Prosedur Pemungutan Pajak Hotel di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

(1)

DAERAH KOTA MEDAN O

L E H

Nama : MUHAMMAD AZMI SIREGAR Nim : 102600073

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diplolma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas akhir ini adalah “ Prosedur Pemungutan Pajak Hotel di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ’’.

Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Adminisrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembimbing penulis


(3)

dengan baik.

4. Ibu Dra. Februati Trimurni, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang pertama yang telah banyak memberikan perhatian, petunjuk, dan arahan kepada penulis sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam pengurusan administrasi penulis.

7. Bapak Benny Sinomba Siregar, SE selaku supervisor lapangan penulis yang telah membantu penulis selama penelitian, dan juga kepada Ibu Mila, Pak Julius serta seluruh pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah banyak membantu dalam pemberian informasi baik berupa data maupun dalam wawancara sehingga penulis sangat terbantu dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.


(4)

Ibunda tercinta dan juga kepada kedua adikku tersayang yang telah banyak memberikan dukungan baik materil maupun moril serta mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini dengan baik.

9. Buat keluarga besar penulis yaitu nenek tercinta, uwak, tulang, nantulang, bujing, dan semua sepupuku yang selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

10.Seluruh teman-teman seperjuangan TAX B 2010, semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan berguna bagi keluarga, agama, bangsa dan Negara. Amin ya Allah…

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian laporan tugas akhir ini. Namun penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penyajian materi maupun dalam bahasa penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir


(5)

dapat terwujud tanpa atas kehendak dan seizin-Nya.

Akhirnya penulis berharap agar laporan tugas akhir ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 13 September 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 10

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11

F. Metode Pengumpulan Data ... 12

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 16

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 18

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 20

D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 39 BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL


(7)

D. Tarif dan Cara Penghitungan ... 45

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak hotel ... 47

F. Hak-hak Wajib Pajak Dalam Pemungutan Pajak Hotel ... 48

G. Data Jumlah Wajib Pajak pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 53

BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI A. Prosedur Pemungutan, Pembayaran dan Penagihan Pajak Hotel... 54

B. Data Penerimaan Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 57

C. Kendala-kendala yang Dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel ... 60

D. Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 63

B. SARAN ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(8)

TABEL 4.1 Target Penerimaan Pajak Hotel ... 58 TABEL 4.2 Realisasi Penerimaan Pajak Hotel ... 59


(9)

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa secara individu untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, seorang mahasiswa diharapkan untuk dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama perkuliahan di perguruan tinggi dan dapat mengembangkan semua keterampilan yang dimilikinya baik pada instansi pemerintah maupun pada perusahaan swasta tempat dimana dia melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tersebut.

Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap warga negara mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama yaitu untuk dapat mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Upaya dalam mewujudkan tujuan tersebut tentunya diperlukan dana yang cukup besar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satunya yaitu dari sektor pajak, yang mana pada saat sekarang ini kesadaran masyarakat dalam membayar pajak masih begitu rendah. Sedangkan kita ketahui bersama bahwa pajak itu memiliki peranan yang cukup besar bagi suatu Negara atau sumber pendapatan Negara yang paling utama. Tanpa adanya pajak, sebagian besar kegiatan Negara sulit untuk dapat dilaksanakan.


(10)

Wilayah Negara Indonesia yang cukup luas mengakibatkan pembagian dana ke setiap daerah di Indonesia tidak merata, maka dengan adanya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pemerintah daerah diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri dan mengurus kepentingan masyarakat daerah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian pemerintah daerah diharapkan menjadi suatu pemerintahan yang mandiri dan mampu menjadi daerah yang otonom.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah pada setiap provinsi dan kabupaten/kota maka pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola sepenuhnya sistem pemerintahan daerah yang bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah secara nyata, serasi, dan dinamis serta bertanggung jawab. Selain itu ciri utama yang menunjukkan bahwa suatu daerah mampu berotonomi yaitu terletak pada kemampuan keuangan daerahnya. Artinya, daerah yang otonom memiliki kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, serta mampu mengelola penerimaan dan pengeluaran keuangan untuk membiayai penyelenggaraan daerahnya. Sumber penerimaan daerah yang cukup besar salah satunya adalah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu berasal dari sektor pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Pajak daerah terbagi atas 2 kelompok, yaitu: pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pajak


(11)

kabupaten/kota memiliki kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan di tiap daerah di Indonesia. Salah satu pajak kabupaten/kota yang kontribusinya cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya di Kota Medan adalah pajak hotel.

Pajak hotel ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan daerah Kota Medan, mengingat saat ini pembangunan hotel atau jenis tempat penginapan lainnya berkembang begitu pesat. Maka dari itu perlu diketahui bagaimana prosedur pemungutan yang dikenakan kepada wajib pajak hotel yang ada di Kota Medan.

Melalui pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis ingin mengetahui bagaimana prosedur pemungutan pajak hotel yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan. Berdasarkan dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “ Prosedur Pemungutan Pajak Hotel di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.1.Untuk mengetahui prosedur pemungutan pajak hotel di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

1.2.Untuk mengetahui jumlah penerimaan pajak hotel di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan pada tahun 2010-2012.

1.3.Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan dalam pelaksanaan pemungutan pajak hotel tersebut.


(12)

1.4.Untuk mengetahui upaya apa saja yang ditempuh oleh Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah: 2.1.Bagi Mahasiswa

a. Agar dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan ke dalam dunia kerja.

b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya tentang pajak hotel.

c. Mempersiapkan mahasiswa agar memperoleh pengalaman dalam menghadapi dunia kerja di masa yang akan datang.

d. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan pendekatan sosial terhadap dunia kerja.

e. Untuk menimbulkan dan mengembangkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan dalam bekerja serta belajar perilaku baru dan mengasah keahlian bekerja dalam satu tim, bagaimana membina tim kerja yang baik dengan rekan-rekan.

2.2.Bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

a. Memperoleh sumber ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan pemungutan pajak hotel yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah


(13)

(DISPENDA) Kota Medan.

b. Untuk meningkatkan kualitas dan mutu dengan adanya kerja jangka pendek.

c. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2.3.Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

a. Untuk meningkatkan hubungan kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah dalam hal ini dengan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

b. Sebagai sarana untuk mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

c. Membuka interaksi antara dosen dengan instansi yang bersangkutan khususnya Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan. d. Memperoleh masukan dan saran untuk penyempurnaan kurikulum

sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan yang baik. e. Memberi uji yang nyata atas disiplin ilmu dan kurikulum yang telah


(14)

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarakan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, S.H (Waluyo, 2009: 3) Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja (Waluyo, 2009: 3) Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

2. Fungsi Pajak

2.1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.


(15)

2.2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (Waluyo, 2009:6).

3. Pengertian Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (10) tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Pengertian Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (20) tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah. Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sementara itu hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan dan fasilitas lain selama menginap tersebut dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan


(16)

dimiliki oleh pihak yang sama kecuali untuk pertokoan dan perkantoran (Darwin, 2010: 119).

5. Objek Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah.

Pasal 32 Ayat (1) : Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

Pasal 32 Ayat (2) : Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

6. Yang Tidak Termasuk Objek Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah. Yang tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat (1) adalah:

a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;

c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;


(17)

asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan

e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

7. Subjek Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 33 Ayat (1) tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

8. Prosedur Pemungutan Pajak Hotel

Prosedur adalah sebagai suatu kelompok yang merupakan suatu sub fungsi dari suatu sistem pemungutan, pembayaran dan pengumpulan kas.

Pemungutan adalah suatau rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.

Pelaksanaan pemungutan pajak hotel dilakukan dengan official assessment system. Official assessment system adalah sistem dimana pemungutan pajak dilakukan oleh fiskus, yaitu menetapkan pajak terutang melalui data-data atau dengan kata lain pajak yang terutang sudah dihitung dan ditetapkan oleh petugas pajak. Sedangkan self assessment system adalah sistem dimana wajib pajak diberi kepercayaan oleh fiskus untuk melakukan


(18)

sendiri kewajiban perpajakannya mengenai perhitungan, pembayaran, dan melaporkan pajak terutangnya ke kas daerah.

9. Tarif Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah.

Pasal 35 Ayat (1) : Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 35 Ayat (2) : Tarif pajak hotel ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang akan dilaksanakan ini, antara lain :

1. Prosedur pemungutan pajak hotel di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

2. Data jumlah penerimaan pajak hotel di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan pada tahun 2010-2012.

3. Kendala-kendala dalam pelaksanaan pemungutan pajak hotel di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel.


(19)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang dimulai dari pengajuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal, serta melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang, buku-buku perpajakan, majalah perpajakan, artikel ilmiah maupun literatur lainnya yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan observasi lapangan di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan. Dalam observasi ini penulis memberikan surat pengantar untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan melakukan pengamatan terhadap data yang diperlukan.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), dengan melalui dua cara yaitu :


(20)

4.1. Data Sekunder (data yang bersumber dari studi literatur seperti Undang-Undang, buku-buku, majalah maupun literatur lainnya yang berhubungan dengan pajak hotel).

4.2. Data Primer (data yang diperoleh melalui wawancara langsung terhadap pihak yang memahami serta dianggap mampu memberi masukan dan informasi yang berhubungan dengan pajak hotel).

5. Analisis dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul secara lengkap, maka penulis melakukan analisis dan evaluasi terhadap data-data atau keterangan mengenai prosedur pemungutan pajak hotel yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain:

1. Wawancara (Interview)

Yaitu kegiatan mencari dan mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak-pihak yang memahami objek kajian, dalam hal ini kepada pihak Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.


(21)

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan turun langsung ke lapangan untuk mengamati, mendengar, dan meneliti atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen atau data pendukung yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) serta data lain yang diperlukan melalui instansi yang terkait dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Prakrik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan PKLM.


(22)

BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran data pegawai Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL

Pada bab ini penulis membahas segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan prosedur pemungutan pajak hotel di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diproleh di lapangan melalui penelitian di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, yaitu mengenai prosedur pemungutan pajak hotel di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran. Yang mana kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis kiranya dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ada khususnya dalam pelaksanaan prosedur pemungutan pajak


(23)

hotel di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, serta dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian pada Bagian Keuangan yang mengelolah bidang penerimaan dan pendapatan Daerah. Pada sub ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat ini Wajib Pajak/Wajib Pajak Retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di kota Medan melalui Peraturan Daerah sub bagian keuangan tersebut di ubah menjadi bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah yang merupakan para Wajib Pajak/Wajib Pajak Retribusi Daerah Kota Medan.

Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD/7/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan PERDA Nomor 12 tahun 1987, menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Dinas Pendapatan Daerah.

Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, Pendapatan Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Parkir yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.


(25)

Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia.

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988. 3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan

organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Penyempurnaan system dan prosedur perpajakan dan Organisasi Pendapatan Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan


(26)

bertahap dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1867/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumetera Utara Nomor 188.342.20/1991, tanggal 11 Maret 1991, yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA Nomor 16 tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata cara kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah membuat struktur organisasi. Stuktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan.

Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan Kota Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan fungsi masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan penjelasan tentang batas-batas wewenang dan tanggung jawab.

Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaaan yang diberikan


(27)

kepadanya.

Adapun Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Dinas

2. Sekretariat, membawahkan : a. Sub Bagian Umum b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran.

b. Seksi Pemeriksaan. c. Seksi Penetapan.

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi. 4. Bidang Penagihan, membawahkan :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan : a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil


(28)

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan : a. Seksi Pengembangan Pajak

b. Seksi Pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain 7. Unit Pelaksana Teknis (UPT), terdiri atas :

a. KA. UPT WIL-1 b. KA. UPT WIL-2 c. KA. UPT WIL-3 d. KA. UPT WIL-4 e. KA. UPT WIL-5 f. KA. UPT WIL-6 g. KA. UPT WIL-7

8. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekertaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi


(29)

dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Dinas menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan,

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan,

c. Pembinaan dan pelaksnanaan tugas di bidang pendapatan, dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. Dalam melaksanakana tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sekretariat menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan kesekretariatan, b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas,

c. Pelaksanaan dan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas,

d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan,


(30)

f. Penyiapan Bahan Pembinaan, pengawasan dan pengendalian, g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan,

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat ligkup pengelolaan administrasi keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rancana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengolaan Administrasi Umum,

c. Pengolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas,

d. Pengelolaan administrasi kepegawaian,

e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian,

f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian,

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan


(31)

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat ligkup pengelolaan administrasi keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rancana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengolaan administrasi keuangan,

c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan verifikasi,

d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan, e. Penyusunan laporan keuangan Dinas,

f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian,

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

5. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program, b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup Sub Bagian Penyusunan


(32)

c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas, d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan dan pengendalian,

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

6. Bidang Pendapatan dan Penetapan

Bidang Pendapatan dan penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Bidang Pendataan dan Penetapan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendapatan dan Penetapan,

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi,

c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya,

d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait,

e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya,


(33)

f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi,

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan,

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang Pendapatan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi pendataan dan pendaftaran menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendapatan dan Pendaftaran, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Pendataan dan Pendaftaran,

c. Pelaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD),

d. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak/retribusi daerah melalui formulir pendaftaran,

e. Penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah/Wajib Retribusi Daerahserta penyimpanan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan,


(34)

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penetepan lingkup pemeriksaan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pemeriksaan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana , program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan,

c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa/tim pemeriksa, d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak, e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya. 9. Seksi Penetapan

Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendapatan dan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Penetapan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan,

c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah,


(35)

d. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyiapan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan,

e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas permohonan wajib pajak,

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

10. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendapatan dan Penetapan lingkup data dan informasi. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pengolahan Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi, c. Pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah, d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data, e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan,

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan


(36)

11. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, bidang penagihan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan,

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi,

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya,

d. Pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya,

e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya,

f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak,

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan, h. Pelaksanaan tugas lain yng diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

12. Seksi Pembukuan dan verifikasi

Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi. Dalam


(37)

melaksanakan tugas pokoksebagaimana dimaksud, Seksi Pembukuan dan Verifikasi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Verifikasi, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan verifikasi,

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya,

d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga,

e. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi peneriamaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan data pendapatan daerah lainnya, f. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran

dan sisa persediaan benda berharga secara berkala,

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan laporan pelaksanaan tugas,

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

13. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup penagihan dan perhitungan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Penagihan dan Perhitungan menyelenggarakan fungsi :


(38)

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Seksi Penagihan dan Penghitungan,

c. Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan penyiapan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan, d. Penyampaian bahan dan data pelaksana penagihan atas tunggakan pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya,

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksana tugas,

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

14. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pertimbangan dan Restitusi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pertimbangan dan Restitusi, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan restitusi, c. Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak, d. Penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah/retribusi daerah yang dapat

diberikan restitusi dan atau pemindah bukuan,

e. Penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindah bukuan,


(39)

g. Penelitian kebaratan wajib pajak/wajib retribusi,

h. Pembuatan pertimbangan atas surat kebaratan wajib pajak/wajib retribusi, i. Penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan kepala dinas tentang

persetujuan atau penolakan atas keberatan,

j. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kelapa Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

15. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,

penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan,

c. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah,

d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah,


(40)

e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak / bukan pajak provinsi dan dana bagio hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah,

f. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah,

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan,

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

16. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Bagi Hasil Pajak menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak,

c. Penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) / Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan,

d. Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan,

e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu menyampaikan Surat Pembaritahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan


(41)

Bangunan kepada wajib pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB,

f. Penyiapan Bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

17. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak,

c. Pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak Provinsi, dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah, d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsiya.

18. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Penatausahaan Bagi Hasil menyelenggarakan fungsi :


(42)

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi Hasil, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil,

c. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan, d. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK,

dan lain-lain pendapatan yang sah,

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

19. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagai tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan menyelangarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan Perundang-undangan,

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan,

c. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah,


(43)

d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang dana perimbangan,

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

20. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Bidang Pengembangan Pendapatan Darah menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah,

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain,

c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya,

d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah,

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang,pengembangan pendapatan daerah,

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(44)

21. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah Lingkup pengembangan pajak. Dalam malaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pengembangan Pajak Menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangn pajak,

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak daerah,

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak daerah, e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

22. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pengembangan Retribusi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi,

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang retribusi daerah,


(45)

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah, e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas, f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

23. Seksi Pengembangan pendapatan Lain-Lain

Seksi Pengembangan pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain,

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan lain-lain,

c. Penyiapan bahan dan dataa penyusunan rencana potensi pendapatan daerah dibidang pendapatan lain-lain,

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain,

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(46)

24. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

25. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan Keahlian dan kebutuhan.

Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional

Senior yang ditunjuk.

3. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang- undangan.


(47)

D. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tabel 2.1

Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

No. Golongan Jumlah Pegawai

1. I/c 1 orang

2. II/a 14 orang

3. II/b 34 orang

4. II/c 15 orang

5. II/d 9 orang

6. III/a 100 orang

7. III/b 88 orang

8. III/c 37 orang

9. III/d 37 orang

10. IV/a 7 orang


(48)

STRUKTUR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN 1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, membawahi : a. Kasubbag Umum b. Kasubbag Keuangan

c. Kasubbag Penyusunan Program

3. Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahi : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pemeriksaan c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Kepala Bidang Penagihan, membawahi :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

5. Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahi : a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan 6. Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahi :

a. Seksi Pengembangan Pajak b. Seksi Pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain 7. Unit Pelaksana Teknis (UPT), terdiri atas :

a. KA. UPT WIL-1 b. KA. UPT WIL-2 c. KA. UPT WIL-3 d. KA. UPT WIL-4 e. KA. UPT WIL-5 f. KA. UPT WIL-6 g. KA. UPT WIL-7


(49)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL

A. Ketentuan-ketentuan Umum dan Tinjauan Praktik Pajak Hotel 1. Ketentuan Umum

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, dijelaskan bahwa Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Di Indonesia penagihan pajak dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersumber dari hukum berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang membahas tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Demikian pula dengan sistem pemungutan pajak daerah yang diterapkan oleh pemerintah daerah belum juga mempertegas pajak-pajak daerah mana yang dipungut dengan cara self assesment system, official assesment system, atau with holding system.

2. Pengertian Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,


(50)

pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Penggolongan Hotel ada beberapa macam yaitu: 1) Hotel Bintang 5

2) Hotel Bintang 4 3) Hotel Bintang 3 4) Hotel Bintang 2 5) Hotel Bintang 1 6) Hotel Melati 3 7) Hotel Melati 2 8) Hotel Melati 1

Ada beberapa penggolongan hotel tersebut berdasarkan pengaruh fasilitas yang terdapat pada suatu hotel, sehingga hotel diklasifikasikan berdasarkan pada beberapa golongan. Misalnya pada golongan yang tertinggi yaitu pada hotel berbintang 5. Maka hotel tersebut harus mempunyai jumlah kamar yang berkisar diatas 100 kamar dan fasilitas pendukung seperti: Meeting Room, Restoran, Kolam Renang, Spa, Sarana Olahraga, Lobby Lounge dan Internet. Apabila salah satu dari fasilitas dan jumlah kamar itu kurang dari yang tersebut diatas maka suatu hotel tidak dapat digolongkan kedalam hotel berbintang 5.


(51)

B. Objek dan Subjek Pajak Hotel 1. Objek Pajak Hotel

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel dalam Pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan. Yang termasuk sebagai jasa penunjang yaitu fasilitas telepon, faksimilie, teleks, internet, fotocopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

2. Yang Tidak Termasuk Objek Pajak Hotel

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel dalam Pasal 2 ayat (4) disebutkan bahwa yang tidak termasuk Objek Pajak Hotel adalah:

a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

b. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;

c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan

e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh yang dapat dimanfaatkan oleh umum.


(52)

3. Subjek Pajak hotel

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel dalam Pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel. Sedangkan Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel.

C. Dasar Pemungutan Pajak Hotel

Pemungutan pajak hotel didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum dalam pemungutan pajak hotel di Kota Medan, antara lain:

a. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

b. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak H o t e l c. Peraturan Walikota Medan Nomor 30 Tahun 2011, tentang Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel. Dalam pemungutan Pajak Hotel ada beberapa terminologi yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut:

a. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainya yang menyatu, dikelola, dan


(53)

dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh pertokoan dan perkantoran.

b. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi apa pun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan disewakan untuk umum.

c. Pengusaha Hotel adalah orang pribadi atau Badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa penginapan.

d. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan sebagai pembayaran kepada pemilik hotel.

e. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan pembayaran atas jasa pemakaian kamar atau tempat penginapan beserta fasilitas penunjang lainnya kepada subjek pajak (Siahaan, 2005: 246).

D. Tarif dan Cara Penghitungan 1. Tarif Pajak Hotel

Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah atas pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 35 Ayat (1) disebutkan bahwa tarif pajak hotel ditetapkan p a l i n g t i n g g i sebesar 10% untuk semua jenis hotel. Dan tarif pajak hotel di tiap-tiap kabupaten atau kota tentu berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan


(54)

tarif pajak hotel disesuaikan dengan keadaan dan potensi daerah tersebut, dan tidak melebihi tarif pajak yang telah ditetapkan yaitu paling tinggi sebesar 10%.

2. Cara Penghitungan pajak Hotel

Besarnya pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak hotel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pajak Hotel Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang

Dilakukan Kepada Hotel Contoh perhitungan Pajak Hotel :

• Sewa kamar 5 (lima) hari 5 x Rp. 300.000,00 = Rp. 1.500.000,00 • Cuci/ seterika 4 potong x Rp. 10.000,00 = Rp. 40.000,00

• Telepon = Rp. 100.000,00

• Restoran = Rp. 150.000,00

• Taxi

Jumlah = Rp. 1.890.000,00 = Rp. 100.000,00 +

Servis 10% = Rp. 189.000,00 Jumlah sebelum pajak = Rp. 2.079.000,00 Diskon 5% = Rp. 103.950,00 Jumlah setelah diskon = Rp. 1.975.050,00 Pajak Hotel 10% = Rp. 197.505,00 Jumlah yang harus dibayar = Rp. 2.172.555,00


(55)

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel

Beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Wajib Pajak Hotel

Jumlah wajib pajak hotel sangat berpengaruh dalam penerimaan pajak hotel, jika semakin banyak jumlah wajib pajak hotel maka makin banyak pula yang menyetorkan pajak hotelnya. Begitu juga sebaliknya, apabila semakin sedikit hotel yang aktif di kota medan maka tidak optimal pula penerimaan pajak hotel tersebut.

2. Jumlah Pengunjung Hotel

Pengunjung adalah sasaran utama dari pajak hotel maka apabila pengunjung hotel sedikit, maka sangat berpengaruh besar terhadap penerimaan suatu hotel. Sehingga suatu hotel harus menunjukan kualitas dan juga fasilitas yang berstandar agar para pengunjung hotel tertarik untuk datang dan memakai jasa perhotelan tersebut.

Adapun hal-hal yang mungkin dapat mempengaruhi penerimaan pendapatan hotel Khususnya di Kota Medan yaitu:

2.1. Tingkat Keamanan

Medan merupakan salah satu kota besar yang paling aman di Indonesia dibanding kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Bandung, Bali, dan lain sebagainya yang rawan terorisme dan tingkat kriminal yang tinggi. Jadi tidak heran apabila Kota Medan menjadi salah satu tempat


(56)

pariwisata yang paling dipilih oleh masyarakat Indonesia. 2.2. Tingkat Kenyamanan dan Kelengkapan Hotel

Kenyamanan dan kelengkapan hotel sangat berpengaruh dalam penerimaan pendapatan suatu hotel, dikarenakan hal tersebut merupakan penunjang dalam menarik minat pengunjung hotel. Kebersihan, keamanan dan kelengkapan fasilitas yang dimiliki suatu hotel membuat pengunjung merasa senang dan berkesan untuk berada di hotel tersebut. Jadi, tidak sedikit masyarakat dari golongan menengah keatas yang lebih memilih hotel berbintang dibanding hotel melati, demi sebuah kenyamanan dan segala fasilitas yang disediakan oleh hotel.

2.3. Tarif/ Biaya Penginapan

Disamping kenyamanan dan kelengkapan fasilitas hotel, hal yang utama bagi pengunjung hotel adalah tarif. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pengunjung hotel yang memilih Hotel Melati untuk menginap, dikarenakan tarif penginapannya yang cukup terjangkau dan juga disenangi para pengunjung. Sehingga Hotel Melati juga mempunyai peran yang cukup besar dalam penerimaan pajak hotel.

F. Hak-hak Wajib Pajak dalam Pemungutan Pajak Hotel 1. Keberatan


(57)

a. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu :

• Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB);

• Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT); • Surat Ketapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB); dan

• Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN);

b. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.

c. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

d. Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib pajak.

e. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin a, b, c, dan d diatas tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

f. Tanda penerimaan Surat keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman Surat


(58)

Keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan Surat Keberatan.

g. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

1.2.Hasil Keputusan Keberatan

Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. 2. Banding

2.1.Tata Cara Banding

Apabila Wajib Pajak yang bersangkutan tidak sependapat dengan surat keputusan atas surat keberatan yang diterbitkan oleh Kepala Daerah, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding. Tata cara permohonan banding adalah sebagai berikut:


(59)

a. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

b. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut.

c. Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (bulan) sejak tangal penerbitan Putusan Banding. 2.2.Putusan Banding

Putusan banding dapat berupa:

a. Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.

b. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. 3. Pembetulan

Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Kepala Daerah dapat membetulkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam


(60)

penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perpajakan Daerah.

4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran

a. Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah.

b. Kapala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, harus memberikan keputusan.

c. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

d. Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.

e. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.

f. Jika pengembaliaan kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.


(61)

G. Data Jumlah Wajib Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Sampai dengan saat ini jumlah wajib pajak hotel yang terdata di Dispenda Kota Medan adalah sebanyak 206 hotel. Dalam klasifikasinya hotel-hotel ini terbagi atas :

Tabel 3.1

Klasifikasi Jenis Wajib Pajak Hotel No KLASIFIKASI JENIS WP JUMLAH

1 BINTANG 5 5

2 BINTANG 4 8

3 BINTANG 3 17

4 BINTANG 2 4

5 BINTANG 1 16

6 MELATI 3 41

7 MELATI 2 35

8 MELATI 1 80

TOTAL 206

Sumber data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sampai Bulan Mei 2013


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Darwin, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Waluyo, 2009, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


(1)

a. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu :

• Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB);

• Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT);

• Surat Ketapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB); dan

• Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN);

b. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.

c. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

d. Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib pajak.

e. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin a, b, c, dan d diatas tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

f. Tanda penerimaan Surat keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman Surat


(2)

Keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan Surat Keberatan.

g. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

1.2.Hasil Keputusan Keberatan

Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

2. Banding

2.1.Tata Cara Banding

Apabila Wajib Pajak yang bersangkutan tidak sependapat dengan surat keputusan atas surat keberatan yang diterbitkan oleh Kepala Daerah, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding. Tata cara permohonan banding adalah sebagai berikut:


(3)

a. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

b. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut.

c. Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (bulan) sejak tangal penerbitan Putusan Banding. 2.2.Putusan Banding

Putusan banding dapat berupa:

a. Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.

b. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

3. Pembetulan

Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Kepala Daerah dapat membetulkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam


(4)

penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perpajakan Daerah.

4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran

a. Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah.

b. Kapala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, harus memberikan keputusan.

c. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

d. Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.

e. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.

f. Jika pengembaliaan kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.


(5)

G. Data Jumlah Wajib Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Sampai dengan saat ini jumlah wajib pajak hotel yang terdata di Dispenda Kota Medan adalah sebanyak 206 hotel. Dalam klasifikasinya hotel-hotel ini terbagi atas :

Tabel 3.1

Klasifikasi Jenis Wajib Pajak Hotel No KLASIFIKASI JENIS WP JUMLAH

1 BINTANG 5 5

2 BINTANG 4 8

3 BINTANG 3 17

4 BINTANG 2 4

5 BINTANG 1 16

6 MELATI 3 41

7 MELATI 2 35

8 MELATI 1 80

TOTAL 206

Sumber data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sampai Bulan Mei 2013


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Darwin, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Waluyo, 2009, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.