Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah

(1)

LAPORAN PRATIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) TENTANG

MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PENGELOLA KEKAYAAN DAN ASSET DAERAH

KOTA SIBOLGA O

L E H

Nama : Hafiz Suryana Nim : 072600057

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran pada

Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah”.

Laporan PKLM ini diajukan guna untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna baik dalam susunan kalimat maupun pembahasannya, Oleh karena itu penulis mengharapkannya adanya kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun laporan ini kearah yang lebih baik.

Penulis laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:

- Bapak Prof. Dr. M.Arif Nst,M .A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

- Bapak Drs.H.M. Husni Thamrin Nst, Msi, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(3)

- Bapak Drs.H.M.Husni Thamrin Nst, Msi, selaku Dosen Pembimbung, yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan pengarahan dalam proses penulisan Laporan PKLM.

- Seluruh Dosen Pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, yang telah memberi ilmu dan wawasan selama mengikuti perkuliahan.

- Seluruh Staf Pengajar jurusan Administrasi Perpajakan yang telah banyak membantu penulis.

- Bapak Alfan Jamil, SE, Abang Rudi serta masing-masing kepala seksi yang telah membantu saya dalam memperoleh data yang diperlukan.

- Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya, didikan, dorongan dan restunya kepada penulis, dan juga materiil yang diberikan yang tidak dapat dinilai dengan suatu apapun.

- Buat Kakakku Yati dan adikku tersayang maya terima kasih atas dorongan, semangat dan do’anya sehingga penulis tetap bersemangat menghadapi segala rintangan dan cobaan. Khusus buat jagoan kecil Aditya Putra ponakanku yang gendut, dan lucu yang membuat penulis bersemangat.

- Seluruh teman-teman terbaikku Tax A’ 2007 yang telah banyak membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam menyelesaikan laporan ini. dan keluarga besar IMPROSAJA gak nyangka bisa kenal dengan kalian yang unik-unik dan gokil gak terasa 3 tahun telah kita lalui bersama khususnya sahabat-sahabatku ( agung, cebong, joel, ody, surya, ari, bayu, heru, )


(4)

pokoknya dari A sampai Z juga, makasih buat semuanya, Insyallah persahabatan ini tidak hanya sampai disini tapi untuk selamanya.

- Seluruh teman-teman seperjuangan Tax ‘ Stambuk 2007

- Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehingga laporan ini dapat selesai. Dan saya berharap kiranya Laporan PKLM ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan mandiri ...1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ...4

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Kapangan Mandiri...6

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ...6

E. Metode Pengumpulan data ...8

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ...8

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga ...11

B. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga ...13

C. Tugas dan Fungsi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga ...15

D. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga ...20

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN A. Pengertian dan Unsur Pajak ...23

B. Fungsi Pajak ...25


(6)

D. Pengertian Pajak Restoran ...27 E. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran ...30 F. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak dan Cara Perhitungan Pajak Restoran ....31 G. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran ...33

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Analisa Data ...37 B. Hambatan – hambatan dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran...39 C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pemungutan Pajak

Restoran ...39 D. Upaya – upaya yang Dilakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak

Restoran ...40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...42 B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang

luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan semua pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas, terampil dan siap dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan mahasiswa sebagai salah satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu berpikir kritis, tegas dan kreatif khususnya dibidang yang mereka pilih. Hal ini sangat penting karena mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan dapat meneruskan pembangunan bangsa ini.

Guna memenuhi tuntunan kerja dibutuhkan produk-produk perguruan tinggi yang berkualitas, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikannya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan dari ilmu yang diperolehnya, untuk itu maka mahasiswa diwajibkan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut. Bahasan yang diambil tentu saja yang berhubungan dengan perpajakan. Sektor pajak di Indonesia merupakan salah satu penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


(8)

terbesar setelah migas. Dimana penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dimana rencana pendapatan negara dari sektor pajak terus mengalami peningkatan. Pendapatan negara dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan baik di daerah maupun di pusat.

Sistem otonomi daerah yang berlaku saat ini menuntut pemerintah untuk lebih aktif berperan serta dalam pembangunan khususnya pembangunan daerah itu sendiri sebab daerah otonomi mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat daerah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oleh karena itu, dalam pembangunan daerah ini diperlukan pembiayaan yang berasal dari penerimaan daerah dimaksud. Salah satu dari penerimaan daerah adalah Sektor Pajak Daerah yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.34 Tahun 2000 sebagai perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No.18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah memiliki kontribusi yang besar bagi tiap daerah di Indonesia. Salah satu Pajak Daerah yang kontribusinya besar sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pajak Restoran. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan Restoran. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang berperan penting bagi anggaran dan belanja daerah, Pajak Restoran sangat diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya bagi kelangsungan pembangunan daerah.


(9)

Dalam pelaksanaan Pajak Restoran tersebut di daerah tentunya terdapat permasalahan-permasalahan salah satunya adalah dalam hal pemungutan. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran ini harus meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Apabila permasalahan tersebut dapat teratasi tentunya penerimaan daerah meningkat sehingga pembangunan di daerah dapat dibiayai.

Salah satu cara bagi Pemerintah untuk menghimpun dana bagi pembangunan adalah melalui implementasi pemungutan pajak restoran. Hasil pemungutan pajak ini dikumpulkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan pendapatan rutin khususnya disektor bukan migas. Pajak mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk membiayai anggaran bagi penyelenggara Pemerintah, pelayanan umum dan pembangunan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas permasalahan ke dalam suatu laporan dengan judul : “ IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN

PAJAK RESTORAN PADA DINAS PENGELOLA KEKAYAAN DAN ASSET DAERAH KOTA SIBOLGA”.

Disamping ini Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(10)

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan Program Studi Administrasi Perpajakan.

Setiap kegiatan dilaksanakan tentunya mempunyai tujuan.

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pemungutan pajak restoran pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

b. Untuk mengetahui data tentang pemungutan pajak restoran.

c. Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi dalam mekanisme pelaksanaan pemungutan pajak restoran.

d. Untuk mengetahui upaya-upaya yang ditempuh dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan

c. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan PKLM mahasiswa dapat menuangkan keterampilan dan mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masalah yang timbul.


(11)

d. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama PKLM.

Bagi kantor/instansi

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Administrasi Perpajakan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dilembaga pendidikan Program Administrasi Perpajakan FISIP USU

b. Untuk membantu dalam mensosialisasikan pelaksanaan pemungutan pajak restoran.

c. Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga, sebagai masukan dalam evaluasi pelaksanaan pemungutan pajak restoran.

d. Untuk menambah Ide dan gagasan untuk perbaikan sistim kerja yang ada di Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

Bagi Universitas

a. Untuk meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

b. Agar memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara Khususnya Program Studi Administrasi Perpajakan.


(12)

c. Membuka interaksi antara Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Di dalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan pajak daerah khususnya Pajak Restoran antara lain :

1. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pemungutan pajak restoran

2. Untuk mengetahui data tentang pelaksanaan pemungutan pajak restoran yang berasal dari Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

3. Untuk mengatahui kendala dalam pemungutan pajak restoran pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

D. Metode Praktik Kerja Lapangna Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari penentuan judul tempat praktik kerja lapangan mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen.


(13)

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang-undang perpajakan, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan sekunder yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai Implementasi Pemungutan Pajak Restoran.


(14)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan masalah yang dibahas atau bertanya langsung kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data primer dan informasi tentang pelaksanaan prosedur pemungutan pajak restoran.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan peninjauan, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, meneliti pengenaan pajak restoran.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil-hasil penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan PKLM.

F. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :


(15)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi pemikiran dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan latar belakang PKLM, tujuan, manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi

PKLM, sruktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

BAB III : GAMBARAN DATA PENERAPAN IMPEMENTASI

PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan data yang berkaitan dengan

pelaksanaan pemungutan pajak restoran yang ada di Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada

dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai pelaksanaan pemungutan pajak restoran pada Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.


(16)

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Dimana dalam bab ini

disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.

Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat mengingkat pelayanan kepada wajib pajak khususnya Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Dinas Pengelola Keayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga

Pada awalnya Kota Sibolga adalah Kota Administratif yang masih berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun pada saat sekarang ini telah menjadi Pemerintahan Kota Sibolga.

Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menganut prinsip otonomi yang seluas – luasnya, nyata dan bertanggung jawab, dimana daerah diberi kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang terdiri dari Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah yang berfungsi sebagai eksekutif daerah, sedangkan DPRD merupakan lembaga legislative daerah.

Dalam melaksanakan tugas, Kepala Daerah dibantu seorang Wakil Kepala Daerah dan Perangkat Daerah. Perangkat Daerah terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi yang di wadahi dalam Sekretariat Daerah, unsur pendukung tugas dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik yang diwadahi dalam lembaga teknis daerah; serta unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah

Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Sibolga 188.4.54/14/ 2000 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga, maka terbentuklah Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga yang bertugas untuk mengelola penerimaan dan pendapatan di daerah Kota Sibolga, termasuk untuk mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak yang berada di dalam daerah Kota Sibolga.

Namun pada tahun 2008, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 maka Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga melakukan peleburan dengan Bagian Pengelolaan Kekayaan dan Asset Daerah Pemerintah Kota Sibolga. Maka sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 Tahun 2008 tentang Dinas – Dinas di Kota Sibolga, Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga berganti nama menjadi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga. Pembentukan Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga secara yuridis formal dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas – dinas Kota Sibolga. Pembentukan dimaksudkan


(18)

sebagai pelaksanaan Peraturana Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah, yang mengharuskan daerah untuk melakukan perubahan struktur organisasi daerah sesuai dengan kondisi dan perkembangan yang ada di daerah. Secara resmi Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2008 diberlakukan sejak tanggal 03 Mei 2008 dengan dilantiknya para Pejabat Eselon II di lingkungan Pemko Sibolga oleh Walikota Sibolga.

B. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga

Struktur organisasi merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas – tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing – masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah : a. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja

e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana.

Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab terhadap pemerintah daerah.

Pada Skretariat Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga terdapat Sub Bagian yang dipimpin oleh Kepala Sub Bagian dalam jenjang jabatan struktural eselon IV. A yaitu :

a. Sub bagian Umum dan Perlengkapan


(19)

c. Sub bagian Perencanaan dan Pelaporan

Sementra itu, Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan asset Daerah Kota Sibolga juga terdapat 4 (empat) bidang yang dipimpin oleh Kepala Bidang dalam jenjang jabatan struktural eselon III.b. Tiap – tiap bidang terdiri dari 3 (tiga) Seksi yang masing – masing dipimpin oleh Kepala Seksi yang termasuk dalam kategori jenjang jabatan struktural eselon IV.a yaitu :

1. Bidang Pendapatan Terdapat 3 seksi :

a. Seksi Pendapatan, Pandaftaran dan Penetapan b. Seksi Pajak Retribusi dan Pajak lain – lain

c. Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengembangan Pendapatan 2. Bidang Penganggaran dan Kuasa BUD

a. Seksi Penganggaran dan Pembinaan b. Seksi Verifikasi

c. Seksi Perbendaharaan 3. Bidang Keuangan dan Akuntansi

a. Seksi Akuntansi Penerimaan Kas

b. Seksi Akuntansi Pengeluaran Kas dan Selain Kas c. Seksi Pelaporan

4. Bidang Asset dan Investasi Daerah

a. Seksi Perencanaan Asset dan Investasi Daerah b. Seksi Pemeliharaan dan Penghapusan

c. Seksi Pengendalian Inventaris Asset dan Investasi Daerah

Selanjutnya masing – masing Kepala Sub Bidang membawahi beberapa orang staf/pelaksana, dan pada Dinas tersebut terdapat Kelompok Jabatan Fungsional dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).


(20)

Untuk melaksanakan fungsi dan layanan, Dinas Pengelola Kekayaan dann Asset Daerah Kota Sibolga telah ditempatkan sebanyak 53 orang aparatur sebagai asset intelektual. Jumlah ini terdiri dari 47 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang Tenaga Harian Lepas (THL) petugas administrasi dan 4 orang petugas kebersihan kantor.

C. Tugas dan Fungsi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga

Tugas Pokok Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah berdasarkan Peraturan Walikota Sibolga Nomor 188.3.342/24/2008 pasal 83 ayat 1 adalah melaksanakan sebagian kewenangan daerah dibidang Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Asset Daerah. Sebagai unsur pelaksana daerah dibidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah maka fungsinya sesuai pasal 83 ayat 2 adalah :

1. Menyusun program kerja dan kegiatan Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah

2. Menyusun dan mengelola anggaran belanja setiap pelaksanaan program/ kegiatan

3. Melaksanakan program kerja Dinas Pengelola Kekayaan dab Asset Daerah

4. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Walikota tentang pelaksanaan program/kegiaatan

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dengan petunjuk demi kelancaran pelaksanaan tugas

6. Pengadaan barang dan perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan

Disamping kewenangan tersebut diatas, Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga juga diberi kewenangan mengelola Stadion Horas.

Disamping tugas pokok dan fungsi diatas, Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga juga berfungsi sabagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Menurut pasal 5 ayat (3) Permendagri No. 13 Tahun


(21)

2006, Kepala SKPKD merupakan pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Selanjutnya pasal 7 Permendagri No. 13 Tahun 2006 menetapkan bahwa :

1. Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) mempunyai tugas :

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Perturan Daerah

d. melaksanakan fungsi BUD

e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD

2. PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang : a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD b. mengesahkan DPA – SKPD/DPPA – SKPD

c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD

d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah

e. melaksanakan pemungutan pajak daerah f. menetapkan SPD

g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah


(22)

i. Menyajikan informasi keuangan daerah

j. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaa serta penghapusan barang milik daerah

Berdasarkan tugas dan fungsi dari Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga, Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga memiliki visi dan misi sebagai panutan dalam melaksanakan tugas melaksanakan pengelolaan terhadap keuangan daerah. Penetapan visi merupakan suatu langkah penting perjalanan suatu organisasi. Visi diperlukan pada saat organisasi berkarya dalam kehidupan organisasi selanjutnya. Visi merupakan suatu pedoman dan pendorong bagi organisasi untuk mencapai tujuannya.

Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan kewenangan dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah agar lebih terarah dan terfokus kepada hasil yang akan dicapai, sesuai dengan tupoksi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah bertugas dalam penyelenggaraan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah. Berdasarkan hal tersebut maka Visi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah adalah ” Terkelolanya Keuangan Daerah dengan Tertib, Efisien,

Efektif, Transparan, Akuntabel dan Auditabel.”

Berdasarkan Visi yang telah diuraikan diatas dan sebagaimana pedoman dalam pelaksanaan tugas sesuai rencana dan tujuan yang akan dicapai, maka yang menjasi Misi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga adalah :

a. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup dan tepat dalam pengelolaan keuangan dan asset daerah yaitu :

1. Gedung kantor yang baik dan dapat menampung pegawai dengan segala aktivitasnya

2. Mengadakan meubeleur dan perlengkapan kantor seperti komputer dan lain – lain yang cukup

3. Menggunakan aplikasi teknologi komputer dalam pengelolaan keuangan dan asset daerah

4. Mengadakan sarana mobilitas pegawai yang cukup


(23)

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola keuangan dan asset daerah, terutama dibidang akuntansi keuangan negara/daerah serta pengelolaan barang/asset daerah

c. Mengadakan dan meningkatkan koordinasi pengelolaan keuangan daerah dan asset daerah

d. Melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara profesional sesuai dengan tuntutan paket 3 Undang – Undang Keuangan Negara 2003 – 2004 dan turunannya

e. Menginventariskan semua asset daerah dan melengkapi bukti kepemilikannya sesuai dengan peraturan perundang – undangan

f. Menepati jadwal waktu yang ditentukan dalam pengelolaan keuangan dan asset daerah.

D. GAMBARAN UMUM PEGAWAI DINAS PENGELOLA KEKAYAAN

DAN ASSET DAERAH KOTA SIBOLGA TAHUN 2010

NO JABATAN JUMLAH

1 Kadis 1 orang

2 Sekretaris 1 orang

3 Kasubbag Umum dan Perlengkapan 1 orang

4 Kasubbag Keuangan dan Kepegawaian 1 orang

5 Kasubbag Perencanaan dan Pelaporan 1 orang


(24)

7 Kabid Pengenggaran dan Kuasa BUD 1 orang

8 Kabid Keuangan dan Akuntansi 1 orang

9 Kabid Asset dan Investasi Daerah 1 orang

10 Seksi Pendapatan, Pendaftaran, dan Penetapan 1 orang 11 Seksi Pajak Retribusi dan Pajak Lain – lain 1 orang 12 Seksi, Evaluasi, Pelaporan, dan Pengembangan Pendapatan 1 orang

13 Seksi Pengenggaran dan Pembinaan 1 orang

14 Seksi Verifikasi 1 orang

15 Seksi Perbendaharaan 1 orang

16 Seksi Akuntansi Penerimaan Kas 1 orang

17 Seksi Akuntansi Pengeluaran Kas dan selain Kas 1 orang

18 Seksi Pelaporan 1 orang

19 Seksi Perencanaan Asset dan Investasi Daerah 1 orang

20 Seksi Pemeliharaan dan Penghapusan 1 orang

21 Seksi Pengendalian Inventaris Asset dan Investasi Daerah 1 orang

Keterangan :

1. Golongan III/a : 2 Orang 2. Golongan III/b : 4 Orang 3. Golongan III/c : 5 Orang 4. Golongan III/d : 8 Orang 5. Golongan IV/a : 1 Orang 6. Golongan IV/c : 1 Orang


(25)

BAB III

GAMBARAN DATA DAN PEMBAHASAN PAJAK RESTORAN

A. Pengertian dan Unsur Pajak 1. Pengertian Pajak secara umum

Pajak daerah, yang selanjutnya disebut Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yagn berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (dalam Kesit Bambang P.2003 : 72).

2. Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH,

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang – Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets

“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma – norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditujukan dalam hal yang individual; maksudny adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.”


(26)

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja

“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma – norma hokum, guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.” (dalam Erly Suandy 2002 : 10 – 11)

Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur pajak adalah : 1. Iuran dari rakyat kepada Negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan Undang – Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang – Undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga, Negara, yakni pengeluaran – pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.


(27)

B. Fungsi Pajak

Fungsi pajak terdiri dari dua, yaitu : 1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengluaran – pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (regulered)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

C. Pengelompokan Pajak 1. Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang ada pada akhirnya dapat diberikan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.


(28)

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Pajak Pusat terdiri dari :

1. Pajak Penghasilan

2. Pajak Pertambahan Nilai

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah 4. Pajak Bumi dan Bangunan

5. Bea Materai (dalam Mardiasmo 2002 : 1 – 7)

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas :

1. Pajak Provinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat provinsi. Pajak provinsi yang berlaku sampai saat ini, terdiri atas :

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air


(29)

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

2. Pajak Kabupaten/Kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Pajak Kabupaten/Kota yang berlaku sampai saat ini, terdiri dari :

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (dalam Kesit Bambang P. 2003 : 72)

D. Pengertian Pajak Restoran

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Pemungutan pajak restoran ini didasarkan pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan atas Undang – Undang 34 Tahun 2000


(30)

tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Pengenaan pajak restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kebupaten/ kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut suatu daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Restoran yang akan menjadi landasan operasional dalam teknis pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.

Pemungutan pajak restoran di Indonesia saat ini didasarkan oleh ketentuan hokum yang jelas dan tepat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar Hukum Pajak Restoran pada suatu kabupaten atau kota adalah :

1. Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok – pokok Pemerintahan di Daerah

3. Undang – Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

4. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada Kabupaten/Kota yang dimaksud.


(31)

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pungutan Pajak Daerah.

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 172 Tahun 1997 tentang kriteria

Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dan Tata Cara Pembukuan. 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara

Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 10.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang Pajak Restoran. 11.Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sibolga No. 7 Tahun 1976

tentang Pajak Pembangunan I

12.Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 Tahun 2008 tentang Pembentuka Organisasi Dinas – Dinas Kota Sibolga.

13.Peraturan Walikota No. 188.3.342/24/2008 tentang Tugas Pokok Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

14.Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 2 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel dan Restoran.


(32)

E. Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Restoran 1. Objek Pajak Restoran

Yang merupakan Objek Pajak Restoran adalah setiap pembayaran atas pelayanan yang disediakan di restoran / rumah makan. Pelayanan yang dimaksud adalah penjualan makanan dan minuman di tempat, yang disertai dengan fasilitas. Yang termasuk dalam objek Pajak Restoran adalah rumah makan, café, bar, dan sejenisnya.

Pada pajak restoran tidak semua pelayanan yang diberikan oleh restoran / rumah makan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk Objek Pajak, yaitu :

1. Jasa Boga / Catering.

2. Pelayanan tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan peraturan daerah, misalnya tidak melebihi batas Rp. 30.000.000 per tahun.

2. Subjek Pajak Restoran

Yang menjadi Subjek Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran makanan dan minuman atas pelayanan restoran / rumah makan. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran / rumah makan.


(33)

3. Wajib Pajak Restoran

Yang menjadi Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha restoran / rumah makan, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang restoran / rumah makan.

Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada restoran tidak sama. Konsumen yang menikmati pelayanan pelayanan restoran merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak sedangkan pengusaha restoran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subjek pajak ).

F. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak, dan Cara Perhitungan Pajak Restoran

1. Dasar Pengenaan Pajak Restoran

Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakuka n Restoran / Rumah Makan. Pembayaran adalah jumlah uang yang harus di bayar oleh subjek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pembelian mekanan atau minuman, termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga dilakukan berkaitan dengan usaha restoran. Sebagai contoh, misalnya seseorang menikmati hidangan yang disediakan oleh Restoran “JND” dan melakukan pembayaran atas :


(34)

Makanan Rp. 100. 000 Minuman

Jumlah Rp. 140. 000

Rp. 40. 000

Service Charge 10 %

Jumlah Pembayaran Rp. 154. 000 Rp. 14. 000

Pembayaran yang dimaksud adalah pembayaran sebelum Pajak Restoran, yaitu sebesar Rp. 154. 000

2. Tarif Pajak Restoran

Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen) dan ditetapkan oleh Kabupaten / Kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten / kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi mesing – masing daerah Kabupaten / Kota.

3. Cara Perhitungan Pajak Restoran

Besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak Restoran. Secara umum perhitungan Pajak Restoran adalah sesuai dengan rumus berikut :

Besarnya pembayaran yang dilakukan oleh subjek Pajak kepada Restoran “JND” pada poin 1 diatas dan apabila besarnya tarif pajak pada Kota tempat Restoran

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang dilakukan kepada Restoran


(35)

“JND” berlokasi ditetapkan sebesar sepuluh persen, dapaat dihitung besarnya Pajak Restoran yang Terutang, yaitu sebesar : 10 % x Rp. 154. 000 = Rp. 15. 400.

G. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak dan retribusin, penentuan besarnya pajak atau retribusi serta pengawasan penyetoran. Pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran adalah :

1. Wajib Pajak Restoran wajib mendaftarkan usahanya pada Dinas Pendapatan Daerah untuk dikukuhkan dan diberikan NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) selambat – lambatnya 30 (tiga puluh hari) sebelum dimulainya usaha.

2. Setelah Wajib Pajak Restoran dikukuhkan, maka wajib pajak melaksanakan pendaftaran dan pendataan. Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan berupa formulir pendaftaran dan pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak. Setelah dokumen disampaikan kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap, serta mengembalikan kepada petugas pajak. Selanjutnya, petugas pajak mencatat formulir pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh wajib pajak dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.


(36)

3. Kemudian Wajib Pajak mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah). SPTPD diisi dengan jelas dan lengkap dan benarserta ditandatangani oleh wajib pajak dan disampaikan kepada Walikota / Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. SPTPD disampaikan selambat – lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak..

4. Berdasarkan SPTPD yang disampaikan wajib pajak dan pendataan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pendapatan, Bupati / Walikota menetapkan pajak restoran yang terutang yang diterbitkan dalam SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah). SKPD harus dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SKPD oleh waib pajak. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati / Walikota dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB),Surat Ketetapan Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN).

5. Setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Bupati / Walikota dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). STPD harus dilunasi dalam jangka waktu maksimal 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

6. Pembayaran Pajak Restoran dilakukan wajib pajak dengan menyetorkan pajak ke kas daerah, bank, atau tempat lain yangn ditunjuk oleh Bupati / Walikota dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Namun, dalam


(37)

keadaan tertentu Bupati / Walikota atau Pejabat yang dditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak restoran terutang dalam kurun waktu tertentu. Kepada Wajib Pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan(dalam Marihot P. Siahaan 2005 : 279 – 285). Secara umum Sistem Pemungut an Pajak, yaitu :

a. Self Assessment System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutan.

Ciri – cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

2. Wajib Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

b. Official Assessment System yaitu sistem yang memberi wewenang

kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak .

Ciri – cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus.


(38)

2. Wajib Pajak bersifat pasif

3. Utang timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus

c. With Holding System yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri – cirinya :

1. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, selain fiskus dan wajib pajak.

Setiap pajak yang telah dipungut atas Pajak Restoran disetorkan oleh Bendaharawan Daerah ke Kas Daerahnya masing – masing (dalam Mardiasmo 2002 : 7 – 8).


(39)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Cara Pengenaan Pajak atas Restoran dan Tata Cara yang Dilakukan Dalam Pemungutan atas Pajak Restoran.

Cara Pengenaan Pajak atas Restoran pada Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga sama halnya dengan teori yaitu 10 % (sepuluh persen) dan tata cara yang dilakukan dalam pemungutan Pajak atas Restoran berdasarkan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdapat tiga sistem pemungutan yaitu System Self Asessment, System Official Asessment, dan With

Holding System (dalam Marihot P. Siahaan 2005 : 68 – 69). Sedangkan pada Dinas

Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga menggunakan System Official

Assesment.

B. Masalah – Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran di Kota Sibolga.

Masalah – Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran yang ada di Kota Sibolga adalah :

1. Sangat kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak sebagai satu kewajibannya sebagai rakyat Indonesia untuk bersama – sama membangun Kota Sibolga yang berkeinginan untuk membiayai daerahnya secara mandiri.


(40)

2. Adanya rasa bangga bagi Wajib Pajak yang ada di Kota Sibolga jika tidak membayar pajak atas usaha yang dibukanya.

3. Adanya tekanan ekonomi yang dialami Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak merasa keberatan atas pajak yang telah ditetapkan 10% .

C. Analisa Data

TABEL TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN DALAM 5 TAHUN ANGGARAN

TAHUN TARGET REALISASI PERSEN (%)

2005 44. 999. 900 60. 621. 352 134, 71 %

2006 80. 011. 250 146. 092 628 182, 59 %

2007 72. 907. 450 100. 352. 201 137, 64 % 2008 75. 000. 000 154. 605. 253 206, 14 % 2009 85. 040. 000 109. 144. 120 128, 40 %

SUMBER : DINAS PENGELOLA KEKAYAAN DAN ASET DAERAH KOTA SIBOLGA

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa :

1. Pada Tahun Anggaran 2005 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 60.621.352,- berada di atas rencana penerimaan dari


(41)

pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 44.999.900,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 15.621.452,-

2. Pada Tahun Anggaran 2006 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 146.092.628,- berada di atas rencana penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 80.011.250,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 66.081.378,-

3. Pada Anggaran Tahun 2007 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 100.352.201,- berada di atas rencana penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 72.907.450,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 27.444.751,-

4. Pada Anggaran Tahun 2008 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 154. 605. 253,- berada di atas rencana penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 75.000.000,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 79.605.253,-

5. Pada Anggaran Tahun 2009 total realisasi penerimaan dari pembayaran ajak Restoran sebesar Rp. 109. 144. 120,- berada di atas rencana penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 85.040.000,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 24.104.120,-

Jadi , kesimpulan yang dapat diambil dari keterangan di atas adalah :

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa Pajak Restoran Kota Sibolga untuk tahun 2005 sampai dengan 2009 target yang diharapkan melebihi target yang ditetapkan.


(42)

Dengan surplusnya penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran, berarti kinerja Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga sangat baik mengingat penerimaan yang diperoleh melebihi target yang ditetapkan. Berdasarkan surplusnya penerimaan tersebut, pembangunan di Kota Sibolga dapat terlaksana dan keseimbangan keuangan daerah menjadi lebih baik. Dalam hal ini Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga melakukan intensifikasi pajak untuk lebih meningkatkan penerimaan dari pemungutan Pajak Restoran sehingga keuangan daerah lebih banyak untuk pembangunan dan kesejahteraan pada daerah tesebut.

D. Hambatan – Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran

1. Masih kurangnya kesadaran sebahagian Wajib Pajak

2. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara Riil dan Akurat.

3. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak sehingga mempengaruhi kemampuan dalam membayar pajak.

4. Wajib Pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan yang dikutip dari subjek pajak.

E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran

Meskipun Pajak Restoran dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pendapatan daerah, namum tidak dipungkiri adanya masalah-masalah yang timbul.


(43)

Sedikit atau banyak masalah yang dihadapi harus tetap diperhatikan. Untuk diketahui sejauh mana masalah-masalah tersebut berpengaruh atau berdampak bagi kelangsungan pemungutan Pajak Restoran tersebut.

Berdasarkan pengumpulan data-data yang ada, termasuk diadakannya metode wawancara, ditemukan masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Adanya Wajib Pajak yang melakukan tunggakan terhadap pembayaran Pajak Restorannya.

2. Pendataan yang kurang maksimal sehingga Wajib Pajak yang ada masih perlu dilakukan pendataan yang lebih akurat.

3. Tidak sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan

F. Upaya – Upaya yang Dilakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Upaya mengatasi masalah yang dihadapi dalam Pajak Restoran tersebut, tentu ada langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya. Dengan menentukan langkah-langkah untuk mengantisipasinya dapat mengurangi atau memperbaiki masalah-masalah yang terjadi agar tidak terulang lagi untuk kesekian kalinya Karen bisa merugikan bagi sektor Pajak Restoran tersebut. Langkah-langkah yang diambil tersebut dapat diwujudkan dalam melakukan upaya-upaya peningkatan Pajak Restoran tersebut. Adapun upaya - upaya peningkatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :


(44)

1. Melaksanakan sosialisasi atau himbauan dalam bentuk reklame mengenai Pajak Restoran

2. Melaksanakan pendataan terhadap Objek Pajak yang ada 3. Melaksanakan pemungutan Pajak Restoran yang lebih efisien


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penyajian yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh pada Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga sebagai akhir dari tulisan ini, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di dalam melaksanakan kewenangan Walikota dibidang pengelola dan pendapat daerah.

2. Sistem yang digunakan dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran yang dipakai adalah Official Assessment.

3. Jumlah Pegawai Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga sudah cukup memadai namun masih perlu adanya peningkatan Sumber Daya Manusia.

4. Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Pemerintah Daerah Kota Sibolga merupakan penerimaan pajak yang cukup besar.

5. Penerimaan yang diperoleh dari Pajak Restoran yang mana digunakan untuk Keuangan Daerah Kota Sibolga melebihi target yang ditetapkan oleh Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.


(46)

B. Saran

Agar pelaksanaan pemungutan terhadap Pajak Restoran / Rumah Makan di Kota Sibolga dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal maka hal yang diperlukan adalah :

1. Sumber Daya Manusia para pegawai perlu ditingkatkan karena masih banyak pegawai yang kurang memahami pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran yang sebagaimana mestinya, sehingga perlu adanya pelatihan agar Sumber Daya Manusia menjadi lebih baik.

2. Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga hendaknya meningkatkan pengawasan terhadap Objek Pajak untuk lebih mengoptimalisasikan penerimaannya.

3. Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga hendaknya lebih tegas terhadap pengusaha restoran yang tidak mau membayar pajak atas usahanya, jika memungkinkan dengan memberikan sanksi administrasi atau sanksi pidana bagi Wajib Pajak yang nakal.

4. Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga memberikan pendidikan dan pelatihan langsung kepada khalayak umum demi peningkatan pemahaman “ Perpajakan Indonesia “ khususnya dalam hal ini pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2006, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2006 Marihot P, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suandy, Erly.2002. Hukum Pajak, Jakarta : Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia No.34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Republik Indonesia N0.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok – pokok Pemerintahan di

Daerah

Undang – Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang Pajak Restoran.

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sibolga No. 7 Tahun 1976 tentang

Pajak Pembangunan I

Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 Tahun 2008 tentang Pembentuka Organisasi

Dinas – Dinas Kota Sibolga.

Peraturan Walikota No. 188.3.342/24/2008 tentang Tugas Pokok Dinas Pengelola

Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 2 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel dan Restoran. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai aturan

pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada Kabupaten/Kota yang dimaksud.


(48)

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata

Cara Pungutan Pajak Daerah.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur

Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 172 Tahun 1997 tentang kriteria Wajib

Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dan Tata Cara Pembukuan.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara


(1)

Sedikit atau banyak masalah yang dihadapi harus tetap diperhatikan. Untuk diketahui sejauh mana masalah-masalah tersebut berpengaruh atau berdampak bagi kelangsungan pemungutan Pajak Restoran tersebut.

Berdasarkan pengumpulan data-data yang ada, termasuk diadakannya metode wawancara, ditemukan masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Adanya Wajib Pajak yang melakukan tunggakan terhadap pembayaran Pajak Restorannya.

2. Pendataan yang kurang maksimal sehingga Wajib Pajak yang ada masih perlu dilakukan pendataan yang lebih akurat.

3. Tidak sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan

F. Upaya – Upaya yang Dilakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Upaya mengatasi masalah yang dihadapi dalam Pajak Restoran tersebut, tentu ada langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya. Dengan menentukan langkah-langkah untuk mengantisipasinya dapat mengurangi atau memperbaiki masalah-masalah yang terjadi agar tidak terulang lagi untuk kesekian kalinya Karen bisa merugikan bagi sektor Pajak Restoran tersebut. Langkah-langkah yang diambil tersebut dapat diwujudkan dalam melakukan upaya-upaya peningkatan


(2)

1. Melaksanakan sosialisasi atau himbauan dalam bentuk reklame mengenai Pajak Restoran

2. Melaksanakan pendataan terhadap Objek Pajak yang ada 3. Melaksanakan pemungutan Pajak Restoran yang lebih efisien


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penyajian yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh pada Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga sebagai akhir dari tulisan ini, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di dalam melaksanakan kewenangan Walikota dibidang pengelola dan pendapat daerah.

2. Sistem yang digunakan dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran yang dipakai adalah Official Assessment.

3. Jumlah Pegawai Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga sudah cukup memadai namun masih perlu adanya peningkatan Sumber Daya Manusia.

4. Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Pemerintah Daerah Kota Sibolga merupakan penerimaan pajak yang cukup besar.


(4)

B. Saran

Agar pelaksanaan pemungutan terhadap Pajak Restoran / Rumah Makan di Kota Sibolga dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal maka hal yang diperlukan adalah :

1. Sumber Daya Manusia para pegawai perlu ditingkatkan karena masih banyak pegawai yang kurang memahami pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran yang sebagaimana mestinya, sehingga perlu adanya pelatihan agar Sumber Daya Manusia menjadi lebih baik.

2. Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga hendaknya meningkatkan pengawasan terhadap Objek Pajak untuk lebih mengoptimalisasikan penerimaannya.

3. Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga hendaknya lebih tegas terhadap pengusaha restoran yang tidak mau membayar pajak atas usahanya, jika memungkinkan dengan memberikan sanksi administrasi atau sanksi pidana bagi Wajib Pajak yang nakal.

4. Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga memberikan pendidikan dan pelatihan langsung kepada khalayak umum demi peningkatan pemahaman “ Perpajakan Indonesia “ khususnya dalam hal ini pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2006, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2006 Marihot P, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suandy, Erly.2002. Hukum Pajak, Jakarta : Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia No.34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia N0.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok – pokok Pemerintahan di Daerah

Undang – Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang Pajak Restoran.

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sibolga No. 7 Tahun 1976 tentang Pajak Pembangunan I

Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 Tahun 2008 tentang Pembentuka Organisasi Dinas – Dinas Kota Sibolga.

Peraturan Walikota No. 188.3.342/24/2008 tentang Tugas Pokok Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.

Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 2 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel dan Restoran. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada Kabupaten/Kota


(6)

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pungutan Pajak Daerah.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 172 Tahun 1997 tentang kriteria Wajib

Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dan Tata Cara Pembukuan.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah.