BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Melalui pengumpulan dokumentasi film-film yang mengandung unsur Nasionalisme Indonesia pada tahun 2009-2010, peneliti memilih dua film yang
mengandung penggambaran unsur nasionalisme sebagai kajian analisis peneliti. Kedua film yang dimaksud adalah Darah Garuda dan Tanah Air Beta.
Analisis dilakukan secara langsung terhadap setiap film dengan menggunakan Lingkaran Hermeneutik seperti yang telah dijelaskan dalam teknik analisis data.
Berikut adalah pembahasannya:
1. Film Darah Garuda
a. Pemahaman Keseluruhan
Dalam tahap ini dibagi menjadi 2 dua bagian, yaitu 1 identifikasi karakter penokohan, latar tempat, dan waktu, 2 Penelusuran alur.
1. Identifikasi Karakter Penokohan, Latar Tempat, dan Waktu
Di dalam film Darah Garuda ini tokoh utamanya adalah keempat tentara rakyat Indonesia Amir, Dayan, Thomas, Marius dan seorang wanita yang ikut berjuang
dalam perang gerilya Senja. Amir adalah seorang guru muda yang terpanggil
untuk ikut berjuang melawan Belanda mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Awalnya ia memilih untuk hanya menjadi guru yang mengajar murid-muridnya
di sekolah. Namun ia mulai merenungi perannya ketika menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri salah seorang muridnya yang pintar bernama Dimar menjadi
korban tembakan Belanda ketika berjuang dengan pemuda lainnya. Sejak saat itu ia mulai berpikir apakah ia hanya akan meneruskan langkah aman untuk mengajar
saja, sementara banyak rakyat lainnya yang mengorbankan nyawa bahkan berpisah dengan keluarga untuk melawan Belanda mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia. Berikut gambar percakapan antara Amir dengan salah seorang muridnya tersebu
t.
Gambar 5.1. Amir berdialog dengan Dimar muridnya
Berikut dialognya:
Amir : “Dimar, belakangan ini ku lihat kau suka
melamun dan bolos. Dan ku lihat tanganmu penuh dengan memar dan bekas luka.
” Dimar :
“Saya bergabung dengan gerakan pemuda Pak. Bagaimana Bapak bisa mengajar? Sementara yang
lain berjuang demi kemerdekaan Bapak juga.
”
Merah putih I, 31:54
Ketika Amir telah memutuskan untuk juga menjadi pejuang, ia meninggalkan aktivitas mengajarnya lantas bergabung dalam sekolah tentara rakyat Indonesia.
Latar belakangnya sebagai seorang guru mempengaruhi sikapnya yang bijaksana dan mendidik, dengan melihat prestasi dan perilakunya yang baik selama
mengikuti pelatihan di sekolah tentara rakyat, Amir pun diangkat sebagai Letnan kedua untuk memimpin para prajurit yang lain. Berikut gambar yang
menunjukkan adegan tersebut.