Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

29 1,75 dengan rata-rata zona hambat 35,66 mm. Sedangkan zona hambat paling rendah didapatkan pada ekstrak biji jintan hitam dengan konsentrasi terendah yakni 1 dengan rata-rata diameter zona hambat 27,33 mm . Seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak biji jintan hitam menunjukkan adanya peningkatan dari diameter zona hambat. Hal ini juga menyatakan bahwa pertambahan konsentrasi ekstrak biji jintan hitam berbanding lurus dengan bertambah kuatnya zona hambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae.

4.1.3. Uji Statistik Kebermaknaan Konsentrasi Ekstrak Biji Jintan Hitam Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Shigella dysenteriae Berdasarkan analisis statistik Pos Hoc melalui uji Mann-Whitney didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna p0,05 antar konsentrasi dan kontrolnya. Dapat dikatakan bahwa ekstrak biji jintan hitam efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae pada semua konsentrasi uji Tabel 4.1 Tabel 4.1.Hasil Analisis Post Hoc dengan Menggunakan uji Mann-whitney Konsentrasi 1 1,25 1,5 1,75 Kloramfenikol Etanol 96 1 0,043 0,046 0,043 0,043 0,034 1,25 0,046 0,043 0,043 0,034 1,5 0,046 0,043 0,037 1,75 0,043 0,034 Kloramfenikol 0,034 Etanol 96

4.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk menegtahui efektifitas antibakteri dari ekstrak biji jintan hitam terhdap bakteri Shigella dysenteriae. Metode yang digunakan yaitu adalah metode disc diffusion. Ekstrak biji jintan hitam terbukti kuat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae pada variabel konsentrasi 1, 1,25, 1,5 dan 1,75 menurut klasifikasi Greenwood 1995. 30 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Alawiyah et al 2009 yang juga membuktikan bahwa perubahan konsentrasi ekstrak biji jintan hitam memiliki efek terhadap terhadap pertumbuhan Shigella dysenteriae 5 . Pada penelitian tersebut menggunakan metode dilusi agar. Sampel bakteri Shigella dysenteriae dengan empat kali pengulangan. Variabel bebas pada penelitian tersebut yaitu ekstrak biji jintan hitam dengan konsentrasi 4, 5, 6, 7, 8. Adapun proses ekstraksi biji jintan hitam sebanyak 100 gram dengan metode maserasi menggunakan pelarut murni etanol 100, sehingga didapatkan 25 mL hasil ekstrak biji jintan hitam. Penelitian Alawiyah et al 2009 menggunakan metode dilusi agar, sehingga bertujuan untuk mengetahui Kadar Hambat Minimal KHM. Hasil pengamatan pada penelitian yang dilakukan Alawiyah et al 2009 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi variabel ekstrak biji jintan hitam maka semkin sedikit pertumbuhan koloni yang dapat dilihat pada tiap spot penetesan inokulasi bakteri Shigella dysensetriae. Konsentrasi terendah ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri disebut sebagi Kadar Hambat Minimal KHM. Berdasarkan data yang didapatkan pada penelitian tersebut disimpulkan pada konsentrasi 7 merupakan KHM terhadap bakteri Shigella dysenteriae. 5 Pada penelitian ini menguji efektivitas ekstrak biji jintan hitam terhadap bakteri Shigella dysenteriae dengan metode disc diffusion. Sampel yang digunakan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Selain itu ekstrak biji jintan hitam yang dibuat pada penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan menggunakan etanol 96 sebagai pelarutnya. Sehingga senyawa aktif di dalam ekstrak pada penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alawiyah et al 2009. Dari hasil penelitian ini didapatkan konsentrasi ekstrak biji jintan hitam terkecil yaitu 1 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae dengan kategori hambatan kuat. Hambatan pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae lebih besar seiring dengan lebih besarnya konsentrasi ekstrak biji jintan hitam yang digunakan, dan tergolong kategori kuat. 31 Penelitian lain yang menggunakan ekstrak biji jintan hitam dalam pengaruhnya terhadap suatu bakteri adalah Zuridah et al 2008 mengenai uji aktifitas Nigella sativa sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, dan Bacillus cereus. Variabel bebas pada penelitian tersebut adalah ekstrak biji jintan hitam dengan konsentrasi 25 mg20 µL, 50 mg20 µL, dan 100 mg20 µL. Adapun media agar yang digunakan adalah Mueller Hinton Agar sebagai media pertumbuhan bakteri. Pada penelitiannya proses ekstraksi menggunakan pelarut metanol dan menggunakan dimethyl sulfoxide DMSO 10 pada saat pembuatan pembagian konsentrasi dan sebagai kontrol negatif. 29 Dengan metode disc diffusion penelitian yang dilakukan Zuirah et al 2008 didapatkan hasil sebagai berikut: Table 4.2. Diameter Zona Hambat Ekstrak Nigella Sativa Menggunakan Pelarut Metanol Pada Beberapa Bakteri Bakteri Uji Konsentrasi 25 mg20 µL Konsentrasi 50 mg20 µL Konsentrasi 100 mg20 µL S. aureus 14mm 17mm 25mm

E. coli

- 8mm 9mm

K. pneumoniae 8mm

10mm 13mm

P. aeruginosa 8mm

9mm 10mm Bacillus cereus 10mm 18mm 21mm Sumber: Zuridah, et al. 2008 Dalam penelitiannya Zuridah et al 2008 menyatakan bahwa ekstrak biji jintan hitam dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa menunjukkan respon penghambatan yang lemah. Sedangkan ekstrak biji jintan hitam dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus menunjukkan respon penghambatan yang kuat. Hal ini disebabkan karena faktor jenis pelarut yang digunakan saat ekstraksi yaitu metanol serta sifat bakteri Gram negatif dan Gram positif dari bakteri yang diuji. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Zuridah et al 2008 adalah saat pembuatan ekstraksi jintan hitam 32 dimana penelitian tersebut menggunakan metanol sebagai pelarutnya dan menggunakan DMSO 10 pada saat pembuatan pembagain konsentrasi variabel bebas. 29 Penelitian serupa yang telah dilakukan oleh Aishah et al 2013 dalam menggunakan ekstrak biji jintan hitam dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan Proteus vulgaris. Ekstrak biji jintan hitam dengan menggunakan pelarut metanol pada variabel konsentrasi 100 mgmL menunjukkan sensitifitas terhadap semua bakteri yang diuji yang menghasilkan zona hambat ≥ 15 mm. Sedangkan pada variabel konsentrasi 50 mgmL bakteri Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan Proteus vulgaris menghasilkan zona hambat ≤ 15 mm dan Stretococcus pyogenes tet ap menghasilkan zona hambat ≥ 15 mm. Pada konsentrasi 1mgmL, 5 mgmL, 10 mgmL, dan 20 mgmL tidak menghasilkan zona hambat kecuali pada konsentrasi variabel 20 mgmL pada bakteri Stretococcus pyogenes menghasilkan zona hambat ≤15 mm. 3 Aishah et al 2013 juga membandingkan ekstrak biji jintan hitam dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan Proteus vulgaris dengan menggunakan pelarut aqudes. Didapatkan pada konsentrasi 100 mgmL bakteri Klebsiella pneumoniae, dan Proteus vulgaris menghasilkan zona hambat ≤ 15 mm, dan bakteri Streptococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa menghasilkan zona hambat ≥15 mm. Pada variabel konsentrasi 50 mgmL semua bakteri uji menghasilkan zona hambat ≤15 mm. Dan pada variabel konsentrasi 1 mgmL, 5 mgmL, 10 mgmL, dan 20 mgmL tidak meghasilkan zona hambat kecuali pada konsentrasi variabel 20 mgmL pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Stretococcus pyogenes menghasilkan zona hambat ≤15 mm. 3 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Aishah et al 2013 adalah saat pembuatan ekstraksi jintan hitam dimana penelitian tersebut menggunakan metanol dan aquades sebagai pelarutnya, serta perbedaan pada bakteri yang diuji. Sedangkan metode yang digunakan adalah sama, yaitu dengan metode disc diffusion. 33 Biji jintan hitam telah digunakan sebagai obat tradisional sejak dahulu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Senyawa-senyawa aktif dalam biji jintan hitam yang diduga berperan sebagai antimikroba yang diperoleh melalui proses ekstraksi dingin maserasi dengan etanol 96 adalah alkaloid, flavonoid, sapononin, dan protein. Kemampuan senyawa alkaloid bereaksi dengan senyawa asam amino penyusun dinding sel bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan susunan asam amino bakteri karena sebagian besar asam amino telah beraksi dengan gugus basa dari senyawa alkaloid. Perubahan susunan rantai asam amino pada DNA akan mengakibatkan perubahan keseimbangan genetik pada asam amino DNA sehingga DNA bakteri akan mengalami kerusakan. Kerusakan pada DNA inti sel bakteri akan mendorong terjadinya lisis pada inti sel bakteri. Dengan demikian bakteri akan menjadi inaktif dan lisis. 5 Aktifitas biologis senyawa flavonoid terhadap bakteri dilakukan dengan merusak dinding sel dari bakteri yang terdiri atas lipid dan asam amino yang akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat masuk kedalam inti sel bakteri. Selanjutnya senyawa ini juga akan berkontak dengan DNA inti sel bakteri dan dengan adanya perbedaan kepolaran antara lipid penyusun DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid dapat terjadi reaksi dan merusak struktur lipid dari DNA bakteri sehingga inti sel bakteri juga akan lisis dan bakteri akan mati. 5 Saponin termasuk dalam fitokimia yang memiliki spektrum aktivitas sebagai anti jamur dan mikroba. Hal ini didasarkan pada kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein dan dinding sel sehingga terjadi denaturasi protein dan rusaknya dinding sel yang berakibat sel menjadi lisis. 5 Kemampuan ekstrak biji jintan hitam sebagai antibakteri disebabkan karena zat kimia yang terkandung didalamnya yaitu Timokuinon, Ditimokuinon, Timohidrokuinon, Timol, dan Tanin. Timokuinon diduga dapat membentuk komplek yang irreversibel dengan asam amino nukleofilik pada protein bakteri, sehingga menyebabkan inaktivasi protein. Sedangkan Tanin bekerja dengan mengadakan komplek hidrofobik dengan protein, menginaktivasi adhesin, enzim, 34 dan protein transport dinding sel, sehingga mengganggu pertumbuhan mikroorganisme. 6 Penggunaan etanol 96 sebagai pelarut ekstrak biji Jintan Hitam karena mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak akan bereaksi dengan komponen lainnya. Etanol memiliki titik didih yang rendah sehinga memudahkan pemisahan minyak dari pelarutnya dalam proses destilasi. Penggunaan etanol sebagai pelarut dengan konsentrasi 96 ditujukan supaya dapat menarik komponen senyawa polar, non polar, dan senyawa semi polar. Sehingga dapat menarik bahan atau zat aktif yang terkandung dalam tanaman lebih banyak. Selain itu, penggunaaan etanol sebagai pelarut dikarenakan toksisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan pelarut metanol. 30,31 Etanol merupakan senyawa yang memiliki kemiripan sifat fisik dan kimia dengan Alkohol. Dalam agama Islam, alkohol sebagai salah satu bahan yang menyebabkan efek serupa dengan khamr, yakni memabukkan, memiliki ketentuan khusus dalam penggunaannya. Majelis Ulama Indonesia sendiri memperbolehkan Mubah penakaian etanol sebagai pelarut apabila dalam produk akhir tidak terkandung residu alkohol. Alkohol yang digunakan pun tidak boleh merupakan prosuk samping industri minuman keras. Mengingat hal ini, pada proses akhir ekstraksi menggunakan metode maserasi, dilakukan destilasi dengan tujuan menguapkan pelarut yang digunakan sehingga menghasilkan ekstrak jintan hitam yang kental. 32 Penggunaan antibiotik Chloramphenicol sebagai kontrol positif karena Chloramphenicol merupakan penghambat sintesis protein mikroba yang poten. Senyawa ini berikatan dengan secara reversibel pada sub unit 50S ribosom bakteri dan menghambat tahapan peptidil transferase dalam sintesis protein. Chloramphenicol adalah antibiotik bakterostatis berspektrum luas yang aktif terhadap bakteri Gram negatif dan bakteri Gram positif, baik aerob maupun anaerob. 27 Berdasarkan uraian diatas, membuktikan bahwa biji jintan hitam mempunyai peran sebagai antibakteri terhadap bakteri Shigella dysenteriae 35 dengan efektifitas yang kuat karena mengandung alkaloid, flavonoid, sapononin, dan protein yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri . Kandungan antibakteri Thymoquinon dan Thymohydroquinone yang terdapat pada biji jintan hitam memiliki aktifitas yang sinergis dengan antibiotik Chloramphenicol sebagai antibakterial. 33 Oleh karena itu, terbukti bahwa ekstrak biji jintan hitam mempunyai dasar kuat untuk digunakan sebagai bahan obat alam alternatif untuk mengatasi kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik.

4.3. Keterbatasan Penelitian