dan sebagainya. Hal ini tidak lain agar seorang da’i bisa memahami dengan baik
kondisi sasaran dakwahnya serta bisa menyelami peroblematika masyarakat yang ada.
14
Dakwah yang ditampilkan dengan metode-metode seperti itu bisa juga disebut dengan Dakwah Pemberdayaan. Dakwah Pemberdayaan ini sebenarnya
tetap merupakan model dakwah seperti biasanya, namun hanya memberikan penekanan kepada mekanisme „pembebasan’ masyarakat dari berbagai belenggu
persoalan, seperti: kemiskinan, kebodohan, ketidak-adilan, dan sebagainya. Dakwah pemberdayaan inilah yang saat ini sedang menemukan momentum
terbaiknya. Dalam konteks „pembebasan’ masyarakat dari berbagai persoalan, dakwah dapat dijadikan sebagai sarana dalam upaya perbaikan dan perubahan
sosial. Oleh karenanya, agar dakwah dapat lebih kontekstual dan bermakna bagi individu atau masyarakat, maka dakwah harus memberikan kontribusi dalam hal
perbaikan tersebut. Materi dakwah di mimbar-pun harus berisi tentang ajakan dan seruan
memelihara dan menjaga lingkungan, pemberantasan korupsi,
pemberantasan kemiskinan, memperbaiki birokrasi, peningkatan kualitas hidup, pemberian akses yang sama terhadap pendidikan, penguatan hak-hak ekonomi,
sosial, budaya, dan lainnya. Dengan demikian, dakwah tidak hanya berakhir di mimbar atau majelis ta’lim saja. Tetapi dakwah menjadi kebutuhan rill seluruh
masyarakat.
15
14
Ibid. Hal 3
15
Ibid., hal. 5-6
1. Pemberdayaan Masyarakat Islam
Islam adalah agama yang membebaskan. Agama yang membebaskan dari ketidak-adilan, kemiskinan, dan kebodohan ditengah-tengah masyarakat. Agama
yang akan selalu memberikan jawaban bagi setiap problematika yang dihadapi oleh umatnya. Pada konteks inilah, pemberdayaan masyarakat Islam diletakkan,
yakni memfasilitasi, memberdayakan umat Islam agar terbebas dari ketidak- adilan, kemiskinan, kebodohan dan lainnya yang menyebabkan mereka menjadi
terpuruk.
16
Berbagai definisi Pemberdayaan menurut beberapa ahli dapat kita jadikan rujukan dalam menganalisa konsep pemberdayaan masyarakat Islam. Menurut Edi
Suharto
17
Pemberdayaan atau pemberkuasaan Empowerment, berasal dari kata “Power”kekuasaan atau keberdayaan. Konsep utama pemberdayaan bersentuhan
langsung dengan kekuasaan. Oleh karenanya, pemberdayaan bertujusn untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah atau tidak beruntung. Dalam hal ini
bagaimana orang-orang yang kurang berdaya dan kurang beruntung tadi agar dapay berdaya dan berkuasa untuk menolong dirinya sendiri.
Menurut Jim Ife:
18
“Pemberdayaan berarti menyiapkan kepada masyarakat sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan
keahlian diri masyarakat dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri”. Sedangkan menurut Manuwoto:
19
”pemberdayaan
16
Ibid., hal. 34
17
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1 Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, h. 57
18
Jim Ife, “Community Development: Creating community alternative-vision, analysis and
practice,” dalam Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009, h. 29.
19
Manuwoto, “Peningkatan peran serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam
men uju masyarakat madani,” dalam Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan
masyarakat adalah suatu upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang kondisinya pada suatu waktu tidak atau belum mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan atau keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membuat mampu dan mandiri suatu
kelompok masyarakat”. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Pemberdayaan adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian individu atau masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya. Masyarakat dapat tahu potensi dan permasalahan yang dihadapinya serta mampu menyelesaikannya.
20
Dari kesimpulan definisi tersebut, Islam mencoba membuat konsep tentang Pemberdayaan Masyarakat Islam. Secara konseptual, pemberdayaan
masyarakat Islam adalah upaya yang sistematis dan terencana untuk melakukan perubahan sosial terhadap tatanan sosial yang lebih baik yang dilandaskan pada
ajaran agama islam. Pemberdayaan masyarakat islam ini merupakan operasionalisasi dalam sifat normatif Islam sebagai agama pembebasan.
Pemberdayaan masyarakat Islam merupakan bagian dari Dakwah. Tetapi kegiatan dakwah yang sudah mengalami perubahan paradigma. Paradigma
dakwah konvensional yang masih terfokus kepada ibadah vertikalhubungan Allah dengan hambanya. Paradigma dakwahnya lebih kepada perubahan sosial
secara nyata, yakni hubungan vertikalhubungan Allah dengan hambanya sekaligus hubungan Horizontal hubungan sesama hamba.
21
Masyarakat Islam Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009, hal. 30.
20
Tantan, Dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam, h. 31.
21
Ibid., h. 35.
Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat Islam adalah kerja kebudayaan atau kerja perubahan sosial. Pemberdayaan Masyarakat Islam
memfokuskan diri pada misalnya peningkatan kualitas lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan pengembangan ekonomi mikro. Bentuk-bentuknya adalah
pengembangan masyarakat, aksi komunitas, pengorganisasian masyarakat, dan juga advokasi.
Berdasarkan strategi pemberdayaan, dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan, yaitu;
Mikro, mezzo, dan Makro.
22
a Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervasion. Tujuan utamanya
adalah untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang bersifat pada
tugas.
b Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompokkomunitas sebagai media intervensi.
Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan dalam strategi dalam peningkatan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien
agar memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1 Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, h. 66.
c Aras Makro
Pendekatan ini biasa disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
strategi sistem besar ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih
serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. Pemberdayaan masyarakat Islam mempunyai Concern pada pemberdayaan
yang bersifat “Aras Mezzo”. Pasalnya, kegiatan pemberdayaan masyarakat Islam biasanya dilakukan kepada kelompokkomunitas tertentu. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan harapan klien dapat memiliki kesadaran, meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Ada beberapa prinsip umum tentang pemberdayaan dengan Komunitas
sebagai media intervensi. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1 fokus perhatian ditujukan pada komunitas sebagai kebutuhan. 2 berorientasi pada kebutuhan dan
permasalahan komunitas. 3 mengutamakan prakarsa, partisipasi dan juga swadaya masyarakat.
23
Ditempatkannya komunitas sebagai fokus perhatian dan dilihat sebagai suatu kebetulan lebih dimungkinkan mengingat berbagai ciri dan karakteristik
yang terkandung dalam konsep komunitas tersebut. Berbagai karakteristik yang melekat pada konsep komunitas tersebut memungkinkan dalam kehidupan yang
23
Soetomo, Strategi-strategi pembangunan masyarakat Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006., h. 82.
berada pada suatu lokalitas tertentu terkandung adanya kesadaran kolektif dan kesadaran sosial diantara para warganya. Kesadaran kolektif dan solidaritas sosial
tersebut merupakan modal sosial dan energi sosial yang cukup besar dalam mendasari tindakan bersama bagi peningkatan kehidupan bersama, baik
kehidupan sosial, ekonomi maupun kultural. Ukuran komunitas sebagai satuan kehidupan bersama yang tidak terlalu besar mengakibatkan antar anggota saling
mengenal secara pribadi, sehingga mudah menumbuhkan rasa saling percaya. Tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga dapat dilakukan usaha dan aktifitas
bersama secara evisien. Selanjutnya, agar tindakan tersebut lebih bersandar pada prakarsa dan partisipasi masyarakat sendiri, dibutuhkan adanya kompetensi
masyarakat terhadap proses pembangunan di lingkungan kehidupannya. Kompetensi yang diharapkan meliputi kompetensi pada setiap warga masyarakat
secara individual maupun kompetensi komunitas sebagai keseluruhan dan kebulatan kehidupan bersama.
24
4. Pengertian Masjid
Masjid bagi umat islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan, baik makna fisik maupun makna spiritual. Kata masjid itu sendiri berasal dari kata
sajada-yasjudu-sujudan-masjidan tempat sujud.
25
Dilihat dari segi harfiah masjid memanglah tempat sembahyang. Perkataan masjid mesjid berasal berasal dari
bahasa Arab. Kata pokoknya “Sujudan”, fi’il madinya sajada iya sudah sujud
fki’il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah Isim makan. Isim makan ini
24
Ibid., hal. 83
25
Sofyan Safri Harahap, Manajemen Masjid, Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996, h.26.
menyebebkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjida.
26
Masjida jadi ejaan aslinya adalah masjid dengan a. Pengambilan alih kata masjid oleh bahasa
Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e, sehingga terjadilah bunyi mesjid. Perubahan bunyi dari ma menjadi me, disebabkan
tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam indonesianisasi kata-kata asing sudah bisa.
Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah kalau suatu penyimpangan dan kesalahan dilakukan secara umum ia anggap benar. Menjadilah ia kekecualian.
27
Pengelolaan masjid
secara profesional berarti
berupaya untuk
memakmurkan masjid. Allah SWT. Berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 18;
Artinya; “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang- orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk ”.
Setiap muslim sebenarnya boleh melakukan shalat diwilayah manapun dibumi ini; terkecuali diatas kuburan, ditempat yang bernajis, dan ditempat-
26
Saidi Gazalba, Masjid pusat ibadah dan kebudayaan Islam, cet.6Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994, h. 118
27
Ibid., h. 118
tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat.
Rasululla h SAW bersabda yang artinya : “Setiap bagian dari bumi Allah
adalah tempat sujud masjid “ HR Msulim. Pada hadis yang lain rasulullah
bersabda pula yang artinya : “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan bersih
“. HR Muslim Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda Nabi
SAW diatas, setiap orang bisa melakukan shalat dimana saja; dirumah, dikebun, dijalan, dikendaraan, dan ditempat lainnya. Selain itu masjid merupakan tempat
orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah,dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan kaum muslimin.
28
Dimasa Nabi Muhammad SAW ataupun dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin. Masjid memegang peranan
yang sangat vital dalam rangka pemberdayaan umat. Segala aspek kehidupan, dari mulai kegiatan keagamaan hingga kegiatan kenegaraan dilakukan di Masjid.
Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan yang mencakup, ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan,dan kemitraan dibahas dan dipecahkan
dilembaga masjid. Masjid juga dijadikan sebagai tempat melakukan pertemuanrapat untuk menentukan strategi perang, tempat penyimpanan harta
rampasan perang, sebagai tempat tahanan bagi para tawanan perang serta sebagai tempat perawatan bagi tentara-tentara yang terluka karena perang.
28
Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus, penyunting, Doddy Mardanus, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h. 1.
Secara teoritas, dan koseptual; masjid adalah pusat kebudayaan Islam. Dari tempat inilah, syiar ke Islaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi,
serta material-spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik mengenai
kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung tempaan jasmani, ruhani, dan intelektual dipusat peradaban yaitu masjid.
29
Quraish shihab menjelaskan, masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Sejarah
telah membuktikan multi fungsi peranan masjid tersebut. Masjid bukan saja tempat shalat tetapi juga pusat pendidikan, pengajian, keagamaan, pendidikan
militer, dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya. Rasulullah SAW pun telah mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan mengurusi seluruh
kepentingan umat, baik pusat ibadah, pusat pendidikan, dan pengajaran, pusat penyelasain problematika umat dalam aspek hukum peradilan, pusat
pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal ZIWAF, pusat informasi Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan
pemerintah Rasulullah SAW, masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam.
30
Fungsi Masjid
Fungsi utama Masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya.
31
Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah, Masjid
29
Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an, Bandung: Mizzan, 1998, h. 462.
30
Ibid.
31
Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus, penyunting, Doddy Mardanus, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h.7.
juga merupakan tempat yang paling banyakan dikumandangkan nama Allah melalui azan,qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain yang
dianjurkan dibaca dimasjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi masjid adalah:
a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT, b.
Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihakn diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan
pengalaman batin
atau keagamaan
sehingga selalu
terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian,
c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan
persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat. d.
Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan- kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan,
e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-
royongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama, f.
Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslim,
g. Masjid adalah pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat.
h. Masjid tempat mengumpulkan dana menyimpan dan membagikannya dan,
i. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervise sosial.
Fungsi-fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional yang sejalan dengan program pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam
deklade akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi
jumlahnya maupun keindahan arsiteknya. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya
kehidupan beragama.
32
3. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid
Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah proses untuk menjadikan masyarakat menjadi mandiri dengan berbagai program
pemberdayaan dan dengan mengambil pusat kegiatan melalui Masjid. Agar masjid dapat secara maksimal berfungsi baik sebagai tempat
beribadah maupun sebagai medium pemberdayaan maka diperlukan para pengurus masjid yang memiliki syarat-syarat berikut:
33
1. Mempunyai watak yang positif yaitu memiliki syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh pemimpin pada umumnya, terutama memiliki kewibawaan, kecakapan, dan keberanian.
2. Mempunyai Iman Percaya pada Allah, percaya pada hari akhir, mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat serta tidak merasa takut kecuali pada Allah. 3.
Memiliki dan memahami pengetahuan tentang fungsi masjid menurut ajaran Islam serta hatinya cinta kepada masjid.
Jika mengacu pada konsep managemen masjid dari Kementerian Agama RI bahwa terdapat tiga aspek dalam mengelola masjid secara baik. Yakni aspek
idarahadministrasi dan organisasi, aspek imarahkemakmuran, dan aspek ri’ayahpemeliharaan sarana dan prasarana.
34
32
Ibid., h.8.
33
Ibid., h.34
34
Sofyan Safri Harahap, Manajemen Masjid, Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996, h.83
Dengan ketiga aspek tersebut diharapkan masjid dapat menjadi tempat yang kondusif bagi upaya-upaya penguatan masyarakat baik secara sosial-
ekonomi, politik maupun sosial-budaya. Memang untuk mewujudkan sebuah masjid dengan fungsinya yang maksimal dibutuhkan sumberdaya manusia yang
kompeten dan rela untuk berkhidmat dalam pelayanan kepada umat melalui masjid, aliran dan dana yang lancar, dan dukungan semua pihak untuk
merealisasikan usaha mulia tersebut. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan secara bersama tentu melibatkan
banyak pelaku. Demikian pula dalam pemberdayaan masyarakat desa berbasis masjid. Para pelaku didalamnya antara lain adalah masyarakat jamaah masjid,
dunia usaha, dan pemerintah setempatKelurahanKecamatan. Memang tidak dipungkiri bahwa sementara ini sebagian anggota
masyarakat dan elitnya yang notabene mayoritas beragama Islam masih berpikir sekular. Dibuktikan dengan menjadikan masjid hanya sebagai tempat ibadah
semata. Padahal fungsi masjid yang seharusnya lebih dari itu. Yakni masjid juga harus berfungsi sosial. Jadi secara real dinamika masjid bukan hanya diisi oleh
pelaksanaan shalat dan bentuk-bentuk upacara keagamaan yang lain tetapi masjid juga sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas umat baik secara ekonomi,
politik maupun sosial budaya. Di sinilah dapat dipahami bahwa pemberdayaan masyarakat berbasis
masjid merupakan sebuah keniscyaan. Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid merupakan sebuah kerja besar. Sehingga harus mendapat dukungan semua pihak
untuk dapat berjalan secara baik. Pelaku yang pertama adalah masyarakat itu sendiri
dalam hal ini jama’ah dan masyarakat sekitar Masjid. Karena merekalah
yang menjadi subyek sekaligus obyek dari kegiatan tersebut. Dari masyarakatlah akan tampil kader-kader umat yang dapat berkhidmat untuk melayani umat
melalui masjid. Dan dukungan mereka akan menghasilkan perubahan yang signifikan di tengah masyarakat seiring dengan proses pemberdayaan yang sedang
berlangsung.
35
Disamping masyarakat itu sendiri maka unsur yang lain adalah pemerintah setempat. Mereka ini adalah birokrasi yang paling rendah dan langsung
berhadapan dengan dinamika masyarakat. Dukungan dari Pemerintah dalam bentuk regulasi dan juga aliran dana. Sehingga akan dapat melahirkan kader-kader
umat yang dapat membuka selebar-lebarnya praktek budaya masyarakat yang baik dan menutup rapat-rapat praktek budaya masyarakat yang buruk.
Pihak yang tidak bisa ditinggalkan dalam pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah dunia usaha. Karena dari merekalah baik dukungan SDM
yang berkualitas maupun aliran dana yang lancar dapat diharapkan. Mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan ekonomi umat.
Sehingga masyarakat minimal dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik. Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid pada dasarnya masuk dalam
kategori Pemberdayaan Fungsi Masjid. Dimana, pemberdayaan masyarakat berbasis masjid termasuk kedalam aspek pemberdayaan management Masjid.
Aspek pemberdayaan manajemen masjid identik dengan kegiatan fungsional atau biasa disebut juga Idharah Binaal Ruhiyyi yang meliputi pengaturan tentang
pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat. Sebagai pusat pembangunan umat melalui pendidikan dan pengajaran. Termasuk dalam
35
Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para penguru. penyunting, Doddy Mardanus, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h.36
pemberdayaan masjid yaitu menggerakan anggota masyarakat yang mampu untuk membangun masjid dengan semangat dakwah, terutama dengan mempriorotaskan
bantuan kepada umat yang kurang mampu dalam membantu membantu permasalahan mereka.
36
36
“Memberdayakan peran fungsi Masjid,”. Artikel diakses pada 28 mei pukul 21.33dari www.kemenag.go.id
38
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM
MASJID AL-IKHLASH JATIPADANG
A. Sejarah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Sejarah berdirinya Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bermula pada tahun 1965. Saat itu, P.T Taruna Bangun sedang melaksanakan pembangunan kompleks
perumahan karangpola. Kompleks ini ditujukan bagi para pegawai Departemen Pertanian yang tinggal didaerah Jatipadang, jakarta Selatan.
Untuk mengakomodasi kebutuhan para karyawan muslim salam menunaikan kewajibannya, perusahaan membangun sebuah Mushalla kecil.
Masyarakat sekitar juga dapat menggunakan Mushalla tersebut untuk beribadah. Pada Tahun 1967, pembangunan kompleks perumahan Karangpola pun
selesai, P.T Taruna Bangun menyerahkan kantor kegiatan pembangunan serta Mushalla tersebut kepada pihak Kelurahan Jatipadang. Sejak saat itulah Mushalla
tersebut dipugar menjadi lebih besar dan diberi nama Masjid Panca Sakti. Sedangkan bekas garasi kantor, direnovasi menjadi Madrasah Ibtidaiyyah.
Pada tahun 1969, pihak Kelurahan Jatipadang menyerahkan pengelolaan Masjid dan Madrasah tersebut kepada masyarakat kelurahan Jatipadang.
Pengelola baru kemudian mengubah nama Masjid Panca Sakti menjadi Masjid Al- Ikhlash. Dengan nama ini, diharapkan semua kegiatan masjid tersebut dilakukan
dengan ikhlas dan senantiasa mendapatkan Ridha dari Allah SWT.
Tanah tempat Masjid Al-Ikhlash dan Madrasah tersebut berdiri merupakan tanah milik Departemen Pertanian. Oleh karena itu, beberapa tokoh dari
Departemen Pertanian ingin bangunan dan tanah tersebut dikembalikan. Pihak Kelurahan Jatipadang-pun setuju, akhirnya pada tahun 1976 pengelolaan Masjid
dan Madrasah diserahkan kepada pihak Yayasan Mujahidin. Sejak dikelola oleh Yayasan Mujahidin, Masjid Al-Ikhlash mengalami
banyak renovasi. Salah satu renovasi besar dilakukan pada tahun 1981. Dana renovasi tersebut berasal dari bantuan dana oleh Pemerintah DKI saat itu.
Renovasi tersebut selesai satu tahun kemudian, dan diresmikan pada tanggal 4 April 1982.
Renovasi besar selanjutnya dilakukan pada tahun 1998. Renovasi meliputi perbaikan secara menyeluruh, melibatkan perencanaan terintegrasi antara masjid
dan madrasah. Inilah renovasi besar terakhir yang dilakukan dengan bantuan dana dari Pemerintah.
Selanjutnya, sejak tahun 2000, renovasi masjid dijalankan dengan dana swasembada masyarakat. Beberapa bantuan juga diperoleh dari Instansi pemeritah
dan Swasta. Renovasi swasembada ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Pertanian saat itu, DR Muhammad Prakosa. Momen ini juga
bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah 1421 H. Karena banyaknya masjid yang menggunakan nama Al-Ikhlash, maka
pada tahun 2006 nama masjid ini diubah menjadi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Pada tanggal 20 Desember 2007 renovasi Masjid Al-Ikhlash dinyatakan
selesei dan diresmikan langsung oleh Menteri Pertanian, DR. Ir. H. Anton Aprianto, MS. Dimana tanggal bersejarah tersebut juga bertepatan dengan Hari