Cara Pengenaan Pajak atas Restoran dan Tata Cara yang Dilakukan Masalah – Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan Analisa Data

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Cara Pengenaan Pajak atas Restoran dan Tata Cara yang Dilakukan

Dalam Pemungutan atas Pajak Restoran. Cara Pengenaan Pajak atas Restoran pada Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga sama halnya dengan teori yaitu 10 sepuluh persen dan tata cara yang dilakukan dalam pemungutan Pajak atas Restoran berdasarkan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdapat tiga sistem pemungutan yaitu System Self Asessment, System Official Asessment, dan With Holding System dalam Marihot P. Siahaan 2005 : 68 – 69. Sedangkan pada Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Sibolga menggunakan System Official Assesment.

B. Masalah – Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan

Pajak Restoran di Kota Sibolga. Masalah – Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran yang ada di Kota Sibolga adalah : 1. Sangat kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak sebagai satu kewajibannya sebagai rakyat Indonesia untuk bersama – sama membangun Kota Sibolga yang berkeinginan untuk membiayai daerahnya secara mandiri. Universitas Sumatera Utara 2. Adanya rasa bangga bagi Wajib Pajak yang ada di Kota Sibolga jika tidak membayar pajak atas usaha yang dibukanya. 3. Adanya tekanan ekonomi yang dialami Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak merasa keberatan atas pajak yang telah ditetapkan 10 .

C. Analisa Data

TABEL TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN DALAM 5 TAHUN ANGGARAN TAHUN TARGET REALISASI PERSEN 2005 44. 999. 900 60. 621. 352 134, 71 2006 80. 011. 250 146. 092 628 182, 59 2007 72. 907. 450 100. 352. 201 137, 64 2008 75. 000. 000 154. 605. 253 206, 14 2009 85. 040. 000 109. 144. 120 128, 40 SUMBER : DINAS PENGELOLA KEKAYAAN DAN ASET DAERAH KOTA SIBOLGA Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa : 1. Pada Tahun Anggaran 2005 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 60.621.352,- berada di atas rencana penerimaan dari Universitas Sumatera Utara pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 44.999.900,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 15.621.452,- 2. Pada Tahun Anggaran 2006 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 146.092.628,- berada di atas rencana penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 80.011.250,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 66.081.378,- 3. Pada Anggaran Tahun 2007 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 100.352.201,- berada di atas rencana penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 72.907.450,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 27.444.751,- 4. Pada Anggaran Tahun 2008 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 154. 605. 253,- berada di atas rencana penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 75.000.000,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 79.605.253,- 5. Pada Anggaran Tahun 2009 total realisasi penerimaan dari pembayaran ajak Restoran sebesar Rp. 109. 144. 120,- berada di atas rencana penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran sebesar Rp. 85.040.000,- pada akhir Tahun Anggaran, yaitu surplus Rp. 24.104.120,- Jadi , kesimpulan yang dapat diambil dari keterangan di atas adalah : Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa Pajak Restoran Kota Sibolga untuk tahun 2005 sampai dengan 2009 target yang diharapkan melebihi target yang ditetapkan. Universitas Sumatera Utara Dengan surplusnya penerimaan dari pembayaran Pajak Restoran, berarti kinerja Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga sangat baik mengingat penerimaan yang diperoleh melebihi target yang ditetapkan. Berdasarkan surplusnya penerimaan tersebut, pembangunan di Kota Sibolga dapat terlaksana dan keseimbangan keuangan daerah menjadi lebih baik. Dalam hal ini Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga melakukan intensifikasi pajak untuk lebih meningkatkan penerimaan dari pemungutan Pajak Restoran sehingga keuangan daerah lebih banyak untuk pembangunan dan kesejahteraan pada daerah tesebut.

D. Hambatan – Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran