8
2.1.1.3 Manfaat Biji Jintan Hitam
Biji jintan hitam juga telah dibuktikan memiliki efek positif terhadap imunitas tubuh. Selain itu jintan hitam terbukti meningkatkan
paroduksi IL-3 pada sel limfosit, serta IL- 1β yang merangsang aktivitas
makrofag. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Al-Jabre 2005 terbukti bahwa ekstrak biji jintan hitam dapat menghasilkan efek
stimulator pada sistem imun tubuh sebanding dengan efek supressornya. Terjadi produksi TNF
α, aktivasi sel-sel limfosit, serta peningkatan IL-1β.
13
Menurut Al- Ghamdi 2001, kandungan biji jintan hitam antara lain minyak Atsiri, minyak lemak, melantin Saponin, zat pahit Nigelin,
Nigelon, dan Timoquinon. Minyak atsiri mempunyai aktivitas sebagai anti alergi, anti asma, dan anti inflamasi.
14
Thymoquinone yang terkandung dalam biji jintan hitam dapat menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase dari metabolisme
arakidonat. Thymoquinone juga dapat menghambat peroksidasi non enzimatik. Asam lemak tidak jenuh yang tidak lazim yang mirip dengan
asam arakhidonat juga berperan menghambat substrat. Hal ini mendukung fakta bahwa biji jintan hitam berperan sebagai anti inflamasi.
14
Selain itu, aktifitas thymoquinone pada ekstrak biji jintan hitam juga dapat sebagai antioksidan
15
, anti-kanker
16
, spasmolitik dan bronkodilator
17
2.1.2. Shigella dysenteriae
2.1.2.1. Morfologi dan Klasifikasi
Habitat asli Shigella terbatas pada saluran cerna manusia, tempat organisme ini menimbulkan disentri basilar. Shigella adalah bakteri batang
pendek Gram negatif yang ramping, berbentuk kokobasil ditemukan pada biakan yang muda.
10, 18
9
Klasifikasi ilmiah Shigella adalah sebagi berikut:
19
Kingdom : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella boydii
Shigella dysenteriae Shigella flexneri
Shigella sonnei Shigella bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik
secara aerob. Koloni berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter sekita 2 mm dalam 24 jam. Shigella
dapat tumbuh subur pada suhu optimum 37 C.
10
Semua Shigella memfermentasikan glukosa. Kecuali Shigella sonnei, Shigella tidak memfermentasikan laktosa. Ketidakmampuannya
memfermentasikan laktosa membedakan Shigella pada medium diferensial
10
Gambar 2.4. Pewarnaan Gram Shigella dysenteriae Shigella membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang menghasilkan
gas. Organisme
ini juga
dapat diklasifikasikan
berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasikan manitol dengan organisme yang
tidak dapat memfermentasikan manitol.
10
Shigella memiliki struktur antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih pada sifat serologik berbagai spesies, dan sebagian
besar organisme memiliki antigen O yang sama dengan basil enterik lain. Antigen O somatik Shigella adalah hipopolisakarida. Spesifitas
serologiknya bergantung pada polisakarida. Ada lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi shigella berdasarkan pada karteristik biokimiawi dan
antigennya.
10
2.1.2.2. Patogenesis Diare oleh Shigella dysenteriae
Infeksi Shigella hampir selalu terbatas pada saluran cerna, jarang terjadi invasi ke aliran darah. Shigella sangat menular, dosis infektifnya
adalah 10
3
organisme sedangkan pada Salmonella, dan Vibrio biasanya
11
10
5
-10
8
. Proses patologi yang penting adalah invasi ke sel epitel mukosa misal, sel M, dengan menginduksi fagositosis, keluar dari vakuola
fagositik, bermultiplikasi dan menyebar di dalam sitoplasma sel epitel, dan menyebar ke sel yang ada di dekatnya. Mikroabses yang terjadi di dinding
usus besar dan ileum terminal menyebabkan nekrosis membran mukosa, ulserasi superfisial, perdarahan, dan pembentukan pseudomembran pada
daerah ulserasi. Psedomembran ini terdiri dari fibrin, leukosit, debris sel, membran mukosa yang nekrotik, dan bakteri. Saat proses mereda, jaringan
granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.
10
Shigella dysenteriae dapat menyebabkan tiga bentuk diare, yaitu disentri klasik dengan tinja konsisten lembek disertai darah, mukus, dan
pus. Kedua, watery diarrhea atau diare cair. Ketiga, kombinasi antara disentri klasik dengna tinja konsistensi lembek disertai darah, mukus, pus,
dengan watery diarrhea.
19
Gambar 2.5. Patogenesis molekular Shigella dysenteriae
Sumber: Gunnar N, 2008
Shigella sp menghasilkan toksin yang disebut dengan Shigatoksin dan melakukan multipikasi tanpa invasi di dalam jejunum kemudian
memproduksi toksin. Toksin ini kemudian berikatan dengan reseptor dan menyebabkan aktivasi proses sekresi sehingga terjadi diare cair watery
diarrhea yang tampak pada awal penyakit, hal ini merupakan tanda dari
12
sifat enterotoksik
Shigatoksin. Selanjutnya,
perjalanan penyakit
melibatkan usus besar dan invasi jaringan dimana aksi Shigatoksin akan memperberat gejalanya. Efek enterotoksik Shigatoksin lebih pada
penghambatan absorpsi elektrolit, glukosa, dan asam amino dari lumen interstisial.
20,21
Shigella dysenteriae tipe 1 basil Shiga menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas yang dapat mengenai usus sistem saraf pusat.
Eksotoksin ini adalah protein yang bersifat antigenik merangsang antitoksik dan bersifat mematikan untuk hewan percobaan sebagai
enterotoksin juga menghambat absorbsi gula dan asam amino di usus halus. Sebagai “neurotoksin” material ini dapat menyebabkan infeksi
Shigella dysentriae yang sangat berat dan fatal serta minimbulkan reaksi susunan saraf pusat yang berat. Toksin dapat menyebabkan diare diawal
tidak berdarah, encer, dan banyak kemudian menginvasi usus besar mengakibatkan disentri lanjut dengan feses yang disertai dengan darah dan
nanah.
10,21
2.1.3 Metode Pengujian Antibakteri