maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan”
perbuatan terjadi, diberlakukan peraturan perun-dang-undangan yang baru dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lama berlaku jika menguntungkan
bagi pembuat” Ayat 2: “Dalam hal setelah putusan
pemidanaan memperoleh kekuatan hukum tetap, perbuatan yang terjadi tidak lagi
merupakan tindak pidana menurut peraturan perundang-undangan yang baru,
maka pelaksanaan putusan pemidanaan dihapuskan”
Ayat3: “Dalam hal setelah putusan pemidanaan memperoleh kekuatan hukum
tetap, perbuatan yang terjadi diancam dengan pidana yang lebih ringan menurut
peraturan perundang-undangan yang baru, maka pelaksanaan putusan pemidanaan
tersebut disesuaikan dengan batas-batas pidana menurut peraturan perundang-
undangan yang baru”
Pada asas retroaktif dalam konsep lebih mengacu pada model gabungankeseimbangan antara kepastian hukum dan keadilan.
Dalam pasal 3 ayat 2 dan 3 konsep asas “menerapkan aturan yang
menguntungkanmeringankan”, berlaku juga diperluas untuk terpidana. Kemudian dapat dilakukan “redetermining of punishment” dalam hal ada peraturan perundang-
undangan yang baru dan meringankan walaupun putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
C. Asas tiada pertanggungjawaban pidana tanpa sifat melawan hukum no liability without unlawfulness
Pasal 11 ayat 2 konsep 2012 menyatakan “Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang-
undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat”. Artinya untuk dapat dinyatakan sebagai tindak pidana sebagai salah
satu syarat dapat dijatuhinya pidana perbuatan yang telah memenuhi rumusan delik dalam undang-undang itu harus juga bersifat melawan hukum secara materil. Konsep berpendirian
bahwa sifat melawan hukum merupakan unsur yang mutlak dari tindak pidana. Artinya, walaupun dalam perumusan delik tidak dirumuskan secara tegas adanya unsur melawan
hukum , namun suatu perbuatan yang telah dirumuskan sebagai tindak pidana dalam undang- undang harus selalu dianggap bersifat melawan hukum.
D. Asas kesalahan pertanggungjawaban pidana 1. Asas culpabilitas “geen straft zonder schuld”
Berbeda dengan KUHP, didalam konsep ada bab tersendiri mengenai “pertanggungjawaban pidana” asas umum yang fundamental dalam pertanggungjawaban
pidana ialah asas “tiada pidana tanpa kesalahan” asas culpabilitas. Asas ini merupakan
asas kemanusiaan dirumuskan secara langsung dalam pasal 37 ayat 1 : “Tidak seorang pun
yang melakukan tindak pidana dipidana tanpa kesalahan”, sebagai pasangan dari asas legalitas asas kemasyarakatan dan merupakan perwujudan pula dari ide kesimbangan
monodualistik. 2. Asas strict liability pertanggungjawaban yang ketat
Pasal 38 ayat 1 : “Bagi tindak pidana tertentu, Undang-Undang dapat menentukan bahwa seseorang dapat dipidana semata-mata karena telah dipenuhinya unsur-unsur
tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan adanya kesalahan”. 3. Asas vicarious liability pertanggungjawaban pengganti
Pasal 38 ayat 2 : “Dalam hal ditentukan oleh Undang-Undang, setiap orang dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain.”
4. Erfolgshaftung menanggung akibat Pasal 39 ayat 3 : “Seseorang hanya dapat dipertanggungjawabkan terhadap akibat
tindak pidana tertentu yang oleh Undang-Undang diperberat ancaman pidananya, jika ia sepatutnya mengetahui kemungkinan terjadinya akibat tersebut atau sekurang-
kurangnya ada kealpaan.”
E. Asas-asas yang berhubungan dengan pidana dan pemidanaan