Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

O L E H

NAMA : SHANIA ZULIANA HARAHAP NIM : 112600034

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa tugas akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang berjudul “Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”. Tak lupa juga shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Junjungan Nabi Besar SAW yang telah memberikan syafaatnya sehingga membawa kita semua ke dunia yang kaya akan pengetahuan.

Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, maupun semangat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini, yaitu :

1. Kedua orang tua tercinta Zul Amali Harahap dan Yossi Maila yang telah memberikan seluruh tenaga, materi dan moril kepada saya, yang tak akan bisa saya balas.

2. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara,M.Si dan Ibu Arlina SH,M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(3)

4. Bapak Drs.M.H.Thamrin Nasution,M.Si selaku Dosen Pembimbing saya dalam proses penyusunan tugas akhir ini yang telah memberikan arahan serta masukan yang sangat membangun sampai selesainya tugas akhir ini.

5. Bapak Drs.Edward, M.SP yang telah menjadi Dosen Pembimbing Akademik saya dari awal kuliah hingga menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu staf pengajar di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani kuliah. 7. Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos yang telah banyak membantu selama masa

perkuliahan sampai dengan selesainya tugas akhir ini.

8. Kepada Ibu Umi Umami Lubis, SE dan Ibu Popy Maya Safira yang telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data.

9. Kepada adik kakak saya yang tak henti memberikan semangat dan doanya untuk saya.

10. Kepada Emir Nurfajar yang telah memberikan dukungan dan bantuannya selama proses pengerjaan tugas akhir ini.

11. Kepada Mutiara Chairanny Tampubolon dan Joshua Andiko Perangin-angin yang selalu memberikan semangat, dukungan dan kebaikan hatinya untuk menemani penulis dalam suka dan duka.

12. Kepada Indah, Yati, Vani, Husna, Icha, Ayuni, dan Iqrar teman-teman seperjuangan yang menemani penulis dari awal kuliah sampai akhir. Terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya kawan-kawan.


(4)

13. Kepada seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU khususnya Tax A 2011, terima kasih atas kegilaan yang kalian berikan selama perkuliahan ini.

Tentunya dalam melakukan penulisan ini terdapat banyak kekurangan dari penulis, sehingga penulis mengharapkan kritikan dan saran yang mebangun dari pembaca. Dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dan pembaca. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2014

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1 B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 4 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 4 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 4

2.1 Bagi Mahasiswa 4

2.2 Bagi Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan 5

2.3 Bagi Program Studi 5

C. Uraian Teoritis 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri 8

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri 9 G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 10

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN 12

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan 12 B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan 14 C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan kota Medan 16


(6)

2. Sekretariat 16

3. Bidang Pendataan Dan Penetapan 18

4. Bidang Penagihan 20

5. Bidang Bagi Hasil Pendapat 21

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 23

7. Unit Pelaksana Teknis 24

8. Kelompok Jabatan Fungsional 24

D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan 25

E. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan 26

BAB III GAMBARAN DATA WAJIB PAJAK RESTORAN 27

A. Ketentuan Umum 27

1. Pengertian Perpajakan 27

2. Jenis Pajak 28

3. Fungsi Pajak 29

4. Tata Cara Pemungutan Pajak 30

5. Pengertian Pajak Daerah 32

B. Pengertian Pajak Restoran 36

C. Objek, Subjek Dan Wajib Pajak Restoran 37

1. Objek Pajak Restoran 37

2. Subjek Pajak Restoran 37


(7)

D. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak Dan Cara Perhitungan Pajak Restoran 38 E. Mekanisme Pemungutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

39

1. Pengukuhan Pajak Restoran 40

2. Pendaftaran Dan Pendataan 41

3. Pelaporan Pajak Dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah 41

4. Penetapan Pajak Restoran 42

5. Pembayaran Pajak Restoran 42

6. Penagihan Pajak Restoran 43

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI 45

A. Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Restoran Yang Dilakukan

Oleh Dinas Pendapatan Kota Medan 45

B. Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Di Kota Medan 46 1. Jumlah Wajib Pajak Restoran Di Kota Medan 46 2. Data Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Di Kota Medan

48 C. Masalah-masalah Dan Kendala-kendala Yang Berkaitan Dengan Pemungutan

Pajak Restoran Di Kota Medan 49

D. Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Restoran Di

Kota Medan 50


(8)

A. Kesimpulan 52

B. Saran 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Demi mewujudkan kemandirian suatu Bangsa dan Negara pembiayaan pembangunan, pemerintah perlu melakukan usaha-usaha yang cukup optimal, salah satunya adalah menggali sumber-sumber dana yang berasal dari dalam negeri. Pada saat ini sektor perpajakan merupakan salah satu sumber penerimaan yang ideal baik itu penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Bila dilihat dari potensinya, sektor perpajakan dapat menjadi salah satu sektor yang dapat memenuhi pembiayaan pembangunan yang dilakukan secara berkala materil maupun spiritual. Bisa berjalan secara baik atau tidak pemanfaatan sumber ini tidak lepas dari adanya kebijakan-kebijakan dari pemerintah dan peran serta masyarakat yang memiliki kepedulian akan kemandirian bangsanya.

Dengan adanya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah maka pemerintah memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri melalui sistem otonomi daerah, yang berguna dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber yang ada di daerah dan wilayah negara ini. Ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom maupun berotonomi yaitu terletak pada kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri,


(10)

mengolah dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Sumber pendapatan yang dimaksud terdiri atas : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah (Mustaqiem, 2008 : 4).

Selain itu pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang No. 34 Tahun 2000 mengenai pembagian atas pajak daerah yang mana kini telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pada Undang-undang ini dapat kita ketahui pajak yang menjadi pajak daerah Provinsi dan pajak daerah kabupaten/kota dengan pembagian adalah sebagai berikut :

1. Pajak Daerah Provinsi terdiri dari : Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

2. Pajak Daerah Kabupaten/ Kota terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dan Pajak Parkir.


(11)

Sesuai dengan Undang-undang tersebut maka daerah yang menjadi daerah otonom harus berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan penerimaan pajak daerahnya.

Oleh karena itu, Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang menekankan pada pendidikan profesionalisme untuk membentuk tenaga-tenaga ahli tingkat madya yang kompeten dalam menangani pekerjaan, melaksanakan kegiatan yang disebut dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Sebagai mahasiswa yang peduli mengenai perpajakan dan penerimaan daerah lainnya sehubung dengan peningkatan kesejahteraan rakyat, maka melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis coba mengangkat topik mengenai pajak restoran, karena pajak restoran merupakan salah satu dari pajak daerah yang potensial dikarenakan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka sangat diharapkan pajak restoran sebagai alternatif pendanaan pemerintah untuk mendukung peningkatan kemampuan daerah dalam rangka mengembangkan sumber-sumber pendapatan daerah yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan membangun Kota Medan (Siahaan, 2006 : 3).

Oleh karena itu, tentunya penulis akan berusaha semaksimal mungkin dalam menggali kemampuan yang diperoleh dan dimiliki dalam membahas mengenai pajak restoran, khususnya judul yang penulis susun yaitu “Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan”.


(12)

Dengan harapan kegiatan ini nantinya mampu memberikan sumbangsih dalam dunia perpajakan dan pengetahuan yang mendalam khususnya pada pajak restoran.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pengalaman praktik di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori yang diterima di bangku perkuliahan, tentunya dapat memberikan tujuan dan manfaat.

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan mandiri adalah :

1.1. Untuk mengetahui mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak restoran yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan.

1.2. Untuk mengetahui masalah-masalah, kendala-kendala yang berkaitan dengan pemungutan pajak restoran.

1.3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan ke dalam permasalahan yang dihadapi di dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan ikut bergabung langsung sekaligus berperan serta kedalam lingkungan kerja.


(13)

b. Menumbuhkan dan menciptakan semangat kerja dan profesionalisme dalam melaksanakan pekerjaan serta mengembangkan tanggung jawab dan disiplin.

c. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman.

d. Mendorong mahasiwa untuk belajar menjadi tenaga ahli yang siap pakai.

2.2 Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan

a. Memperoleh ide dan masukkan untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Restoran.

b. Agar dapat membantu Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mensosialisasikan pajak restoran kepada masyarakat.

c. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam peningkatan sumber daya manusia.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Membuka interaksi antara universitas dengan instansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan.

b. Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.

c. Memberikan uji nyata disiplin ilmu yang telah diterima semasa perkuliahan.


(14)

d. Mempromosikan sumber daya Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Uraian Teoritis

Dalam UUD RI 1995 yaitu pasal 23A menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”. Pasal tersebut menunjukkan bahwa pengaturan bidang perpajakan bukan hanya sekedar hak, tetapi merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh Negara, sekaligus sebagai bentuk identitas dalam pengaturan bidang perpajakan (Markus, 2005 : 2).

1. Pengertian Pajak

Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH, ”Pajak adalah iuran kas kepada Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kompensasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Suandy, 2002 : 11).

Menurut Prof.Dr.M.J.H.Smeet, “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditujukkan dalam hal yang individual, maksudnnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Suandy, 2002 : 10).

2. Pengertian Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang diselesaikan dengan pembayaran direstoran.


(15)

3. Objek Pajak Restoran

Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan di restoran. Termasuk bar, café, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi/ kopi, kedai mie, steak house, coffee shop, ice cream place, sate house, fast food, catering 28/2009 dan meliputi penjualan makanan/ minuman ditempat yang disertai penyantapan maupun yang dibawa pulang.

4. Objek Pajak Restoran yang Dikecualikan

Adalah pelayanan jasa boga dan pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang pendapatannya tidak melebihi Rp 9.000.000 setiap bulan.

5. Subjek Pajak Restoran

Adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/ minuman dari restoran (pasal 3 ayat 1).

6. Wajib Pajak Restoran

Adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dilakukan pada kantor Dinas Pendapatan Kota Medan. Penulis akan membahas secara rinci mengenai :

1. Mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan.


(16)

3. Kendala dalam prosedur dalam pengenaan dana pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pajak restoran.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan Prosedur Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran (2011 - 2014) dan akan mencari informasi yang berasal dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan. Sebagai bahan referensi untuk mengetahui Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang dipergunakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis mempersiapkan konsep-konsep yang telah diterima dalam perkuliahan, menentukan judul tugas akhir, menentukan tempat diadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), serta melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Studi Literatur

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(17)

3. Objek Lapangan

Melakukan peninjauan langsung atau observasi lapangan secara langsung di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan mengenai Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan melakukan data prosedur pemungutan pajak restoran melalui :

a. Data Primer diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis di kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

b. Data Sekunder bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang yang berhubungan dengan pajak restoran.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut : 1. Data Interview

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukkan data primer dan informasi tentang prosedur pemungutan pajak restoran.

2. Data Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan mengumpulkan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.


(18)

3. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan prosedur pemungutan pajak restoran dan meminta berbagai dokumen di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan pembuatan sistematika penulisan laporan akhir ini agar penulisan lebih terarah, dan membatasi permasalahan yang akan dibahas atas beberapa bab sesuai dengan penelitian serta mempermudah pemahaman dalam penulisan laporan ini. Sistematis penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan subbab dan diberi penjelasan yang terperinci, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan, dan Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat tentang berdirinya kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, Struktur Organisasi, Uraian


(19)

Tugas Pokok serta fungsi-fungsi dari masing-masing bagian, serta gambaran pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang ketentuan-ketentuan mengenai pajak restoran, objek dan subjek pajak restoran, cara perhitungan serta mekanisme pemungutan pajak restoran.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai cara perhitungan, pengenaan, target dan realisasi pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan, masalah-masalah yang dihadapi dalam pemungutan pajak restoran serta upaya-upaya peningkatan pada restoran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi kemajuan penerimaan pajak restoran.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub bagian ini belum terdapat Sub Seksi, karena pada saat itu wajib pajak/ wajib retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Dengan mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan di Kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut diubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerima pajak dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak/ wajib retribusi di dalam Kota Medan, yang terdiri dari 21 kecamatan diantaranya kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Sunggal, dan lainnya.

Sehubungan dengan Menteri Dalam Negeri KUPD No. 7/12/41-10 tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Pendapatan Daerah di seluruh Indonesia. Maka Pemerintah Kota Medan, berdasarkan Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru. Di dalam struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru ini dibentuklah seksi-seksi


(21)

administrasi Dinas Pendapatan, juga dibentuk Bagian Tata Usaha yang membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Bagian yaitu sub sektor perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintah daerah dalam mendukung serta memelihara pembangunan dan didalam peningkatan penerimaan pendapat daerah.

Meningkatnya pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebiajaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia.


(22)

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988. 3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan

organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Medan melakukan Penataan Organisasi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah di Lingkungan Perintah Kota Medan, salah satunya adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Struktur Organisasi melalui Surat Keputusan Walikota Nomor 1 Tahun 2001 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Adapun struktur organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat terdiri dari : 2.1.Sub Bagian Umum 2.2.Sub Bagian Keuangan


(23)

2.3.Sub Bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari : 3.1.Seksi Pendataan dan Pendaftaran

3.2.Seksi Pemeriksaan 3.3.Seksi Penetapan

3.4.Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Bidang Penagihan terdiri dari :

4.1.Seksi Pembukuan dan Verifikasi 4.2.Seksi Penagihan dan Perhitungan 4.3.Seksi Pertimbangan dan Restitusi 5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

5.1.Seksi Bagi Hasil Pajak

5.2.Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak 5.3.Seksi Penatauasahaan Bagi Hasil

5.4.Seksi Peraturan perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan 6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :

6.1.Seksi Pengembangan Pajak 6.2.Seksi Pengembangan Restitusi

6.3.Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain 7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)


(24)

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan 1. Dinas

Dinas merupakan Unsur Pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah. Dinas mempunyai tugas dan pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas ekonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Dinas Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

1.1.Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan

1.2.Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pendapatan

1.3.Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan

1.4.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Dalam melaksanakan tugas pokok sekretariat menyelenggarakan fungsi : 2.1.Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan


(25)

2.2.Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program dinas

2.3.Pelaksanaan dan penyelegaraan pelayanan administrasi kesekretariatan dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan dinas

2.4.Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan

2.5.Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas dinas 2.6.Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian 2.7.Pelaksanan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan

2.8.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Kesekretariatan terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum, menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusun rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum c) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah

dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan dinas

d) Pengelolaan administrasi kepegawaian

e) Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian


(26)

g) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai tugas dan

fungsinya

b. Sub Bagian Keuangan, menyenggarakan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan c) Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi keuangan

kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan, dan verifikasi

d) Penyiapan bahan/ pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan

e) Penyusunan laporan keuangan dinas

c. Sub Bagian Penyusunan Program, menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program

b) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program dinas

c) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas

3. Bidang Pendataan Dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan informasi.


(27)

Dalam melaksanakan tugas pokok seksi Pendataan dan Penetapan, menyelenggarakan fungsi :

3.1.Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidan Pendataan dan Penetapan 3.2.Peyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan

penetapan, dan pengolahan data dan informasi

3.3.Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendataan daerah lainnya

3.4.Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait

3.5.Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

3.6.Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi

3.7.Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan

Bidan Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran

b. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan penetapan lingkup pemeriksaan


(28)

c. Seksi Penetapan, mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan penetapan pokok pajak daerah/ pokok retribusi daerah

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi

4. Bidang Penagihan

Bidang penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang penagihan mempunyai tugas poko melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbanngan dan restitusi.

Dalam melaksanakan tugas pokok bidang penagihan menyelengarakan fungsi : 4.1.Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang penagihan

4.2.Penyusunan petunjuk teknis lingkup pebukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi

4.3.Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

4.4.Pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

4.5.Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindah bukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

4.6.Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak


(29)

4.7.Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang penagihan 4.8.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas

dan fungsinya

Bidang Penagihan terdiri dari :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas bidang penagihan dan perhitungan

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas bidang penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Hasil Bagi Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan, meyenggarakan fungsi :

5.1.Penyusunan rencana, program, kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan 5.2.Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,


(30)

5.3.Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan daerah yang syah

5.4.Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah

5.5.Pelaksanaan pengkajian peraturan perundang0undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang syah

5.6.Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan

5.7.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

a. Seksi Bagi Hasil Pajak, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup bagi hasil pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup bukan pajak

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil


(31)

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembanga Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi :

6.1.Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

6.2.Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain

6.3.Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi dan pendapatan lainnya

6.4.Perhitungan potensi pajak dan retribusi daerah

6.5.Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidan pengembangan pendapatan daerah

6.6.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya


(32)

a. Seksi Pengembangan Pajak, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan pajak

b. Seksi Retribusi, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain

7. Unit Pelaksanaan Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

8.1.Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

8.2.Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsioanl Senior yang ditunjuk

8.3.Jumlah Tenaga Kerja Fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja

8.4.Jenis dan Jenjang Jabatan Fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan


(33)

D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan NO Bagian/ Subdis/ Bendahara/ Swakelola Jumlah

1 Sekretariat 1 Orang

Dinas 1 Orang

Bagian Umum/ Keuangan/ Penyusunan Program

39 Orang Bendahara Penerimaan/ Pengeluaran 22 Orang Penyimpanan Barang Berharga, Penyimpan Barang & Pengurus Barang 20 Orang 2 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 30 Orang

3 Bidang Penagihan 52 Orang

4 Bidang Pendataan Dan Penetapan (DATAP) 88 Orang 5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 90 Orang 6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 57 Orang


(34)

E. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan

No Golongan Jumlah

1 IV/b 1 Orang

2 IV/a 7 Orang

3 III/d 38 Orang

4 III/c 42 Orang

5 III/b 102 Orang

6 III/a 97 Orang

7 II/d 9 Orang

8 II/c 12 Orang

9 II/b 34 orang

10 II/a 7 Orang

11 I/c 1 Orang

Jumlah Keseluruhan 353 Orang

Keterangan :

Pegawai Negeri Sipil : 353 Orang Pegawai Honor : 48 Orang Pegawai Outsourcing : 31 Orang


(35)

BAB III

GAMBARAN DATA WAJIB PAJAK RESTORAN

A. Ketentuan Umum

Dalam UUD RI 1945 yaitu pasal 23A menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-undang”, pasal tersebut menunjukkan bahwa pengaturan bidang perpajakan bukan hanya sekedar hak, tetapi merupakan kewajiban yang harus dilakukan Negara, sekaligus bentuk intimidasi dalam pengaturan bidang perpajakan.

1. Pengertian Perpajakan

Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH, ”Pajak adalah iuran kas kepada Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kompensasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Suandy, 2002 : 11).

Menurut Prof.Dr.M.J.H.Smeet, “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditujukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Suandy, 2002 : 10).

Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pajak adalah : 1.1.Iuran dari rakyat kepada Negara, yang berhak memungut pajak hanyalah


(36)

1.2.Berdasarkan Undang-undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

1.3.Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

1.4.Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Jenis pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.

2.1 Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan dapat dilimpahkan atau dibebankan pada pihak lain.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.


(37)

2.2 Menurut sifat pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak.

2.3 Menurut lembaga pemungut pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Pajak negara (pajak pusat) adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten atau kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

3. Fungsi Pajak

Pajak yang telah dipungut dari masyarakat ke kas negara memiliki fungsi yaitu fungsi budgetair dan fungsi regularend.

3.1 Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan.


(38)

Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan pajak.

3.2 Fungsi Regularend (Pengatur)

Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

4. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak (Suandy, 2002 : 11).

4.1 Stelsel Pajak, pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu:

a. Stelsel nyata (rill), menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk PPh maka objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan dalam satu tahun pajak diketahui.

b. Stelsel anggapan (fictieve), menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh penghasilan satu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya sehingga pajak yang terutang pada satu tahun


(39)

sama dengan tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.

c. Stelsel campuran, menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuiakan dengan penghasilan yang sebenarnya.

4.2 Asas Pemungutan Pajak, terdiri atas tiga asas, yaitu:

a. Asas domisili, menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

b. Asas sumber, menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas kebangsaan, menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri.


(40)

4.3 Sistem Pemungutan Pajak menurut Undang-undang No. 18 tahun 1997 dan Undang-undang No. 34 tahun 2000, antara lain:

a. Official assessment system, adalah sistem yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Self assessment system, adalah sistem yang memberi kewenangan kepada wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. With holding system, adalah sistem yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pengertian Pajak Daerah

Menurut UU RI No. 28 Tahun 2009, pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2011, tentang Pajak Daerah Kota Medan :


(41)

2.1.Daerah adalah Kota Medan.

2.2.Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan. 2.3.Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

2.4.Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.

2.5.Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.6.Badan adalah sekumpulan orang/ atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Sosial Politik atau organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan Bentuk Usaha Tetap.

2.7.Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.


(42)

2.9.Restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya.

2.10. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dikenakan pajak. 2.11. Wajib Pajak adalah oerang pribadi atau badan, meliputi pembayaran

pajak, pemotongan pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai denagn ketentuan perundang-undangan perpajakan daerah.

2.12. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dalam Peraturan Kepala Daerah paling lama 2 (dua) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.

2.13. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender, kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

2.14. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Perpajakan daerah.

2.15. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan


(43)

menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. 2.16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat

SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

2.17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

2.18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

2.19. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.


(44)

B. Pengertian Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran. Dalam pemungutan pajak restoran terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui. Terminologi tersebut dapat dilihat berikut ini :

1. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/ atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan katering.

2. Pengusaha Restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun, yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannnya melakukan usaha dibidang rumah makan.

3. Bon Penjualan (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak saat mengajukan pembayaran atas pembelian makanan dan/ atau minuman kepada subjek pajak.

Dasar hukum pemungutan Pajak Restoran pada suatu Kabupaten atau Kota adalah sebagaimana dibawah ini :

a. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang merupakan perubahan atas undang No. 34 tahun 2000 yang sebelumnya adalah Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan kemudian disempurnakan menjadi Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.


(45)

c. Keputusan Menteri keuangan No. 43 tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Adminstrasi Pajak daerah, Retribusi daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain.

d. Peraturan Daerah No. 5 tahun 2011 tentang Pajak daerah Kota Medan.

e. Keputusan Bupati/ Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai aturan Pelaksana Peraturan Daerah tentang pajak restoran pada Kabupaten/ Kota dimaksud.

C. Objek, Subjek Dan Wajib Pajak Restoran 1. Objek Pajak Restoran

Objek Pajak restoran adalah setiap pembayaran atas pelayanan yang disediakan direstoran/ rumah makan. Pelayanan yang dimaksud adalah penjualan makanan dan minuman ditempat, yang disertai dengan fasilitas. Yang termasuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, café, bar dan sejenisnya.

Pada pajak restoran tidak semua pelayanan diberikan oleh restoran/ rumah makan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu pelayanan yang disediakan direstoran yang nilai omset penjualannya tidak melebihi Rp 9.000.000 (sembilang juta rupiah) setiap bulan.

2. Subjek Pajak Restoran

Yang menjadi subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran makanan dan minuman atas pelayanan restoran/ rumah


(46)

makan. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran/ rumah makan.

3. Wajib Pajak Restoran

Yang menjadi wajib pajak restoran adalah pengusaha restoran/ rumah makan, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha dibidang restoran/ rumah makan.

Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada pajak restoran tidak sama. Konsumen yang menikmati pelayanan restoran merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak sedangkan pengusaha restoran bertindak sebagai wajib pajak.

D. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak, dan Cara Perhitungan Pajak Restoran

1. Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan atas pelayanan yang dilakukan restoran/ rumah makan. Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar subjek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pembelian makanan atau minuman, termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga dilakukan berkaitan dengan dunia usaha lainnya.

2. Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan oleh Kabupaten/ Kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan


(47)

untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah Kabupaten/ Kota utnuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing.

3. Cara Perhitungan Pajak restoran, besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak restoran. Secara umum perhitungan pajak restoran adalah sesuai dengan rumus berikut :

Pajak Terutang = tarif pajak x dasar pengenaan pajak

= tarif pajak x jumlah pembayaran yang dilakukan kepada Restoran

Contoh :

Pada tanggal 28 Mei 2014, Tuan Ali mengkonsumsi makanan dan minuman di Restoran Selera Bersama dengan jumlah Rp 550.000. Hitunglah besarnya pajak restoring yang dikenakan terhadap Tuan Ali.

Jawab : pajak terutang = tarif pajak x jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran

= 10% x Rp 550.000 = Rp 55.000

E. Mekanisme Pemungutan Pajak Restoran Di Dinas Pendapatan Kota Medan

Pemungutan pajak restoran adalah suatu rangkaian mulai dari penghimpunan data objek pajak restoran dan subjek pajak restoran, dengan penetuan besarnya pajak


(48)

restoran yang terutang sampai kegiatan menerima pembayaran pajak restoran tersebut dari wajib pajak. Untuk itu wajib pajak terlebih dahulu melaporkan jenis usahanya kepada Dinas Pendapatan Kota Medan. Dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Pengukuhan Wajib Pajak

Wajib pajak restoran mendaftarkan usahanya kepada Dinas Pendapatan Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat-lambatnya tiga puluh hari sebelum dimulainya kegiatan usahanya. Untuk dikukuhkan dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Jangka waktu ini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh Bupati atau Walikota dimana pajak restoran tersebut dipungut.

Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat pajak terutang pajak restoran, tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan pengawasan bagi petugas dinas pendapatan. Apabila pengusaha restoran atau rumah makan tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu yang ditentukan, kepala dinas pendapatan daerah akan menetapkan pengusaha tersebut untuk pemberian nomor pengukuhan dan NPWP serta bukan merupakan penetapan besarnya pajak terutang. Tata cara pelaporan dan pengukuhan wajib pajak ditetapkan oleh Bupati/ Walikota dengan surat keputusan.


(49)

2. Pendaftaran dan Pendataan

Untuk mendapatkan data wajib pajak, dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak. Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendaftaran dan pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak. Setelah dokumen disampaikan kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi formulir dengan jelas, lengkap serta mengembalikan kepada petugas pajak. Selanjutnya petugas pajak mencatat formulir pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh wajib pajak berdasarkan nomor urut dan digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.

3. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (STPD)

Wajib pajak restoran wajib melaporkan kepada Bupati/ Walikota dalam praktiknya. Kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Kabupaten/ Kota tentang perhitungan dan pembayaran pajak restoran yang terutang. Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap dan benar serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya disampaikan kepada Walikota/Bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak. Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut dihimpun dan dicatat atau dituangkan dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir,


(50)

yang akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak terutang. Keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan dan/ atau dilampirkan SPTPD ditetapkan oleh Walikota Kota Medan.

4. Penetapan Pajak Restoran

Berdasarkan SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak dan pendataan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah, Walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh Walikota menetapkan pajak restoran yang terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama tiga puluh hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Walikota. Apabila setelah lewat waktu yang ditentuan wajib pajak tidak atau kurang bayar pajak terutang SKPD, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar dua persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

5. Pembayaran Pajak Restoran

Pembayaran pajak restoran dilakukan wajib pajak dengan menyetorkan pajak ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Namun dalam keadaan tertentu Walikota atau pejabat yang ditunjukkan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak restoran terutama dalam kurun


(51)

waktu tertentu. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.

6. Penagihan Pajak Restoran

Apabila pajak restoran yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, Walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutama dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Pembetulan Keputusan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Tata cara penagihan pajak restoran :

6.1.Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindak pelaksanaan penagihan pajak apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tidak dilunasi sampai melewati 7 (tujuh) hari dari batas waktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkannya). 6.2.Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 (dua puluh satu) hari dari

tanggal surat teguran maka akan diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh juru sita pajak negara dengan dibebani biaya penagihan paksa sebesar Rp 25.000 (dua puluh lima ribu), utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam.

6.3.Apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang wajib pajak, dengan


(52)

dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar Rp 75.000 (tujuh puluh lima ribu rupiah).

6.4.Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan.


(53)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Restoran Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendapatan Kota Medan

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah tidak dapat di borongkan, artinya seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat di serahkan kepada pihak ketiga, walaupun demikian di mungkinkan adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan formulir perpajakan, pengiriman surat-surat kepada wajib pajak, atau penghimpunan data objek dan subyek pajak. Kegiatan yang tidak dapat di kerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan, penyetoran pajak dan penagihan pajak. Dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan menganut sistem pemungutan Official Assessment System, yaitu sistem pemungutan pajak yang dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya oleh aparat atau petugas perpajakan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pajak yang terutang dibayar ke kas daerah melalui bank atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.


(54)

Tabel 4.1

Mekanisme Pemungutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan gambar 4.1 bahwa mekanisme pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan berawal dari pendaftaran dan pendataan yang dilakukan oleh wajib pajak. Pendaftaran yang dilakukan oleh wajib pajak ada dua yaitu pendaftaran dan pendataan wajib pajak baru dan wajib pajak pemilik NPWPD yang selanjutnya mengandung sistem Official Assessment System.

B. Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Di Kota Medan 1. Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan

Pajak restoran merupakan sumber dana permanen dari salah satu pajak daerah yang memberikan kontribusi setiap tahun dalam penyusunan anggaran Negara.


(55)

Dilihat dari data jumlah wajib pajak pajak restoran yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Kota Medan sampai tahun 2014 sebanyak isi wajib pajak. Yang menggunakan Official Assessment System antara lain yaitu :

Tabel 4.2

Jumlah Wajib Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan Tanggal 1 Januari 2014 s/d 25 Juni 2014

Sumber data : Dinas Pendapatan Kota Medan

NO Jenis Pajak Restoran Jumlah

1 Restoran Cepat Saji 3

2 Restoran Nasional 135

3 Restoran Khas Daerah 8

4 Warung Nasi/ Kedai Kopi/ dll 52


(56)

2. Data Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Di Kota Medan

Berdasarkan tabel dan realisasi pendapatan Kota Medan selama 4 (empat) tahun khusus pajak restoran dapat kita lihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3

Target Dan Realisasi Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun Anggaran 2011 - Mei 2014

Tahun Target Realisasi (Rp) Sisa Lebih/ Kurang

Persentase (%)

2011 96.209.441.389,00 70.485.458.321,76 25.723.983.067,24 73,26% 2012 113.209.441.000,00 83.182.567.950,56 30.026.873.049,44 73,48% 2013 113.209.441.000,00 91.590.223.058,75 21.619.217.941,25 80,9% Mei-14 113.209.441.000,00 38.342.114.799,94 74.867.326.200,06 33,87% Sumber data : Dinas Pendapatan Kota Medan

Dari tabel 4.3 mengenai target realisasi pajak restoran pada tahun anggaran 2011 s/d Mei 2014 dapat kita lihat dari penjabaran berikut. Target pajak restoran tahun 2011 yaitu Rp 96.209.441.389,00, sedangkan yang terealisasi sebesar Rp 70.485.458.321,00 dengan presentase 73,26%. Pada tahun 2012 target pajak restoran Rp 113.209.441.000,00 dan terealisasi sebesar Rp 83.182.567.950,00 dengan presentase 73,48%. Pada tahun 2013 target pajak restoran sebesar Rp 113.209.441.000,00 sedangkan yang terealisasi sebesar Rp 91.590.223.058,75 dengan presentase 80,90%. Pada tahun ini penerimaan pajak restoran meningkat dibanding 2 (dua) tahun sebelumnya. Pada tahun anggaran 2014 target pajak restoran sebesar Rp 113.209.441.000,00, yang terealiasi sampai bulan Mei 2014 sebesar Rp


(57)

38.342.114.799,94 dengan persentase 33,87%. Dan kurang Rp 74.867.326.200,06 untuk mencapai target yang diinginkan.

Dari data tersebut dapat dilihat pada tahun 2011 - 2013 pajak restoran tidak mencapai target. Namun mengalami peningkatan pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa pemungutan dan penagihan pajak restoran yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan tidak mencapai target dan harus lebih bekerja keras lagi agar dapat mencapai target yang diinginkan.

C. Masalah-masalah Dan Kendala-kendala Yang berkaitan Dengan Pemungutan Pajak Restoran Di Kota Medan

Dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak restoran masih ditemui masalah-masalah yang harus dicari solusinya dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak daerah. Sebagaimana masalah dan kendala yang dihadapi adalah :

1. Sulitnya bertemu dengan wajib pajak dikarenakan wajib pajak tidak ingin bertemu atau memiliki kesibukan pada saat wajib pajak tersebut ingin ditemui. Pada saat wajib pajak diberikan surat pemberitahuan tetapi wajib pajak tersebut tidak mengindahkannya, maka diberikan surat peringatan pertama (5 hari) dan apabila masih belum diindahkan maka diberi peringatan kedua (2 hari). Karena banyaknya wajib pajak tidak patuh dengan surat peringatan kedua itu maka wajib pajak tersebut ditetapkan secara jabatan.


(58)

2. Beberapa wajib pajak tidak mau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) sendiri, tetapi mereka menggunakan jasa Konsultan.

3. Keterlambatan wajib pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak restoran.

4. Data dari wajib pajak tidak lengkap seperti laporan penjualan. Apabila tidak lengkap maka dilakukan penongkrongan (penjagaan) kompetisi dari wajib pajak selama 30 hari kerja (1 bulan kelender).

5. Kurangnya ketegasan pemerintah dalam mengatur pajak daerah.

D. Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Restoran Di

Kota Medan

Berdasarkan data yang berhasil penulis peroleh dari Dinas Pendapatan Kota Medan, penulis mendapatkan upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam hal meningkatkan penerimaan pajak restoran. Adapun upaya yang dilakukan tersebut adalah :

1. Melakukan pendataan terhadap wajib pajak sehngga data yang disampaikan dapat lebih mendekati akuratisasi data.

2. Melakukan koordinasi dengan bendahara SKPD yang ada dilingkungan Kota Medan, selaku wajib pungut dalam hal pemungutan pajak restoran atas kegiatan yang dilakukan SKPD terkait.

3. Membentuk tim terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah Terhadap Tepat Usaha


(59)

dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Hasil nyata yang diperoleh sejak terbentuknya tim terpadu ini adalah meningkatnya Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pembayaran pajak terutang wajib pajak.

4. Mengadakan peninjauan ulang atau mendata ulang apabila terjadi kesalahan dalam pemeriksaan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pendataan apabila dilakukan peninjauan kembali atau meneliti data dengan benar ,sehingga tidak adanya lagi kesalahan-kesalahan dalam perhitungan besar pajak yang seharusnya terutang.

5. Melakukan pengawasan secara rutin kepada wajib pajak. Hal ini dilakukan guna menghindari adanya penyimpangan atau adanya data yang ditidak benar disampaikan oleh wajib pajak.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan adanya gambaran umum dan uraian-uraian mengenai pajak restoran serta beberapa masalah dalam pelaksanaan pemungutan dan penagihannya, maka penulis telah mengemukakan hasil data yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan dan telah mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Dalam hal ini yang dimaksud dengan restoran adalah tempat menyantap makanan dan/ atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan catering. Dan yang nilai omset penjualannya tidak melebihi Rp 9.000.000 (sembilang juta rupiah) setiap bulan.

2. Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Besarnya tarif ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan, sehingga memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan besarnya tarif pajak restoran sesuai dengan kondisi masyarakat. 3. Pengenaan dan pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, wajib pajak harus memperhitungkan pajak terutangnya sampai dengan penyetorannya.


(61)

4. Realisasi penerimaan pajak restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan pada tahun 2013 adalah 80,9%, sedangkan pada tahun 2014 sampai bulan Mei berjalan realisasi penerimaan pajak restoran adalah 33,87%.

5. Pada Dinas Pendapatan Kota Medan, sistem pemungutan pajak yang digunakan adalah Official Assessment System.

6. Masalah-masalah yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Medan dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran antara lain, yaitu kurangnya kesadaran wajib pajak untuk menyetorkan pajaknya, adanya tekanan ekonomi wajib pajak, dan lain sebagainya yang mengakibatkan wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.

7. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mengoptimalkan pemungutan pajak restoran antara lain, yaitu melaksanakan pendataan ulang, melakukan pendekatan kepada wajib pajak, melaksanakan penagihan langsung, meningkatkan kinerja aparat pemungut pajak, dan lain sebagainya.

B. Saran

Agar pelaksanaan pemungutan pajak restoran di Kota Medan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperolah hasil yang optimal, maka hal yang perlu dilakukan adalah :

1. Dinas Pendapatan Kota Medan harus dapat menciptakan iklim perpajakan yang baik di lingkungannya sendiri agar masyarakat umum atau wajib


(62)

pajak tahu bahwa dengan membayar pajak tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri, sehingga meningkatkan kesadaran kepatuhan masyarakat akan kewajibannya.

2. Dinas Pendapatan Kota Medan harus mengelola pajak daerah sesuai dengan Undang-undang perpajakan yang berlaku secara baik dan benar. Dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak, semua aparat atau petugas perpajakan memelihara sifat jujur, sopan dan tegas yang akan menambah kepercayaan wajib pajak terhadap petugas.

3. Aparat atau petugas perpajakan hendaknya melakukan pendekatan/ sosialisasi kepada masyarakat umum atau wajib pajak agar mereka lebih sadar akan pentingnya membayar pajak. Dan aparat atau petugas perpajakan seharusnya mereka yang benar-benar mengerti tentang pajak daerah terutama pajak restoran.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Mustaqiem, H, 2008, Pajak Daerah Dalam Transisi Otonomi Daerah, FH UII Press Yogyakarta

Siahaan, P Marihot, 2006, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suandy, Early, 2002, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta UNDANG-UNDANG

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


(1)

2. Beberapa wajib pajak tidak mau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) sendiri, tetapi mereka menggunakan jasa Konsultan.

3. Keterlambatan wajib pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak restoran.

4. Data dari wajib pajak tidak lengkap seperti laporan penjualan. Apabila tidak lengkap maka dilakukan penongkrongan (penjagaan) kompetisi dari wajib pajak selama 30 hari kerja (1 bulan kelender).

5. Kurangnya ketegasan pemerintah dalam mengatur pajak daerah.

D. Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Restoran Di Kota Medan

Berdasarkan data yang berhasil penulis peroleh dari Dinas Pendapatan Kota Medan, penulis mendapatkan upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam hal meningkatkan penerimaan pajak restoran. Adapun upaya yang dilakukan tersebut adalah :

1. Melakukan pendataan terhadap wajib pajak sehngga data yang disampaikan dapat lebih mendekati akuratisasi data.

2. Melakukan koordinasi dengan bendahara SKPD yang ada dilingkungan Kota Medan, selaku wajib pungut dalam hal pemungutan pajak restoran atas kegiatan yang dilakukan SKPD terkait.

3. Membentuk tim terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah Terhadap Tepat Usaha


(2)

dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Hasil nyata yang diperoleh sejak terbentuknya tim terpadu ini adalah meningkatnya Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pembayaran pajak terutang wajib pajak.

4. Mengadakan peninjauan ulang atau mendata ulang apabila terjadi kesalahan dalam pemeriksaan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pendataan apabila dilakukan peninjauan kembali atau meneliti data dengan benar ,sehingga tidak adanya lagi kesalahan-kesalahan dalam perhitungan besar pajak yang seharusnya terutang.

5. Melakukan pengawasan secara rutin kepada wajib pajak. Hal ini dilakukan guna menghindari adanya penyimpangan atau adanya data yang ditidak benar disampaikan oleh wajib pajak.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan adanya gambaran umum dan uraian-uraian mengenai pajak restoran serta beberapa masalah dalam pelaksanaan pemungutan dan penagihannya, maka penulis telah mengemukakan hasil data yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan dan telah mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Dalam hal ini yang dimaksud dengan restoran adalah tempat menyantap makanan dan/ atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan catering. Dan yang nilai omset penjualannya tidak melebihi Rp 9.000.000 (sembilang juta rupiah) setiap bulan.

2. Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Besarnya tarif ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan, sehingga memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan besarnya tarif pajak restoran sesuai dengan kondisi masyarakat.

3. Pengenaan dan pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota

Medan adalah sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, wajib pajak harus memperhitungkan pajak terutangnya sampai dengan penyetorannya.


(4)

4. Realisasi penerimaan pajak restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan pada tahun 2013 adalah 80,9%, sedangkan pada tahun 2014 sampai bulan Mei berjalan realisasi penerimaan pajak restoran adalah 33,87%.

5. Pada Dinas Pendapatan Kota Medan, sistem pemungutan pajak yang

digunakan adalah Official Assessment System.

6. Masalah-masalah yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Medan dalam

pelaksanaan pemungutan pajak restoran antara lain, yaitu kurangnya kesadaran wajib pajak untuk menyetorkan pajaknya, adanya tekanan ekonomi wajib pajak, dan lain sebagainya yang mengakibatkan wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.

7. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam

mengoptimalkan pemungutan pajak restoran antara lain, yaitu melaksanakan pendataan ulang, melakukan pendekatan kepada wajib pajak, melaksanakan penagihan langsung, meningkatkan kinerja aparat pemungut pajak, dan lain sebagainya.

B. Saran

Agar pelaksanaan pemungutan pajak restoran di Kota Medan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperolah hasil yang optimal, maka hal yang perlu dilakukan adalah :


(5)

pajak tahu bahwa dengan membayar pajak tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri, sehingga meningkatkan kesadaran kepatuhan masyarakat akan kewajibannya.

2. Dinas Pendapatan Kota Medan harus mengelola pajak daerah sesuai

dengan Undang-undang perpajakan yang berlaku secara baik dan benar. Dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak, semua aparat atau petugas perpajakan memelihara sifat jujur, sopan dan tegas yang akan menambah kepercayaan wajib pajak terhadap petugas.

3. Aparat atau petugas perpajakan hendaknya melakukan pendekatan/

sosialisasi kepada masyarakat umum atau wajib pajak agar mereka lebih sadar akan pentingnya membayar pajak. Dan aparat atau petugas perpajakan seharusnya mereka yang benar-benar mengerti tentang pajak daerah terutama pajak restoran.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mustaqiem, H, 2008, Pajak Daerah Dalam Transisi Otonomi Daerah, FH UII Press Yogyakarta

Siahaan, P Marihot, 2006, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suandy, Early, 2002, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta UNDANG-UNDANG

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah