Analisis Data METODE PENELITIAN
untuk ikut berjuang melawan Belanda mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Awalnya ia memilih untuk hanya menjadi guru yang mengajar murid-muridnya
di sekolah. Namun ia mulai merenungi perannya ketika menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri salah seorang muridnya yang pintar bernama Dimar menjadi
korban tembakan Belanda ketika berjuang dengan pemuda lainnya. Sejak saat itu ia mulai berpikir apakah ia hanya akan meneruskan langkah aman untuk mengajar
saja, sementara banyak rakyat lainnya yang mengorbankan nyawa bahkan berpisah dengan keluarga untuk melawan Belanda mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia. Berikut gambar percakapan antara Amir dengan salah seorang muridnya tersebu
t.
Gambar 5.1. Amir berdialog dengan Dimar muridnya
Berikut dialognya:
Amir : “Dimar, belakangan ini ku lihat kau suka
melamun dan bolos. Dan ku lihat tanganmu penuh dengan memar dan bekas luka.
” Dimar :
“Saya bergabung dengan gerakan pemuda Pak. Bagaimana Bapak bisa mengajar? Sementara yang
lain berjuang demi kemerdekaan Bapak juga.
”
Merah putih I, 31:54
Ketika Amir telah memutuskan untuk juga menjadi pejuang, ia meninggalkan aktivitas mengajarnya lantas bergabung dalam sekolah tentara rakyat Indonesia.
Latar belakangnya sebagai seorang guru mempengaruhi sikapnya yang bijaksana dan mendidik, dengan melihat prestasi dan perilakunya yang baik selama
mengikuti pelatihan di sekolah tentara rakyat, Amir pun diangkat sebagai Letnan kedua untuk memimpin para prajurit yang lain. Berikut gambar yang
menunjukkan adegan tersebut.
Gambar 5.2. Amir naik pangkat
Berikut Dialognya:
Kapten: “Selama ini aku mengamatimu dengan seksama.
Barangkali kau bukanlah seorang priyayi. Kau adalah seorang pemimpin dan seorang muslim
yang baik. Surono telah ku angkat menjadi letnan pertama. Dan ku minta kau menjadi
letnan kedua. Bagaimana? ”
Amir : “Terima kasih Pak Tapi saya seorang pengajar
Pak. Cuma seorang Guru. ”
Kapten: “Hhahahah....”
Merah Putih I, Menit 37:27
Berbeda dengan Amir, Thomas adalah anak seorang petani yang miskin, yang hidup di kampung yang berada di tengah hutan belantara Sulawesi. Ia berangkat
ke Jawa menumpang angkutan pedagang yang akan menyeberang ke Jawa untuk bergabung dalam sekolah tentara rakyat dengan tujuan membalas dendam Belanda
yang telah membunuh seluruh anggota keluarganya. Ia begitu membenci Belanda, Thomas menyaksikan sendiri Belanda menghabisi rumah dan keluarganya tanpa
manusiawi. Berikut adegan tersebut.
Gambar 5.3. Thomas menyaksikan pembunuhan keluarganya
Berikut dialognya :
Tentara Belanda : “Heh dimana keluargamu yang lainnya?”
Ayah Thomas : “Ju cuman kita, tak ada yang lain.”
Tentara Belanda : “Kamu bohong Heh”
Merah Putih I, Menit 03:12
Setibanya ia di sekolah tentara rakyat, tanpa sengaja Thomas menabrak Marius. Disinilah awal pertemuan yang langsung mengarah pada perselisihan antara
keduanya. Meskipun pada akhirnya mereka menjadi teman seperjuangan yang akrab. Watak Thomas yang keras dan pendendam tampak dalam adegan di bawah
ini.
Gambar 5.4. Thomas dan Marius berkelahi ketika pertama kali bertemu
Berikut Dialognya :
Thomas : “Maaf Bung.”
Marius : “Pakai mata, ha.”
Thomas : “Ngana bicara apa?”
Surono : “He Marius sudahlah...”
Marius : “Ku bilang Kau berjalan pakai mata. Tidak liat
kau sedang berhadapan dengan tentara Republik?
” Thomas :
“Bung, ngana nih baru calon perwira, sama seperti kita.
” Marius :
“Hey lebih baik kau kembali ke peternakanmu. Bajumu ini bau kotoran kerbau, kau tau.
” Thomas :
“Hei ayam” Marius :
“Mintalah baju baru dari Ibumu. Ibumu sudah selingkuh dengan peternak kerbau?
” Thomas :
“Apa ngana bilang?”
Merah Putih I, 12:45
Thomas adalah pemuda kristen yang teguh prinsip dan keras. Ia berwatak tempramental. Suatu saat ketika ia menghadap kepada petugas sekolah tentara
rakyat, ia sempat adu mulut dengan petugas tersebut sebab ia ditolak masuk dalam sekolah tentara rakyat. Berikut adegannya.
Gambar 5.5. Thomas ketika berdebat di sekolah tentara rakyat