampiran A IV, dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti yang tercantum di bawah ini.

Tabel .2.1. Baku Mutu Limbah Cair Industri Minyak Sawit


(25)

mg L MAKSIMUM

BOD5 250 1.5

COD 500 1.5

TSS 300 1.8

MINYAK DAN LEMAK 30 0.18

AMONIA TOTAL (NH3N) 20 0.12

PH 6.0 - 9.0

Sumber : KEP 51-/MENLH/10/1995

2.3.2 Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)

Teknologi pengolahan Limbah cair pabrik kelapa sawit adalah salah satu cara untuk memisahkan, menghilangkan, dan mengurangi unsur pencemar dalam limbah. Teknologi pengolahan limbah mempunyai ukuran dan spesifik. Kemampuan wadah penampungan limbah seperti kolam limbah diukur dengan beban volume per satuan luas dan satuan waktu atau dikenal dengan istilah sludge loading rate. Kemampuan proses pengolahan kolam diukur dengan waktu penahanan hidrolis (WPH).

Waktu penahanan hidrolis atau waktu tinggal limbah dalam reaktor mempunyai peranan yang amat penting dalam menuju keberhasilan pengolahan limbah.

Besarnya debit limbah dibandingkan dengan ukuran volume kolam atau reaktor akan menentukan waktu tinggal limbah dalam kolam. Sedangkan volume kolam sangat dipengaruhi konsentrasi padatan limbah.


(26)

Volume limbah juga sangat menentukan ukuran dari kolam. Semakin besar volume limbah maka akan semakin besar kolam limbah yang diperlukan sehingga mengakibatkan waktu penahanan hidrolis ( WPH ) menjadi lebih lama, akan tetapi sebaliknya jika volume kolam kecil maka WPH akan menjadi lebih singkat tapi mungkin prosesnya tidak sempurna. Karena itu perlu diketahui ukuran bak kolam baik dari segi kedalaman maupun luas permukaan (Harahap,2012 ).

2.3.3 Pemeliharaan Kolam Limbah

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal pemeliharaan kolam limbah Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

 Menguras lumpur yang berada pada tiap – tiap kolam, jika kolam telah memenuhi 1/

3 kedalaman kolam pada dimensi awal.

 Memeriksa jaringan pipa dan instalasi lainnya yang ada pada sistem secara rutin untuk mencegah terjadinya penyumbatan ataupun kerusakan lainnya.

 Pemeliharaan konstruksi kolam secara rutin dan memperbaiki setiap kerusakan yang terjadi pada dinding kolam.

2.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL )

Metode pengolahan air limbah Pabrik Kelapa Sawit yang lazim dan biasa digunakan oleh pihak industri perkebunan kelapa sawit ada 2 metode yaitu:


(27)

1. Sistem Aplikasi Lahan (Land Application ). 2. Sistem Kolam (Ponding System).

Agar dapat mengurangi tingkat pencemaran limbah sebelum dibuang ke badan sungai, maka perlu dilakukan pengolahan pada air limbah minyak kelapa sawit tersebut,pada umumnya dalam pengolahan limbah, PKS menggunakan sistem yang disebut dengan sistem kolam (biologis) aerob – anaerob.

Pada sistem pengolahan air limbah secara biologis masih dianggap cara yang paling murah bila dibandingkan dengan cara kimia, karena mengingat harga bahan kimia relatif mahal serta volume air limbah kelapa sawit yang cukup besar.

Sistem pengolahan air limbah secara biologis berlangsung secara berkelanjutan, yaitu pada kolam anaerobik, fakultatif, aerobik, dan sedimentasi tanpa menambahkan zat kimia lainnya, melainkan hanya membutuhkan waktu (retention time) dalam proses perombakan zat organik oleh mikroorganisme. Sehingga terjadi suatu perubahan kualitas air limbah yang diinginkan pada tiap-tiap kolam tersebut, baik itu kolam anaerobik, fakultatif, aerobik dan lain – lain.

Proses dengan Sistem kolam (Ponding System) dapat dikatakan sebagai proses biologi yang bertujuan untuk merombak zat pencemar organik menjadi karbondioksida dan jaringan sellulosa sehingga mudah untuk memisahkan antara limbah air dengan bahan pencemar. Pada proses ini yang berperan adalah mikro organik yang dapat menguraikan zat – zat organik limbah menjadi zat – zat yang sederhana.

2.5 Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)

Pengoperasian pabrik kelapa sawit secara efisien dan efektif akan menghasilkan limbah cair sekitar 0,6 – 0,8 m3/Ton Tandan Buah Segar (TBS ).Untuk


(28)

menanggulangi masalah limbah cair pada IPAL PKS pada umumnya menggunakan unit – unit kolam pengolahan. PKS yang menggunakan sistem ini pada umumnya mempergunakan lahan yang cukup luas dan mempunyai beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan bahan baku mutu limbah yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Gambar 2.1 Alur Pengolahan Limbah dengan Sistem Kolam.


(29)

Tahap ini merupakan awal proses pengolahan air limbah PKS yaitu sebagai tempat pengutipan sisa minyak yang terikat dalam limbah cair dan dikembalikan dalam proses pengolahan, sehingga kadar minyak dalam air dapat berkurang.

Minyak yang masih terikat dalam air limbah dalam jumlah yang cukup tinggi dapat mengganggu aktivitas mikroorganisme merombak bahan organik, disamping itu dengan adanya minyak akan membentuk lapisan film pada permukaan air, dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air sehingga dapat mengganggu aktivitas mikroorganisme.

2. Pendinginan (Cooling Pond)

Cooling Pond ini merupakan lanjutan proses dari fat pit, Colling pond berfungsi menurunkan temperatur limbah cair yang dikeluarkan dari ruang produksi. karena air limbah segar yang keluar dari pabrik atau dari fat pit umumnya masih panas (50 – 700 C) maka terlebih dahulu temperatur harus diturunkan hingga 38-400C yang merupakan temperatur optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme pengurai. Bagian dasar dan dinding cooling pond (kolam pendingin) dilapisi dengan semen sehingga kedap air. biasanya proses pendinginan dilakukan selama 48 jam. (Naibaho, M. Ponten 1998) .

3. Netralisasi

Kolam ini berfungsi untuk menetralkan pH limbah yang masih asam yang terdapat pada kolam – kolam sebelumnya menjadi ± 6,5 -7,0.

4. Pengasaman

Dalam kolam ini pH limbah umumnya berkisar 3 – 4, dan kemudian pH nya naik setelah asam organik terurai kembali oleh proses hidrolisa yang berlanjut. Pengasaman tidak selalu dilakukan orang, karena dengan penambahan unit ini maka


(30)

akan terjadi penambahan unit pengolahan sehingga untuk pengolahan limbah akan membutuhkan lahan yang lebih luas serta biaya yang jauh lebih mahal.

5. Kolam Anaerobik

Limbah yang telah dinetralkan kemudian dialirkan ke kolam anaerobik. Pada kolam ini limbah cair masih mengandung senyawa organik yang kompleks seperti lemak, karbohidrat, dan protein yang akan dirombak oleh bakteri anaerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana (CH

4), karbondioksida (CO2), dan

air (H

2O). Proses perombakan limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah

dengan bakteri yang berasal dari kolam pembiakan juga berjalan dengan baik.

6. Kolam Fakultatif

Kolam ini adalah kolam peralihan dari kolam anaerobik ke kolam aerobik. Pada kolam ini proses perombakan masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikan proses yang belum terselesaikan pada kolam anaerobik.

7. Kolam Aerobik

Pada kolam ini cairan limbah diperkaya kandungan oksigennya dengan aerator, oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri aerobik. Kemudian limbah dialirkan ke sungai yang ada pada daerah industri minyak tersebut.


(31)

2.6 Sistem Penyaluran Air Limbah

2.6.1 Sistem Penyaluran Limbah Terpisah

Sistem penyaluran terpisah adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus untuk air yang tidak tercemar.

Sistem ini digunakan dengan pertimbangan antara lain:

1) Periode musim hujan dan kemarau lama.

2) Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik.

3) Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air hujan harus secepatnya dibuang ke badan penerima.

4) Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim kemarau dan musim hujan relatif besar.

5) Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).

Kelebihan sistem ini adalah masing - masing sistem saluran mempunyai dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan masing-masing sistem saluran.


(32)

Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang tercampur dengan air limpasan hujan (sugiharto 1987). Sistem ini digunakan apabila daerah pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun saluran air buangan yang terpisah dengan saluran air hujan, debit masing–masing air buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun.

Kelebihan sistem ini adalah hanya diperlukannya satu jaringan sistem penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan buangan.

2.7 Garis Tenaga dan Garis Tekanan pada Pipa

Sesuai dengan prinsip bernoulli, tenaga total atau tinggi tekanan efektif di setiap titik pada saluran pipa merupakan jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan.

�= z +�+ �2

2� (2.1)

Dimana :

H = tenaga total atau tinggi tekanan efektif pada suatu titik (m) Z = ketinggian dasar saluran terhadap suatu datum (m)


(33)

γ = berat jenis zat cair (kg/m3) v = kecepatan aliran pada pipa (m/s) g = gravitasi (m/s2)

Garis yang menghubungkan titik-titik tersebut dinamakan garis tenaga, yang digambarkan di atas tampang memanjang pipa seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2. Perubahan diameter pipa dan tempat-tempat tertentu di mana kehilangan tenaga sekunder terjadi ditandai dengan penurunan garis tenaga. Apabila kehilangan tenaga sekunder diabaikan, maka kehilangan tenaga hanya disebabkan oleh gesekan pipa. (Triadmodjo, Bambang 2003).

Gambar 2.2 Garis tenaga dan tekanan

2.7.1 Pipa hubungan seri

Apabila suatu aliran pipa terdiri dari pipa-pipa dengan ukuran yang berbeda, dan pipa tersebut adalah dalam hubungan seri. Gambar 2.3 menunjukkan suatu sistem tiga pipa dengan karakteristik berbeda yang dihubungkan dengan secara seri.


(34)

Panjang, diameter dan koefisien gesekan masing-masing pipa adalah L

1, L2, L3; D1, D

2, D3 dan f1, f2, f3.

Gambar 2.3 Pipa hubungan seri

Jika beda tinggi muka air kedua kolam diketahui, akan dicari besar debit aliran Q dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan energi (Bernoulli).

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggambarkan garis tenaga. Seperti terlihat pada gambar, garis tenaga akan menurun kearah aliran. Kehilangan tenaga pada masing-masing pipa adalah h

f1, hf2 dan hf3. Dianggap bahwa kehilangan

tenaga sekunder kecil sehingga diabaikan.

Q = Q

1 = Q2 = Q3 (2.2)

Dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 (pada garis aliran):

�1+�1+�1 2 2� =�2

�2 � +

�22

2� +ℎ�1+��2+��3 (2.3) Pada kedua titik, tinggi tekanan adalah H

1 dan H2, dan kecepatan V1 = V2 = 0


(35)

z

1 + H1 = z2 + H2 + hf1 + hf2 + hf3

(z

1 + H1) – (z2 + H2) = hf1 + hf2 + hf3

Atau

H = h

f1 + hf2 + hf3 (2.4)

Dengan mengunakan persamaan Darcy-Weisbach, persamaan (2.4) menjadi:

�=�1�1 �1

�1 2�+�2

�2 �2

�2 2�+�3

�3 �3

�3

2� (2.5)

Untuk masing-masing pipa kecepatan aliran:

�1 =��� 12/4

2 = � ��12/4

3 = � ��12/4

(2.6)

Substitusikan nilai V

1, V2, dan V3 ke dalam persamaan (2.5), didapat:

�=8�

2 ��2�

�1�1 �15

+�2�2 �25

+�3�3 �35 �

(2.7)

Debit aliran adalah:

�= ��2�ℎ

4��1�1 �15

+�2�2 �25

+�3�3 �35 �

1/2 (2.8)

Kadang-kadang penyelesaian pipa seri dilakukan dengan suatu pipa ekivalen yang mempunyai penampang seragam. Pipa disebut ekivalen apabila kehilangan tekanan pada pengaliran di dalam pipa ekivalen sama dengan pipa-pipa yang diganti.

Sejumlah pipa dengan bermacam-macam nilai f , L, dan D akan dijadikan suatu pipa ekivalen. Untuk itu diambil diameter D


(36)

yang terpanjang (atau yang telah ditentukan), dan kemudian ditentukan panjang pipa ekivalen. Kehilangan tenaga dalam pipa ekivalen:

� =8�2 ��2�

����

��5� (2.9)

Substitusikan dari persamaan (2.7) ke persamaan (2.9) didapat:

=�� 5 �� �

�1�1 �15

+�2�2 25

+�3�3 35 �

(2.10)

2.7.2 Pipa dengan pompa

Pompa digunakan untuk menaikkan zat cair dari kolam ke suatu kolam lain dengan selisih elevasi muka air Hs, seperti yang ditunjukan pada gambar 2.4, maka daya yang digunakan oleh pompa untuk menaikkan zat cair setinggi Hs adalah sama dengan tinggi Hs ditambah dengan kehilangan tenaga selama pengaliran dalam pipa tersebut.

Kehilangan tenaga adalah ekivalen denganpenambahan tinggi elevasi, sehingga efeknya sama dengan jika pompa menaikkan zat cair setinggi H = Hs + Σh

f

Dalam gambar tersebut tinggi kecepatan diabaikan sehingga garis tenaga berhimpit dengan garis tekanan.


(37)

Gambar 2.4 Pipa dengan Pompa

Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan pipa 2 yaitu sebesar h f1

dan h

f2. Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (dan tenaga) menurun sampai di bawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah sumbu pipa mempunyai tekanan negatif. Sedang pipa 2 merupakan pipa tekan.

daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair :

�= ���

� (2.11)

atau dalam satuan hp (horse power, daya kuda):

�=���

75� (2.12)

dengan η adalah efisiensi pompa. Pada pemakian pompa, efisiensi pompa digunakan sebagai pembagi dalam rumus daya pompa.


(38)

2.8 Tinjauan Hidrolika Aliran dalam IPAL 2.8.1 Aliran Melalui Pipa

Pipa merupakan saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran, dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh, Fluida yang di alirkan melalui pipa biasanya berupa zat cair atau gas dan tekanannya bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer.

Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang di alirkan adalah zat cair. Tekanan di permukaan zat cair di sepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer. (Triatmodjo,Bambang, 2003).

2.8.2 Kehilangan Tenaga Akibat Gesekan Pipa

Apabila pipa mempunyai penampang konstan, maka V

1 = V2, dan persamaan

di atas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana untuk kehilangan tenaga akibat gesekan.

ℎ� =��1+ �1

�� − ��2+ �2

�� (2.13)

atau

= ∆� −∆�

� (2.14)


(39)

Gambar 2.5 Rumus Darcy-Weisbach

Seperti terlihat pada gambar 2.5 tampang lintang aliran melalui pipa adalah konstan yaitu A, sehingga percepatan a = 0. Tekanan pada tampang 1 dan 2 adalah p

1

dan p

2. Jarak antar tampang 1 dan 2 adalah ΔL. Gaya-gaya yang bekerja pada zat cair adalah gaya tekanan pada kedua tampang, gaya berat dan gaya gesekan.

Dengan menggunakan hukum Newton II untuk gaya-gaya tersebut akan didapat:

F = M a (2.15)

p

1A - p2A+γ AΔL sin α - τo PΔL =M x 0 (2.16) Dengan P adalah keliling basah pipa. Oleh karena selisih tekanan adalah Δp

1 maka :

ΔpA +γ AΔL sin α - τ

o PΔL = 0 (2.17)

Kedua ruas dibagi dengan Aγ, sehingga: ∆�

� +∆����� − �0�∆�

�� (2.18)

∆�

� +∆� = �0∆�

�� = 0 (2.19)


(40)

=�0∆�

��

(2.20)

�0 = ���=���� (2.21)

Di mana :

Δz = ΔL sin a.

R = A/P = jari-jari hidrolis dan

I = h

f L= kemiringan garis energi. Untuk pipa lingkaran:

R= � � =

��2/4 �� =

4 (2.22)

sehingga persamaan diatas menjadi:

ℎ� = 4���0∆� (2.23)

Persamaan yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa kehilangan tenaga sebanding dengan Vn di mana n ≈ 2 Untuk aliran melalui pipa dengan dimensi dan zat cair tertentu.

persamaan (2.23) menunjukan bahwa h

f sebanding dengan τo. Dengan demikian

apabila h

f = f (V 2

)

berarti juga τ

o = f (V 2

)

Dengan anggapan bahwa :


(41)

dengan C adalah konstanta, maka persamaan (2.24) menjadi :

ℎ� =4��∆��� (2.25)

Dengan mendefinisikan f = 8C/ρ maka persamaan di atas menjadi:

ℎ� =�∆� � 2

2� (2.26)

Apabila panjang pipa adalah L, maka persamaan (2.26) menjadi :

ℎ� =��� 2

2� (2.27)

Persamaan (2.27) disebut dengan persamaan Darcy-Weisbach untuk aliran melalui pipa lingkaran. Dalam persamaan tersebut f adalah koefisien gesekan Darcy-Weisbach yang tidak berdimensi. Koefisien f merupakan fungsi dari angka Reynolds

dari kekasaran pipa. Pada tahun 1944 Moody memperkenalkan suatu grafik yang mempermudahkan dalam penentuan nilai f atau yang biasa disebut moody diagram.


(42)

Gambar 2.6 Diagram Moody untuk nilai f pipa

Alternatif lain untuk menentukan nilai f dengan menggunakan koefisien manning, Chezy atau Hazen-williams.

f= 124.58 �2

��1/3 (2.28)

f=

156.06

���2.�0.26.�0.08� (2.29)

Tabel 2.2. Koefisien manning untuk beberapa jenis pipa

Type of pipe Manning’s n

Galvanized Iron 0,015 – 0,017

Corrugated Metal 0,023 – 0,029

Steel formed Concrete 0,012 – 0,014

Plastic (smooth) 0,011 – 0,015

PVC 0,009 – 0,010

Sumber: Brater et al. (1996);ASCE (1976)

Tabel 2.3. Koefisien Hazen-Williams,CH

Type of Pipe Manning’s n

PVC ,Glass,or enameled steel pipe 130 – 150

Riveted steel pipe 100 – 110

Cast iron pipe 95 – 100

Smooth Concrete pipe 120 – 140

Rought pipe (e.g.roughconcrete pipe) 60 – 80 Sumber: Brater et al. (1996);ASCE(1976)


(43)

2.8.3 Kehilangan Tenaga Sekunder Dalam Pipa

Di samping adanya kehilangan tenaga akibat gesekan (kehilangan tenaga primer), terjadi pula kehilangan tenaga yang disebabkan oleh perubahan penampang pipa, sambungan, belokan dan katub (kehilangan tenaga sekunder). Pada pipa panjang, kehilangan tenaga primer biasanya jauh lebih besar dari pada kehilangan tenaga sekunder, sehingga pada keadaan tersebut kehilangan tenaga sekunder dapat diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder harus diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga sekunder kurang 5 % dari kehilangan tenaga primer maka kehilangan tenaga tersebut bisa diabaikan.

a. Kehilangan energi akibat penyempitan (contraction)

�� =���2 2

2� (2.30)

Di mana :

H

c = tinggi hilang akibat penyempitan

K

c = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan

V

2 = kecepatan rata-rata aliran dengan diameter D2 (yaitu di hilir dari

penyempitan)

Tabel 2.4. Nilai Kc untuk berbagai nilai D


(44)

�2/�1 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0

�� 0,5 0,45 0,38 0,28 0,14 0,00

Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003.

b. Kehilangan energi akibat pembesaran tampang (expansion).

�� = ���1 2

2� (2.31)

di mana

�� = ��12−1� 2

(2.32)

Apabila pipa masuk ke kolam yang besar seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7, di mana A

2 = ∞ sehingga V2 = 0 maka :

�� =�1 2

2� (2.33)

Kehilangan tenaga pada perbesaran penampang akan berkurang apabila perbesaran dibuat secara berangsur-angsur seperti ditunjukkan dalam gambar 2.8, kehilangan tenaga diberikan oleh persamaan berikut:

�� =�′ �1 2−�

22

2� (2.34)


(45)

Tabel 2.5. Nilai K

e untuk berbagai nilai α

A 100 200 300 400 500 600 750

�� 0,078 0,31 0,49 0,60 0,67 0,72 0,72

Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003

c. Kehilangan energi akibat belokkan pipa

Kehilangan tenaga yang terjadi pada belokkan tergantung pada sudut belokkan pipa. Rumus kehilangan tenaga pada belokkan adalah sama dengan rumus pada perubahan penampang, yaitu :

�� =��� 2

2� (2.35)

Gambar 2.9 Belokkan pipa

Tabel 2.6. Nilai K

b untuk berbagai nilai α

A 200 400 600 800 900

�� 0,05 0,14 0,36 0,74 0,98

Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003

Untuk sudut belokkan 90o dan dengan belokkan halus (berangsur-angsur), kehilangan tenaga tergantung pada perbandingan antara jari-jari belokkan dan diameter pipa. Nilai K


(46)

.

Gambar 2.10 Perbandingan nilai R/D untuk nilai K Tabel 2.7. Nilai K

b untuk berbagai nilai R/D

A 1 2 4 6 10 16 20

�� 0,35 0,19 0,17 0,22 0,32 0,38 0,42


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 UMUM

PTP Nusantara IV (Persero) sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang Agrobisnis, mengemban tugas Tri Dharma Perkebunan dengan Visi membangun PTPN-IV (Persero) menjadi Agribisnis Perkebunan yang tangguh dan Misi menjalankan usaha agar bisnis Perkebunan guna meningkatkan daya saing produk secara terus menerus menghasilkan laba berkesinambungan dengan mengelola usaha secara profesional serta memberikan perhatian dan peran kepada masyarakat lingkungan.

PTP Nusantara IV (Persero) Medan sebagai pelopor utama pembukaan areal kelapa sawit di Kecamatan Sosa yang tadinya merupakan Padang Ilalang dan Hutan yang tidak produktif dengan keberadaan PTPN-IV di Kecamatan Sosa areal berubah menjadi tanaman Kelapa Sawit yang terdiri dari tanaman Kebun Inti dan Plasma.

Sasaran utama adalah untuk meningkatkan taraf hidup para petani tradisional melalui Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) yang berkaitan dengan program Pemerintah melalui Departemen transmigrasi.

Dengan keberadaan PTP. Nusantara-IV di Kecamatan Hutaraja tinggi secara tidak langsung masyarakat Sosa yang tadinya belum mengetahui tata cara bercocok tanam dan kegunaan Kelapa Sawit, saat ini masyarakat Sosa yang bukan petani PIR Trans sudah menanam lahannya dengan tanaman kelapa sawit, bahkan tanaman semula karet telah di konversi dengan tanaman kelapa sawit.


(48)

PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya Kelapa Sawit dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing Natal.

3.2 SEJARAH SINGKAT KEBUN SOSA

Wilayah Padang Bolak/Padang Lawas yang didalamnya termasuk Barumun Sosa mempunyai Iklim kering, selama ratusan tahun digarap oleh penduduk dengan sistem ladang berpindah, disamping itu merupakan penggembalaan ternak secara tradisional, hal tersebut menyebabkan ekosistem tidak dapat dipertahankan mengakibatkan kelestarian Sumber Daya Alam semakin merosot sehingga wilayah Padang Bolak/ Padang Lawas berubah menjadi Savana. Keadaan tersebut membuat lokasi Padang Bolak terpilih sebagai objek Pembangunan Kebun Inti dan Plasma.

PIR Trans Sosa berlokasi di Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas, Propinsi Sumatera Utara. Jarak dari Kantor Direksi Medan ± 625 KM, dari Kota Kabupaten Sibuhuan ± 15 Km dan dari kota Kecamatan Panyabungan ± 35 Km.

Adapun dasar pembangunan Kebun Inti dan Plasma

1. Surat PNP VII (saat ini PTPN-IV) kepada Gubernur KDH Tingkat I Propinsi Sumatera Utara No. 07.07/X/280/1983 tanggal 31 Kamiaro 1983 2. Surat Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Tanaman Keras No.


(49)

1. Tindak lanjut dari Surat Menteri Muda Urusan peningkatan Produksi tanaman keras tersebut, PNP VII (saat ini PTPN-IV) melalui surat-surat No.07.07/X/280/1983 tanggal 29 Agustus 1983 dengan perincian sebagai berikut :

2. Untuk Kebun Inti seluas 24.000 Ha 3. Untuk Kebun Plasma seluas 24.000 Ha

Pemerintah Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan melalui Surat No. 133338/22/1983, tanggal 04 Oktober 1983 telah menyetujui permohonan Pembangunan Kebun Inti dan Plasma seluas 48.000 Ha di Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan pada saat itu.

3.3 LETAK GEOGRAPHIS

Unit Kebun Sosa salah satu unit strategis bisnis dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dibangun pada awal tahun 1985. Terdiri dari 9 (sembilan) Afdeling dengan luas konsesi 7.205.90 Ha berdasarkan SK HGU Menteri Negara Agraria / Kepala badan Pertahanan Nasional nomor : 46/HGU/BPN/99 tanggal 11 Mei 1999. Dengan peta situasi No. 202/1987 (2.186.70 Ha) yakni Sosa I Afdelin I,II, dan III dan peta situasi N0. 203/19 (5.119.20 Ha) yakni Sosa II Afdelin IV, V, VI, VII, VIII, IX) yang berada di Kecamatan Sosa yang berbatasan dengan:

− Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Barumun Tengah − Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dalu-Dalu Riau − Sebelah Selatan berbatasan dengan Pasir Pangaraian-Riau


(50)

Gambar. 3.1 Tampak depan PKS Sosa 3.4 Kondisi Existing IPAL PKS Kecamatan Sosa

Air limbah Pabrik Kelapa Sawit merupakan merupakan faktor pencemaran pada media penerima, untuk mengatasi pencemaran tersebut, maka air limbah pabrik harus diproses dan dinetralisir sebelum dibuang ke lingkungan atau ke badan penerima (sungai), Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)di PKS Kecamatan Sosa merupakan pengolahan limbah yang menggunakan 2 metode yaitu sistem aplikasi lahan (Land Application) dan sistem metode kolam(Ponding System). Instalasi ini terdiri dari beberapa unit bangunan yang saling berangkaian dalam proses pengolahan air buangan.

1. Bak Pengutipan Minyak Parit (Fat-pit)

Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit sebelun di alirkan ke kolam UPLC(Unit Pengolahan Libah Cair) maka terlebih dahulu harus dialirkan ke kolam Fat-pit (gambar 3.2) yang berfungsi untuk melakukan penyaringan kembali minyak-minyak yang tercampur dengan limbah dan air. Bak ini memiliki dimensi:

− Panjang : 17,5 meter − Lebar : 7,5 meter − Kedalaman : 2,5 meter


(51)

Gambar. 3.2 kolam Fat-pit

Prisip pemisahan ini berdasarkan dari berat jenis minyak. Minyak yang memiliki berat jenis yang lebih berat akan mengendap dan sebaliknya jika berat jenis minyak yang rendah akan berada di permukaaan pembersihan bak dan pemeriksaan dilakukan 2 bulan sekali. Dari kolam ini selanjutnya air limbah akan di alirkan ke kolam deoiling pond dengan menggunakan pompa.

2. Kolam Deoiling Pond

Kolam deoiling Pond ini merupakan kolam yang ke dua setelah kolam fat-pit yang berada di lokasi PKS Kecamatan Sosa waktu tinggal limbah pada kolam ini selama 8 hari. Kolam deoiling pond yang terdapat pada gambar (3.3) memilki dimensi:

− Panjang = 67 meter − Lebar = 32 meter − Kedalaman = 3 meter


(52)

Gambar.3.3 kolam Deoiling Pond

Kedalam kolam Deoiling Pond yang mencapai kedalam 3 meter bertujuan untuk menjaga suasana aerobik sehingga dapat merombak bahan-bahan organik semaksimal mungkin melalui proses yang bertahap.

3. Kolam Primery Anaerobic Pond

Kolam Primery anaerobic I yang terdapat pada (gambar 3.4) merupakan proses lanjutan setelah terjadi pada kolam Deoiling Pond. Di kolam ini waktu tinggal limbah selama 71 hari. Adapun dimensi kolam Primery anaerobic adalah:

− Panjang =139 meter − Lebar = 67 meter − Kedalaman = 5.5 meter


(53)

4. Kolam Secondary Anaerbic Pond

Kolam Primery anaerobic II yang terdapat pada (gambar 3.5) merupakan proses lanjutan setelah terjadi pada kolam Anaerobic I. Di kolam ini bertujuan untuk menurunkan suhu setelah beberapa waktu berada pada kolam anaerobic I. Waktu tinggal limbah pada kolam anaerobic II selama 37 hari. Melalui kolam secondry anaerobic pond ini dilakukan sistem aplikasi lahan (Land Aplication) dimana limbah dari kolam ini di alirkan kelahan kelapa sawit melalui pompa yang dialiri pipa sepanjng 12 km. Adapun dimensi kolam Primery anaerobic II adalah:

− Panjang = 100 meter − Lebar = 50 meter − Kedalaman = 5.5 meter

Gambar Kolam.3.5 kolam secondary Anaerobic Pond


(54)

Kolam fakultatif (gambar 3.6) ini berfungsi untuk memantau hasil kerja dari kolam anaerobik I dan kolam anaerobik II merupakan kolam transisi antara kolam anaerobic dengan kolam maturasi (aerobik). Waktu tinggal pada kola mini selama 34 hari. Adapun dimensi kolam ini adalah:

− Panjang = 140 meter − Lebar = 70 meter − Kedalaman = 2.5 meter

Gambar.3.6 kolam facultative

6. Kolam Algae pond

Kolam algae (gambar 3.7) kolam ini berfungsi untuk menurunkan kadar BOD sehingga aman untuk di buang ke lingkungan maupun sungai. Rancangan kolam yang luas namun dangkal sangat memberi peluang bagi bakteri untuk berkembang biak dengan sangat baik karena penyinaran matahari bisa sampai kedasar kolam.Kolam algae I, II dan III merupakan kolam yang berfungsi yang sama sebelum di alirkan ke kolam final pond berikutnya. Kolam algae ini mempunyai


(55)

dimensi yang sama yang ada dilingkungan PKS Kecamatan Sosa berjumlah 3 buah kolam. Kolam algae ini mempunyai dimensi:

− Panjang = 130 meter − Lebar = 40 meter − Kedalaman = 2.0 meter

Gambar .3.7 kolam Algae Pond

7. Final Pond (Algae Pond)

kolam final pond adalah kolam penampungan limbah terakhir sebelum dialirkan ke badan sungai dengan mutu air yang diizinkan oleh menteri lingkungan hidup. Sehingga air sungai tidak berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang menggunakannya,kolam final pond ini memiliki dimensi:


(56)

− Panjang = 20.9 meter − Lebar = 9.05 meter − Kedalaman = 1.5 meter

Gambar.3.8 kolam final Pond

3.5Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini data merupakan hal yang paling utama sebagai alat untuk penelitian hipotesis pembuktian untuk mencapai penelitian ini.

Ada 2 tipe data yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu: 1) Data primer dan

2) Data sekunder 1. Data primer


(57)

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari Instalasi Pengolahan Air Limbah pada PKS Kecamatan Sosa, baik secara pengamatan , peninjauan ataupun melalui pengukuran saluran dan kolam-kolam yang ada. Adapun data primer yang diperoleh adalah:

1) Hasil penggambaran Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah PKS Kecamatan Sosa.

2) Hasil pengukuran saluran buangan (pipa) maupun dimensi dari kolam limbah. 3) Hasil pengamatan kondisi Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan foto

dokumentasi. 2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung dari instansi terkait dalam penelitian ini. Adapun data-data sekunder yang di peroleh adalah: 1) Data balai riset dan standarisasi industri Padang lawas

2) Data dari laboratorium Pabrik Kelapa Sawit Kecamatan Sosa

3.6 Analisa data

Dari data-data yang diperoleh maka metode yang digunakan untuk menganalisis data menjadi suatu analisa penelitian yaitu : data yang telah diperoleh diolah dalam suatu perhitungan untuk mendapatkan hasil penelitian yang selanjutnya akan diambil suatu kesimpulan dari tujuan penulisan ini.

Adapun cara analisa untuk memperoleh hasil dalam penelitian ini adalah: 1) Menghitung Volume pada tiap-tiap kolam.

2) Menghitung debit yang akan disalurkan ke tiap-tiap kolam. 3) Menghitung total debit limbah cair.


(58)

E = 100 x (1 - / (1+kt)) = 100 x �� 1+��

Dimana:

E = rasio eliminasi (%)

K = tetapan laju eliminasi (d’) (mg/L) T = waktu tingga (d)

5) Menghitung kehilangan energy total kehilangan energy, dan tinggi tekanan total yang harus di kerjakan pompa.

6) Menghitung daya pompa yang akan digunakan. P=���

75� Dimana :

P = Daya pompa(hp) Q = Debit aliran (�3/�) H = Tinggi tekanan efektif (m) � = berat jenis zat cair (kg/m3) = Efisiensi pompa atau turbin (%)

7) Menentukan waktu tinggal (retention time) pada suatu kolam. Tr = ������ �����

� �24

8) Menghitung debit maksimum hasil kegiatan industri PKS.

DM = Dm x pb

Dimana :

DM = debit limbah cair maksimum yang diperbolehkan bagi industri yang bersangkutan (m3/bulan)


(59)

Dm = debit limbah cair maksimum yang sesuai dengan industri bersangkutan (m3/ton CPO)

Pb = Produk yang sebenarnya dalam sebulan (ton CPO) 9) Sistem aplikasi lahan (Land application).

10) Menghitung diameter pipa.

3.7 Efisiensi pengolahan Limbah

Hasil dari pengolahan limbah pabrik kelapa sawit (PKS) Kecamatan sosa pada saat ini masih dalam golongan berbahaya apa bila limbah secara langsung dibuang ke lingkungan maupun ke sungai, sehingga limbah sangat diperlukan pengolahan terlebih dahulu pada tiap-tiap kolam yang tersedia sebelum limbah dibuang kelingkungan maupun ke sungai.

Pengolahan yang dilakukan terhadap air limbah pada tiap- tiap kolam bertujuan agar limbah cair hasil dari pengolahan sawit tersebut bisa dibuang ke sungai tanpa menimbulkan pencemaran yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi kurang sehat dan berbahaya bagi makhluk hidup yang berada di sekitar sungai tersebut.


(60)

BAB IV

EVALUASI DAN PEMBAHASAN

Pabrik kelapa sawit (PKS) yang berada di Kecamatan Sosa memiliki kapasitas olah sebesar 50 ton TBS/jam, maka secara otomatis bertambah pula jumlah kebutuhan air yang digunakan pada kegiatan produksi dengan jumlah pengolahan limbah cair yang bertambah.

Jumlah limbah cair dari suatu pabrik Kelapa Sawit bergantung dari kapasitasnya. Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV kecamatan Sosa mempunyai kapasitas sebesar 50 ton TBS/Jam. Jumlah limbah cair yang dihasilkan rata-rata sekitar 60% dari kapasitas pabrik. Jadi bila kapasitas pabrik 50 ton TBS/Jam, maka jumlah limbah cairnya sekitar 30 ton /jam. Pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa beroperasi selama 22 jam setiap harinya. Jadi jumlah limbah cair adalah 660 m3/hari.

Pengolahan limbah cair PKS umumnya diawali dengan proses anaerobik, karena kemampuan proses ini dalam menurunkan BOD atau mendegradasi bahan organik, jauh lebih tinggi dari proses aerobik. Karena itu, dengan proses anaerobik BOD dapat diturunkan hingga mencapai sekitar 2000 ppm. Baru kemudian proses aerobik dapat menurunkan BOD lagi sampai dibawah 75 ppm.

4.1 Unit inti pengolahan limbah cair PKS

Unit-unit pengolahan limbah cair yang umum digunakan pada Pabrik kelapa sawit adalah:

a. Unit fat-pit, yaitu kolam penampung limbah cair dari unit proses sludge separator dan unit pencucian. Kolam ini dimaksudakan untuk memperoleh


(61)

kembali minyak sawit yang masih dapat diambil dan dimanfaatkan kembali untuk dialirkan ke unit peoses pengolahan minyak mentah sawit.

b. Unit anaerobik, yaitu kolam penampung limbah cair yang berasal dari fat-pit, dan unit-unit proses yang lain, seperti unit sterilisator kondensat, unit Hydrocyclone dan unit demineralisasi. Unit anaerobik ini hanya berupa kolam-kolam (dapat berupa 4 buah kolam atau lebih ) yang kedalamannya sekitar 3 - 4 meter lebih.

c. Unit aerobik, yaitu unit proses pengolahan limbah cair setelah unit anaerobik. Unit ini juga berupa kolam-kolam yang dapat berjumlah 4 buah kolam atau lebih yang mempunyai kedalam sekitar 1,5 – 2 meter saja. Pada unit aerobik ini tidak dilakukan pengadukan dipermukaan dan juga tidak dilakukan suplai udara dari dasar kolam, Jadi proses pengolahan dibiarkan berjalan secara alamiah saja.

4.2 Tidak berjalannya SOP (standar operation procedure)

Pengoperasian dan pemeliharaan unit-unit pengolahan limbah cair, seperti yang telah diuraikan diatas, masih belum dilakukan secara benar. Hal tersebut dapat dilihat pada:

− Pengoperasian unit fatpit yang sangat tidak optimal, yaitu masih banyak minyak yang terapung yang teremulsi dalam air dan tidak terambil kembali untuk diproses pada unit pengolahan minyak mentah sawit. Juga terlihat masih banyak tedapat lumpur yang mengendap pada dasar kolam dan hal ini menyebabkan proses pengolahan tidak berjalan optimal. Selain itu juga bagian-baguan peralatan fatpit juga menjadi terbebani, sehingga mudah menjadi rusak.


(62)

Limbah

Fat-Pit

Deoiling Pond

− Pengoperasian kolam Anaerobik juga tidak dilakukan dengan benar. Misalnya tidak adanya jadwal rutin (minimal sebulan sekali) dilakukan pengerukan endapan lumpur pada dasar kolam. Dengan demikian kedalam kolam sudah tidak sesuai lagi dengan desain semula. Demikian pula dengan kapasitas penampungan limbah cair yang sudah tidak sesuai lagi dengan kemampuan optimal (volume awal).

− Pengoperasian kolam aerobik sangat tidak sesuai dengan prosedur. Pengadukan di permukaan dan suplai udara dari dasar kolam tidak dilakukan. Akibatnya proses pengolahan aerobik hanya berlanagsung pada permukaan saja. Jadi pada bagian bawah kolam tetap saja terjadi proses anaerobik. Dengan demikian proses pengolahan pada unit ini tidak berjalan dengan optimal. Pengerukan endapan lumpur juga tidak dijadwalkan dengan disiplin.


(63)

Gambar.4.1 Bagan alir pengolahan limbah PKS Kecamatan Sosa

4.3 Evaluasi Kolam Fat-Pit

Pada kolam fat-pit ini berfungsi untuk mengutip kembali minyak yang terikut dengan limbah cair hasil proses klarifikasi dan dapat dikutif kembali.


(64)

Gambar.4.2 Dimensi kolam Fat-pit

Dimensi Kolam Fat – pit saat ini: − Panjang : 17,5 meter − Lebar : 7,5 meter − Tinggi : 2,5 meter − Volume : 328 m3

Dimana dimensi kolam fat-pit pada saat ini sudah tidak layak lagi untuk menampung limbah yang berkapasitas 660 m3/hari, maka perlu dilakukan peninjauan terhadap retention time pada kolam fat-pit agar pengolahan bisa berjalan secara efektif.

Kapasitas perencanaan (Q) : 660 m3/hari Waktu tinggal pada saat ini (Tr) =328�3

660 x 24 jam = 12 jam.

Ini berarti limbah masih bisa ditampung pada kolam fat-pit ini selama 12 jam.

Kemudian langkah selanjutnya adalah mengevaluasi saluran pipa yang digunakan untuk mengalirkan air limbah dari kolam fat-pit ke kolam selanjutnya yaitu kolam deoiling pond.

a. Jenis pipa yang digunakan.

 Diameter pipa = 6” = 15,24 cm = 0,1524 m

 Panjang pipa = 45 meter b. Perhitungan


(65)

 Debit Aliran (Q) = 660 m3/hari = 27,5 m3/jam

= 0,45 m3/min = 450 l/min = 0,0075m3/detik

 Kecepatan Aliran (V) =�

� = 0,0075 / ( �

4 x 0,1524

2

) = 0,411 m/detik

 Mencari nilai f untuk jenis pipa galvanize iron Re = V.D/� = 0,411 � 0,1524

1,007.10−6 = 6,22x10

5

Re > 4000 = Aliran turbulensi Kekasaran relative = �

� = 0,045

152,4 = 0,000295 Dari digram Moody ,diperoleh f = 0,015

 Kehilangan tenaga (minor loss)selama terjadi pengaliran yang diakibatkan oleh beberapa hal,yaitu:

 Akibat belokan pada pipa

Sudut � = 900, kb = 0,98 , jumlah belokan (n) = 4

Hb = Kb x ( V2/2g )

= (4 x 0,98) x (0,4112/2x9,81) = 0,03 m

 Akibat sambungan pada pipa Ks = 0,5 , n = 3

Hs = (n x Ks) x ( V2/2g )

= (3 x 0,5) x (0,4112/2x9,81)


(66)

Fat-pit d = 6 in

chi L=45

m H=2,6 m

Hf=2m

 Maka, kehilangan energi total (minor loss) yang terjadi selama penyaluran yaitu:

∑Hm = Hb + Hs

= 0,03 + 0,01 = 0,04 m

 Sedangkan major loss bisa dihitung dengan cara dibawah ini:

 Diketahui :

o Panjang pipa (L1) = 45 m o D1 = 6” = 15,24 cm = 0,1524 m o f1 = 0,015

Maka rumus yang digunakan yaitu:

hf =

8�1�1 ��2

15� 2

 h�1 = 8 �(0,015)� 45

9.81 ��2 0,15245 x 0,0075

2

= 0,03 m

 Maka total kehilangan energi yang terjadi akibat major dan minor loss saat pengaliran air dari fat-pit yaitu:

∑h = ∑Hm + h�1

= 0,04 + 0,03 = 0,07 m

 Sehingga tekanan total yang harus dikerjakan pompa merupakan penjumlahan beda tinggi antara letak pompa dengan kolam fat-pit dengan kolam deoling pond ditambah dengan besarnya headlos akibat major dan minor loss. (beda elevasi ± 2,5 m)

Maka : H = Hs + ∑h


(67)

Gambar.4.3 Pipa dari kolam fat-pit menggunakan pompa

 Daya pompa yang dipakai adalah:

P = ��� 75� =

0,0075 � 2,57 � 1200

75 � 0,70 = 0,44 hp

Pompa yang digunakan dilapangan adalah satu unit centrigugal pump dan untuk spesifikasi pompa yang digunakan dapat dilihat pada table berikut ini.

Table .4.1. Spesifikasi pompa pada kolam fat-pit

Nama Produk Scout pump

Type Daerator Centrifugal

Kapasitas (Q) 60 m3/jam

Total head 45 m

Kecepatan putar 1500 – 2000 r/min

Kebutuhan tenaga 1,9 hp


(68)

Gambar .4.4 Daerator Centrifugal pump

4.4 Evaluasi Kolam Deoiling Pond

Lumpur yang berasal dari limbah industri PKS yaitu berupa serat-serat halus dari TBS ikut serta dalam limbah cair, untuk itu perlu dilakukan pengendapan di kolam ini. Selanjutnya adalah air limbah yang ada pada kolam fat-pit dialirkan menuju kolam deoiling pond.

Gambar.4.5 Dimensi kolam Deoiling Pond

Dimensi kolam Deoiling Pond saat ini adalah: − Panjang = 67 meter


(69)

− Tinggi = 3,0 meter − Volume kolam = 5574 m3 − Waktu tinggal (Tr) = 5574

660 x 24 = 203 jam = 8 hari

Dengan dimensi kolam deoiling pond yang ada saat ini, kolam deoiling pond masih mampu untuk menampung limbah cair yang berkapasitas 660 m3/hari. Selain limbah hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan adalah volume lumpur yang mengendap pada dasar kolam.

Menurut PPKS (Pusata Penelitian Kelapa Sawit) biasanya volume lumpur berkisar antara 8% - 10% dari jumlah volume limbah yang dihasilkan pabrik. Dan seharusnya dilakukan pengerukan sebelum volume lumpur mencapai 1/3 dari kedalaman kolam.Dimana PKS Sosa melakukan pengerukan setiap 8 – 9 bulan sekali.

Volume lumpur pada kolam deoiling pond adalah:

8% x 660 m3 = 52,8 m3/hari

52,8 m3/hari x 30 hari x 8 = 12672 m3/8 bulan

Volume lumpur yang ada saat ini pada kolam deoiling pond sangat berdampak negative atau dapat mengganggu proses pengolahan ataupun penyaluran limbah ke proses pengolahan selanjutnya karena kolam sudah mengalami over kapasitas. Dan seharusnya pengerukan lumpur dilakukan setiap bulan agar tidak terjadi penumpukan lumpur pada kolam.

Selanjutnya perhitungan terhadap pipa penyaluran ke kolam Primery Anaerobik Pond.


(70)

Diketahui :

 Hs = 0,4 meter

 L = 7 meter

 D = 6” = 15,24 cm = 0,1524 m Dimana : V = �

� = 0,0075/( �

4 x 0,1524

2

) = 0,411 m/detik

 Mencari nilai f untuk pipa galvanize iron Re = V.D/� = 0,411 � 0,1524

1,007.10−6 = 6,22x10

5

Re > 4000 = aliran turbulensi Kekasarana relatif = e/D = 0,045

152,4 = 0,000295 Dari grafik Moody,didapat f = 0,015 Hf = f x �

�� (�2/2�) Maka hf = 0,015 x 7

0,1524 x (0,411

2

/2 x 9,81) = 0,0059 m

 Maka kehilangan total tenaga adalah: H = Hs – (hf )

= 0,4 m – (0,0059 m) = 0,39 m


(71)

Gambar.4.6 Pipa penyaluran dari kolam deoiling pond

Maka debit yang dialirkan ke kolam Primery Anaerobik Pond adalah: Q= ��2�ℎ

4�����

��5 �

1/2 =

3,142 � 9,81 � 0,39 4�0,015 � 10

0,1524 5 �

1/2 = 0,06 m

3

/detik = 5184 m3/hari

Efisiensi Pengolahan pada kolam Deoiling pond adalah:

E = 100 x (1 - /(1 + kt)) = 100 x �� 1+��

= 100 x 0,038 � 8 1+0,038 � 8

E = 23 %

 Pengolahan BOD5 dan COD pada kolam Deoiling Pond adalah:

 BOD5 masuk = 20.000 mg/liter

 COD masuk = 30.000 mg/liter

 Efisiensi pengolahan = 23%

Pengolahan BOD5 pada kolam Deoiling pond = 23% x 20.000 = 4600mg/liter

Pengolahan COD pada kolam Deoiling pond = 23% x 30.000 = 6900 mg/liter

 BOD5 keluar =20.000–4600=15400 mg/liter


(72)

4.5 Evaluasi Kolam Primery Anaerobik Pond

Kolam Primery Anaerobik pond merupakan proses selanjutnya setelah kolam deoiling pond. Pada kolam ini limbah cair yang mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh bakteri anaerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana, karbondioksida dan air.

Gambar .4.7 Dimensi kolam primery Anaerobik Pond

Dimensi kolam Primery Anaerobik Pond saat ini adalah: − Lebar = 67 meter

− Panjang = 139 meter − Tinggi = 5,5 meter − Volume kolam = 47496 m3 − Waktu tinggal (Tr) = 47496

660 �24 = 1727 jam = 71 hari

Dengan dimensi kolam yang ada pada saat ini, kolam masih mampu untuk menampung limbah cair yang berkapasitas 660 m3/hari.


(73)

Volume lumpur yang ada pada kolam ini berkisar antara 2 – 3 %, sehingga tidak berdampak buruk terhadap kelangsungan proses pengolahan limbah pada kolam selanjutnya.

Volume lumpur pada kolam ini adalah:

2% x 660 m3 = 132 m3/hari

132x 30hari x 8 = 3168 m3/8 bulan

Dan sebaiknya pengerukan lumpur dilakukan sebelum 8 bulan agar tidak terjadi penumpukan lumpur pada kolam.

Selanjutnya perhitungan terhadap pipa penyaluran ke kolam Secondary Anaerobik Pond.

Diketahui :

 Hs = 0,4 meter

 L = 5 meter

 D = 6” = 15,24 cm = 0,1524 m

f = 0,015

 Q = 0,06 m3/detik

Dimana : V = �

� = 0,06/( �

4 x 0,1524

2

)

= 3,2 m/detik

Maka : hf = 0,015 x 5

0,1524 x (3,2

2

/2 x 9,81) = 0,25 m

Maka kehilangan tenaga total adalah:


(74)

= 0,4 – 0,25

=0,15 m

Gambar.4.8 Pipa penyaluran dari kolam Primery anaerobik

Maka debit yang akan dialirkan ke kolam Secondary Anaerobik Pond adalah:

Q = ��2�ℎ 4�����

��5 �

1/2 =

3,142 � 9,81 � 0,15 4�0,015 � 5

0,1524 5�

1/2 = 0,044 m

3

/detik = 3801 m3/hari

Efisiensi Pengolahan pada Kolam Primery Anaerobik Pond adalah:

E = 100 x (1 - /(1 + kt)) = 100 x �� 1+��

= 100 x 0,038 � 71 1+0,038 � 71

E = 73 %


(75)

 BOD5 masuk = 15.400 mg/liter

 COD masuk = 23100 mg/liter

 Efisiensi pengolahan = 73 %

Pengolahan BOD5 pada Primery Anaerobik = 73% x 15.400 = 11242 mg/liter

Pengolahan COD pada Primery Anaerobik = 73 % x 23100 = 16863 mg/liter

 BOD5 keluar = 15.400 – 11242= 4158 mg/liter

 COD keluar = 23100 –16863= 6237 mg/liter

4.6 Evaluasi Kolam Secondary Anaerobik pond

Kolam secondary anaerobik pond ini merupakan proses lanjutan dari kolam primary anaerobik pond dimana fungsinya hampir sama yaitu untuk menyempurnakan kinerja dari kolam sebelumnya.


(76)

Dimensi kolam Secondary Anaerobik Pond adalah: − Lebar = 50 meter

− Panjang = 100 meter − Tinggi = 5,5 meter − Volume = 25000 m3 − Waktu tinggal (Tr) = 25000

660 x 24 = 909 jam = 37 hari

Dengan dimensi kolam secondary anaerobik pond yang ada pada saat ini masih layak lagi untuk menampung limbah sebanyak 660 m3/hari. Volume lumpur yang ada pada kolam ini sekitar 2 – 3 % sehingga tidak berdampak negative pada proses selanjutnya.

Adapun volume lumpur pada kolam secondary anaerobik pond ini: 2% x 660 m3 x 30 x 8 = 3168 m3/8 bulan

Dan sebaiknya pengerukan lumpur dilakukan sebelum 8 bulan agar tidak terjadi penumpukan lumpur pada kolam.

Selanjutnya adalah perhitungan debit aliran dari kolam secondary anaerobik pond ke kolam fakultatif.

Diketahui:

 Hs = 14 meter

 L = 13 meter

 D = 6” = 15,24 cm = 0,1524 m

f = 0,015


(77)

Dimana : V = �

� = 0,044/( �

4 x 0,1524

2

) = 2,41 m/detik

Maka hf = 0,015 x 13

0,1524 x (2,4

2

/2 x 9,81) = 0,38 m

 Akibat belokan pipa

Sudut ∝ = 80 0 , kb = 0,74 , jumlah belokan (n) = 3 Hb = Kb x (V2/2g)

= (3x 0,074) x (2,412/2x9,81) = 0,65 m

 Akibat sambungan pipa Ks = 0,08 , n = 2

Hsb = (n x Ks) x ( V2/2g )

= (2 x 0,08) x (2,412/2x9,81) = 0,04 m

 Maka kehilangan tenaga total adalah: H = Hs – (hf + Hb + Hsb) = 14 – (0,38 + 0,65 + 0,04) = 12,9 m


(78)

Gambar.4.10 Pipa penyaluran dari kolam Secodary anaerobik

Maka debit yang akan dialirkan ke kolam Fakultatif Pond adalah:

Q = ��2�ℎ 4�����

��5 �

1/2 =

3,142 � 9,81 � 12,9 4�0,015 � 13

0,1524 5 �

1/2 = 0,25 m

3

/detik = 21600 m3/hari

Efisiensi Pengolahan pada Kolam Secondary Anaerobik Pond adalah:

E = 100 x (1 - /(1 + kt)) = 100 x �� 1+��

= 100 x 0,038 � 37 1+0,038 � 37

E = 58 %

Pengolahan BOD5 dan COD pada kolam Secondary Anaerobik Pond adalah:

 BOD5 masuk = 4158mg/liter

 COD masuk = 6237mg/liter

 Efisiensi pengolahan = 58%


(1)

Gambar. 4.21 Bombas Azque S.A pump

Tabel .4.6. Hasil Pengujian Limbah Land Aplikasi Parameter Hasil Analisa

Land Application

Satuan

pH 7,69 mg/l

BOD5 431 mg/l

COD 862 mg/l

Minyak & lemak 3,6 mg/l

Pb < 0,01 mg/l

Cd < 0,004 mg/l

Cu < 0,004 mg/l

Zn < 0,02 mg/l

Sumber: Hasil Uji BLH Kabupaten Padang Lawas.

4.14 Evaluasi Terhadap Kualitas Air Limbah

Dari hasil pengolahan yang berlangsung pada beberapa kolam yang terdapat pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Sosa antara lain pada kolam Fatpit selama 12 jam, kolam deoiling pond selama 8 hari, kolam primery anaerobik pond selama 71 hari, kolam secondary anaerobik pond selama 37 hari, kolam fakultatif 34 hari,


(2)

kolam algae I selama 14 hari, kolam algae II selama 14 hari, kolam algae III selama 14 hari dan pada kolam akhir final pond pond selama 9 jam. Sehingga diperoleh hasil akhir limbah cair sudah memenuhi syarat seperti yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP – 51 /MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair pada industri minyak kelapa sawit sebagai berikut.

Tabel .4.7. Evaluasi Terhadap Pengolahan BOD dan COD Pada Pengolahan PKS Nama Kolam BOD5

Masuk (mg/l) COD Masuk (mg/l) Efisiensi Pengolahan % BOD5 Hilang (mg/l) COD Hilang (mg/l) BOD5 Keluar (mg/l) COD Keluar (mg/l)

Deoiling pond 20000 30000 23 4600 6900 15400 23100

Primery

Anaerobik pond

15400 23100 73 11242 16863 4158 6237

Secondary Anaerobik pond

4158 6237 58 2411,64 3617,46 1746,36 2619,54

Fakultatif pond 1746,36 2619,54 56 977,961 1466,942 768,399 1152,598

Algae I 768,399 1152,598 34 261,255 391,883 507,144 760,715

Algae II 507,144 760,715 34 172,428 258,643 334,716 502,072

Algae III 334,716 502,072 34 113,803 170,704 220,913 331,368

Final Pond 220,913 331,368 1,4 3,092 4,639 217,821 326,729


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengamatan dan evaluasi dilapangan terhadap pengolahan air limbah Pabrik Kelapa Sawit pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada PKS Sosa Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:

1. Dengan meningkatnya jumlah produksi kelapa sawit maka secara otomatis meningkat juga jumlah produksi CPO pada PKS Sosa, maka akan berdampak pada peningkatan volume limbah cair sebesar 660 m3/hari. Hasil dari perhitungan dan evaluasi yang dilakukan terhadap limbah dengan kapasitas limbah 660 m3/hari, diketahui bahwa volume lumpur yang mengendap pada ketiga kolam mencapai sebesar 12% setiap harinya atau sekitar 55 m3/hari (13.200 m3/8 bulan). Untuk proses pengurasan lumpur dilakukan setiap 8 bulan sekali.untuk pengurasan seluruh volume lumpur yang ada digunakan satu unit alat berat jenis backhoe dan memerlukan waktu selama ±18 hari. Seluruh volume limbah yang sudah dikuras dibuang tidak jauh dari kolam limbah dan digunakan kembali sebagai pupuk oleh perkebuanan.

2. Untuk pengolahan limbah cair kelapa sawit pada PKS Sosa menggunakan dua metode pengolahan yaitu:


(4)

Dari hasil perhitungan dan evaluasi yang telah dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PKS Sosa dengan kapasitas limbah 660 m3/hari, didapat bahwa kandungan BOD5 dan COD yang tereduksi di dalam kolam limbah dengan sistem kolam mengalami penurunan mencapai sebesar ± 98 %.

BOD5 dari 20000 mg/l menjadi 217,821 mg/l < 250mg/l(KEPMEN).

COD dari 30000 mg/l menjadi 326,729 mg/l< 500 mg/l (KEPMEN). Ini berarti apabila limbah dari kolam final pond dibuang langsung ke sungai sudah tidak berbahaya lagi terhadap kesehatan masyarakat. b. Metode Aplikasi Lahan (land application)

Dari hasil pengujian laboratorium yang dilakukan terhadap limbah Aplikasi lahan (land application) diperoleh hasil yaitu:

 BOD5 = 431 mg/l > 250 mg/l (KEPMEN).

 COD = 862 mg/l > 500 mg/l (KEPMEN).

Ini berarti apabila limbah dari aplikasi lahan dibuang langsung ke Sungai akan sangat berbahaya terhadap kesehahatan masyarakat. 3. Dari hasil perhitungan daya pompa yang ada pada kolam fat-pit dan kolam

secondary anaerobic pond. Didapat kesimpulan bahwa pompa yang digunakan pada saat ini masih berkapasitas atau masih mampu untuk melakukan penyaluran air limbah dengan baik.

4. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:

KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah industri minyak sawit, kualitas untuk buangan hasil olahan pada IPAL dengan sistem kolam ini sudah memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Namun pengolahan dengan metode aplikasi lahan (land application) belum memenuhi syarat apabila hasil dari aplikasi lahan langsung dibuang ke sungai atau lingkungan.


(5)

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, menurut penulis ada beberapa saran yang bisa menjadi acuan dalam peningkatan efektifitas pengolahan limbah cair pada pabrik kelapa sawit Sosa tersebut:

1. Kondisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada saat ini pada PKS Sosa, bila dibandingkan dengan pertambahan jumlah TBS yang diolah oleh pabrik yang berdampak negatif pada peningkatan limbah cair yang dihasilkan, bangunan IPAL yang ada saat ini pada PKS Sosa sudah tidak bisa lagi mengolah limbah dengan sempurna. Oleh sebab itu sangat perlu adanya kebijakan dari pihak pabrik kelapa sawit mengenai hal-hal berikut ini:

Kepala bidang SDM bertanggung jawab untuk melakukan peningkatan kualitas pengolahan air limbah pada PKS tersebut.

Melakukan perbaikan terhadap kolam limbah dan melakukan penambahan beberapa kolam, serta penggantian beberapa pipa yang sudah tidak layak lagi.

Melakukan pemeriksaan terhadap jaringan instalasi pipa, serta perawatan terhadap pompa agar sistem pengolahan air limbah cair hasil dari kegiatan industri selalu berjalan dengan lancar.

Melakukan perbaikan ulang terhadap kolam kontrol yang saat ini sudah tidak berfungsi lagi.

2. Perlu adanya cadangan pompa yang berkapasitas yang sama dengan pompa yang ada dilokasi saat ini guna sebagai antisipasi apabila terjadi kerusakan pada pompa utama agar pengolahan tetap bisa berjalan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. YramaWidya. Bandung.

2. Harahap,H., 2012. Evaluasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Tugas Akhir, Program Strata 1 Teknik Sipil. USU, Medan.

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-51/MENLH/10/1995. 4. Linsey, Ray K. 1985. Teknik Sumber Daya air. Erlangga. Jakarta.

5. Nainggolan, Hamonangan (2011). Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih.Medan:USU press. 6. Rahayu, Betty S. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan.

Kanisius. Yogyakarta.

7. Siregar, S.A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Kanisius. Yogyakarta.

8. Soemarwoto, Otto. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

9. Harfandi, 2007. Evaluasi Efektivitas Perencanaan Dan Instalasi Pabrik. Jurnal. Universitas Andalas.

10.Sugiharto, 1987, “Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah”, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

11.Tchobanoglous, G.1991. Edisi ke tiga .Teknik Sumber Daya Air.

Erlangga. Jakarta.