Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Karena sudah merupakan fitrah manusia untuk berusaha dan bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, agar dapat menuju ke keadaan yang lebih baik.
Dengan fitrahnya manusia sebagai makhluk yang dituntut untuk senantiasa bekerja dan berusaha agar dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, maka
secara tidak langsung manusia dituntut untuk dapat Mandiri. Kemandirian manusia dapat membuat kehidupannya menjadi lebih baik.
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326
jiwa,
2
dari jumlah tersebut sekitar 90 penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Akan tetapi, hingga saat ini, Indonesia juga merupakan negara dengan
penduduk miskin terbanyak ketiga di dunia. Kemiskinan di Indonesia bukan lagi karena faktor struktur dan budaya masyarakat, tetapi lebih kepada akses dan
faktor permodalanfaktor produksi
3
, yang membuat masyarakat di Indonesia khususnya umat Islam tidak dapat hidup mandiri agar bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya. Gambaran ini mengisyarakatkan bahwa masyarakat perlu mendapatkan akses dan permodalan yang memadai demi tercapainya perataan, kemandirian,
kemakmuran dan keadilan di seluruh Indonesia. Salah satu tren di era global adalah kemandirian. Bangsa yang mandiri
adalah bangsa yang mampu memenangkan persaingan. Bangsa yang mandiri terbentuk oleh masyarakat mandiri. Tentu dalam mewujudkan kemandirian itu
dibutuhkan proses yang panjang. Sebuah proses yang menunjuk pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sistematis yang
2
“Data sensus penduduk Indonesia, tahun 2010,” . Artikel diakses pada 23 mei 2014 pukul 13.38 dari
www.bps.go.idtab_subview .
3
Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”, Jakarta, Gema Insani Press, 2003,h.5
mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan yang memandirikan. Dengan memandirikan
masyarakat, berarti kita juga telah memberdayakan masyarakat. Dengan mandirinya masyarakat secara tidak langsung kita telah dapat memberikan akses
agar masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan dapat menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang efektif dalam rangka memandirikan dan memberdayakan masyarakat tentunya.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Pada dasarnya kegiatan pemberdayaan masyarakat ditijukkan untuk kalangan
masyarakat yang kurang mampu, agar dapat memandirikan mereka, guna membuat mereka dapat menolong dirinya sndiri.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, maka salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah
masjid. Masjid adalah jantung umat Islam. Masjid adalah salah satu pilar meretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan
poros aktivitas keagamaan di masyarakat. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mustahil untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan berbasis masjid
pada saat ini. Masjid diharapkan pula menjadi mitra lembaga pendidikan formal sekolah yang memiliki kepedulian terhadap masa depan generasi yang akan
datang.
4
4
Ali Nurdin . Qur’anic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Qur’an.
Jakarta: Erlangga, 2006. h.128
Jumlah masjid di Indonesia mencapai 800 ribu lebih
5
dan merupakan jumlah terbesar di dunia. Namun bila dicermati, kondisi kaum muslimin saat ini
dimana masjid belum difungsikan secara optimal. Alangkah indahnya jika sekitar 800 ribu masjid di Indonesia dapat memberikan jawaban riil atas berbagai
permasalahan umat. Setiap kumandang adzan mengalirkan kerinduan umat untuk datang mendekat seperti layaknya fungsi jantung bagi darah. Masjid seharusnya
dapat dioptimalkan fungsinya sebagai ruang publik dan pusat peradaban umat. Masjid menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk menjalankan
ibadah ritual. Orang-orang shaleh adalah energi spiritual yang menjadi modal membangun perubahan. Manusia yang datang ke masjid dengan niat yang ikhlas
pastilah menginginkan perubahan dalam dirinya, minimal untuk meningkatkan spiritualitas dirinya menuju cita-cita menjadi shaleh. Tantangannya adalah
bagaimana membangun energi ini menjadi akumulatif-sinergis-eksplosif. Keluaran dari proses ini jelas akan menghasilkan keshalehan sosial yang mampu
mendobrak kebekuan umat. Menengok kesejarahan baik zaman Rasulullah dan sahabat maupun masa perjuangan melawan penjajahan fisik di Indonesia, masjid
memiliki peran yang strategis. Aspek perannya baik dalam dimensi ruhiyahspiritualitas maupun
siyasiyahpengaturan urusan umat. Masjid memiliki semangat membangun kedekatan dan rasa takut kepada-Nya. Masjid sebagai tempat dan simbol
perlawanan terhadap kemungkaran. Masjid bergerak memberi semangat kaum lemah untuk terus memupuk asa. Masjid penuh musyawarah dan kepemimpinan
untuk memecahkan problem ummat. Jadi kesejarahan juga menunjukkan masjid
5
Artikel diakses dari www.kemenag.go.id
pada 24 mei 2014 pukul 13:45
adalah mutiara penuh cahaya. Rasanya kurang pas apabila saat ini ada ketidakpercayaan diri bahwa masjid mampu berkontribusi menuju ummat yang
berdaya. ’Fitrah’ keberadaan masjid adalah kontributif dalam aspek ruhiyah maupun siyasiyah.
6
Oleh karena itu perlu dikaji dan direnungkan kembali hadits Nabi Muhammad SAW :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang
mukmin yang lemah”. HR. Muslim Hadits ini memberikan pentunjuk dan peringatan kepada kita, bahwa Islam
lebih menghargai kualitas daripada kuantitas. Dan yang dimaksud dengan orang mukmin yang kuat di sini ialah orang mukmin yang mempunyai kekuatan mental
maupun fisik, moril maupun materiil, sehingga dapat benar-benar mencerminkan kekuatan Islam sendiri.
Berbagai macam upaya peningkatan kemandirian, kapasitas dan kualitas sumber daya manusia tentulah seringkali dikerahkan baik oleh pemerintah
maupun lembaga-lembaga tertentu, ada yang bersifat komersial maupun non komersial. Hal ini dianggap memiliki dampak positif terhadap masyarakat, selain
untuk memberikan ilmu pengetahuan juga adanya upaya agar masyarakat menjadi lebih terampil, dan lebih mandiri dalam berbagai hal.
6
Achmad Subianto dkk, fokkus babinrohis pusat, ICMI Orsat Cempaka Putih, Yayasan Kado Anak Muslim Pedoman Manajemen Masjid, Jakarta, Cetakan I, 1 Muharram 1425 H 22
Februari 2004.h.83
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi berbagai perubahan terhadap masyarakat di dunia yang semakin hari semakain cepat berjalan kearah
yang tak terduga. Perubahan tersebut meliputi banyak hal termasuk perubahan ekspektasi masyarakat terhadap organisasi swasta, organisasi keagamaan ataupun
perusahaan. Salah
satu yang
dilakukan dalam
rangka memberdayakanmemandirikan masyarakat antara lain dengan kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang bersifat kepedulian terhadap social masyarakat khususnya yang beragama Islam serta membantu pemerintah
dalam rangka menanggulangi permasalahan-permasalahan social di Indonesia. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid berhubungan erat dengan
pembangunan yang memandirikan, di mana terdapat banyak program pemberdayaan yang sifatnya memandirikan masyarakat. Program-program
tersebut terdiri dari berbagai aspek, mulai dari aspek yang bersifat rohanikeagamaan, ekonomi, sosial-budaya, hingga seni dan lain-lain yang
sifatnya memandirikan masyarakat.
7
Berdasarkan hal itu pula, Dewan Kemakmuran Masjid DKM Masjid Al- Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan mempunyai strategi untuk membangun
ataupun mempertahankan citra positifnya dimata publik dalam hal ini Jamaah Masjid dan masyarakat sekitar dengan melakukan kegiatan sosial melalui
program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Masjid Al-Ikhlash jatipadang mempunyai program pemberdayaan Ekonomi, Pendidikan, program
pemberdayaa perempuan dan juga program bantuan sosial. Program tersebut merupakan wujud dedikasi dan kepedulian Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta
7
Supardi Teuku Amiruddin Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat, Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid, UII Press Yogyakarta, cetakan pertama, Mei 2001.h.54
Selatan kepada Jama’ah, Masyarakat, Agama serta bangsa Indonesia terhadap
keadaan sosial-budaya hingga keadaan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid
tersebut, Jamaah masjid, masyarakat sekitar masjid dan juga umat Islam pada umumnya, dapat merasakan dampak positif dari kegiatan tersebut. Pasalnya,
kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dilakukan dalam hampir semua aspek, terutama aspek yang mampu memandirikan
ja ma’ah dan atau umat Islam pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian program Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan
oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. Penulis yakin adanya relevansi antara bahan penelitian dengan konstentrasi studi penulis selama ini.
Alasan konseptual inilah yang kemudian penulis ingin ulas pada sebuah
skripsi yang berjudul, “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid – Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
”