Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
KONSUMEN AKAN SAYURAN ORGANIK
(Studi Kasus : Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan)
S K R I P S I
OLEH :
NENY THERESIA HASIBUAN 020304023
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
KONSUMEN AKAN SAYURAN ORGANIK
(Studi Kasus : Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan)
S K R I P S I
OLEH :
NENY THERISIA HASIBUAN 020304023
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Judul Skripsi : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik
Studi Kasus : Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan Nama : Neny Theresia Hasibuan
Nim : 020304023
Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ir. Iskandarini, M.M H.M. Mozart B. Darus, MSc
Ketua Anggota
Ir. Lily Fauzia MSi Ketua Jurusan
(4)
RINGKASAN PENELITIAN
Neny T. P. Hasibuan, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen akan Sayuran Organik”. Dibawah bimbingan Ibu Ir. Iskandarini, MM selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak H.M.Mozart Darus, MSc selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan yaitu kepada para konsumen sayuran organik dengan jumlah sampel konsumen sebanyak 37 orang. Untuk mengarahkan penelitian ini, maka dirumuskan beberapa tujuan penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan
konsumen membeli sayuran organik
2. Untuk mengetahui hubungan karakteritik sosial ekonomi konsumen (umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga) dengan keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik
3. Untuk menentukan strategi pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan.
Tujuan penelitian pertama dianalisis dengan metode analisis regresi berganda, tujan penelitian kedua dianalisis dengan menggunakan metode analisis rank spearman, sedangkan tujuan penelitian yang ketiga dianalisis denbgan menggunakan metode analisis SWOT.
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. a. Secara parsial, permintaan sawi manis organik dipengaruhi oleh harga sayuran organik, harga sayuran non organik, pendapatan keluarga dan selera konsumen
b. Secara parsial, permintaan patchoi organik dipengaruhi oleh harga sayuran non organik, pendapatan keluarga dan hari raya/libur.
c. Secara parsial, permintaan khailan organik pendapatan keluarga
d. Secara parsial, permintaan kangkung organik dipengaruhi oleh selera konsumen
e. Secara parsial, permintaan bayam hijau organik dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, selera konsumen dan hari raya/libur
f. Secara parsial, permintaan bayam merah organik dipengaruhi oleh pendapatan keluarga dan selera konsumen
2. a. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan keluarga dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik
b. Tidak terdapat hubungan antara umur dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik
3. Strategi pengembangan usaha sayuran organik adalah perluasan pangsa pasar, menjalin kerjasama dengan petani dan lembaga swalayan, menetapkan strategi harga, mengoptimalkan produksi sayuran organik, mengadakan kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah dalam hal sosialisasi makananan sehat dan pengolahan/pengawetan produksi sayuran organik.
(5)
RIWAYAT HIDUP
NENY T.P. HASIBUAN lahir pada tanggal 3 Juli 1982 di Medan sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda tercinta P. Hasibuan, SH dan Ibunda tersayang dr. R.R. br. Simanjuntak.
Jenjang pendidikan yang per nah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Pada tahun 1989 memasuki Sekolah Dasar di SD HOSANNA Medan dan tamat
pada tahun 1995
2. Pada tahun 1995 memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP HOSANNA Medan dan tamat pada tahun 1998.
3. Pada tahun 1998 memasuku Sekolah Menengah Umum di SMU Budi Murni 1 Medan dan tamat pada tahun 2001.
4. Pada tahun 2002 diterima di Universitas Sumatera Utara melalui Jalar SPMB di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
5. Pada bulan Juli 2006 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Huta Gurgur Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
6. Pada Tahun 2007 melaksanakan Penelitian Skripsi di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat mengakhiri masa perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen akan Sayuran Organik”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas segala bimbingan dan dorongan moril yang diberikan dalam penyelesaikan skripsi ini khususnya kepada Ibu Ir. Isakandarrini, MM selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak H.M.Mozart Darus, MSc selaku Anggota Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan, waktu dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi sebagai Ketua Jurusan Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, seluruh pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian, dan kepada para responden serta instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayah dan Ibu tercinta yaitu P. Hasibuan, SH dan dr. R.R. Simanjuntak yang tidak henti-hentinya memberi semangat, kasih sayang, pengorbanan baik moril maupun materil serta doa kepada penulis. Terima kasih juga buat tanteku Ir. Romauli Simanjuntak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
(7)
Tak lupa juga penulis mengucapkan tarima kasih kepada sahabat-sahabatku Ita E. Ginting SP., Helen Siregar SP., Jetty Naibaho SP., Chrestie SP., Dian Fauzia teman yang saling berbagi suka-duka dan seluruh rekan SEP’02 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Maret 2008
(8)
DAFTAR ISI Hal.
RINGKASAN PENELITIAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah... 5
Tujuan Penelitian ... 6
Kegunaan Penelitian ... 6
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7
Landasan Teori... 11
Kerangka Pemikiran... 18
Hipotesis Penelitian ... 20
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21
Metode Pengambilan Sampel... 21
Metode Pengumpulan Data... 21
Metode Analisis Data... 22
Defenisi dan Batasan Operasional ... 25
Defenisi ... 25
Batasan Operasional... 27
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian... 28
Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah... 28
Keadaan Penduduk... 28
Sarana dan Prasarana ... 31
Karakteristik Pasar ... 33
(9)
HASIL PENELITIAN
Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Sayuran Organik... 36 Hubungan Karakteristik Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik... 49
Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di Kota Medan ... 52
PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Sayuran Organik... 59 Hubungan Karakteristik Konsumen Sayuran Organik dengan Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik ... 68 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
1. Sampel Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan ... 21
2. Parameter Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik... 24
3. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 29
4. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 30
5. Penduduk Menurut Pekerjaan ... 31
6. Sarana dan Prasarana ... 32
7. Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Sampel ... 34
8. Data Konsumsi Sawi Manis Organik Sampel Rumah Tangga 2007 ... 36
9. Data Konsumsi Patchoi Organik Sampel Rumah Tangga 2007 ... 39
10.Data Konsumsi Khailan Organik Sampel Rumah Tangga 2007... 41
11.Data Konsumsi Kangkung Organik Sampel rumah tangga 2007 ... 43
12.Data Konsumsi Bayam Hijau Organik Sampel rumah tangga 2007... 45
13.Data Konsumsi Bayam Merah Organik Sampel rumah tangga 2007 ... 47
14.Hubungan Umur dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi sayuran Organik... 49
15.Hubungan Tingkat Pendidikan Konsumen dengan Tingkat Keputusan Konsumen dlam Membeli dan mengkonsumsi Sayuran Organik... 50
16.Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik .. 51
17.Hubungan Jumlah Tanggungan Konsumen dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran organik ... 52
18.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Sawi Manis Organik ... 59
(11)
20.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Khailan Organik... 62
21.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Kangkung Organik... 64
22.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Bayam Hijau Organik ... 65
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal. 1. Diagram matriks SWOT ... 17
2. Skema Kerangka Pemikiran... 19 3. Penentuan Strategi dengan Matriks SWOT ... 58
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal.
1. Karakteristik Konsumen Responden Pembeli Sayuran Organik di
Pasar Swalayan ... 77
2. Permintaan Sawi manis dan Patchoi Organik oleh Konsumen... 78
3. Permintaan Khailan dan Kangkung Organik oleh Konsumen ... 79
4. Permintaan Bayam Hijau dan Bayam Merah Organik oleh Konsumen ... 80
5. Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik ... 81
6. Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Sawi Manis Organik ... 82
7. Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Patchoi Organik ... 83
8. Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Khailan Organik... 84
9. Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Kangkung Organik... 85
10.Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Bayam Hijau Organik ... 86
11.Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Bayam Merah Organik... 87
12.Korelasi Rank Spearman antara Umur dengan Tingkat Keputusan Konsumen ... 88
13.Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Keputusan Konsumen... 88
14.Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen... 89
15.Korelasi Rank Spearman antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen ... 89
(14)
17.Harga Sayuran Organik Bulan Januari... 91
18.Harga Sayuran Organik Bulan Februari... 91
19.Harga Sayuran Organik Bulan Maret... 92
20.Harga Sayuran Organik Bulan April... 92
21.Harga Sayuran Organik Bulan Mei... 93
22.Harga Sayuran Organik Bulan Juni ... 93
23.Harga Sayuran Organik Bulan Juli ... 94
24.Harga Sayuran Organik Bulan Agustus ... 94
(15)
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kondisi mengalami terpaan badai krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan, saat ini sangat jarang sektor yang tetap sanggup berdiri tegak untuk dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan produksi nasional dan mampu mempertahankan peranan ekonominya dalam peyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan, serta peningkatan devisa. Akibat dari krisis moneter ini menyebabkan tertutupnya berbagai usaha, pemutusan hubungan kerja, penurunan daya beli masyarakat, peningkatan kriminalitas, serta penurunan mutu gizi masyarakat. Salah satu sektor dari sedikit sektor yang mampu bertahan adalah sektor pertanian (Rasahan, dkk, 1999 :73-74).
Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk lebih memperhatikan sektor pertanian. Hal ini terlihat dengan berbagai program yang ditujukan untuk memacu sektor pertanian seperti KUT (Kredit Usaha Tani), hortikultura, KUT Pangan, diterjunkannya sarjana penggerak pembangunan pertanian, dan pemberdayaan masyarakat di pedesaan (Yustika, 2005 : 52).
Dengan adanya pembangunan di subsektor tanaman pangan dan hortikultura maka diharapkan mampu untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani yang dicapai melalui upaya peningkatan pendapatan, produksi, dan produktivitas usahatani. Namun salah satu kelemahan dalam sistem usahatani adalah aspek pengelolaan (manajemen). Di Indonesia, kelemahan pengelolaan sering dijumpai karena sistem usaha tani masih bersifat kekeluargaan. Di dalam sistem usahatani
(16)
keluarga, aspek pengelolaan sering diabaikan. Jarang ditemukan usahatani berskala kecil menggunakan pembukuan yang baik, berorientasi pasar, dan mengatur pola tanam yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar dengan tepat.
Sebagaimana jenis tanaman hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai komersial cukup tinggi. Sebab tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang senantiasa dikonsumsi setiap saat. Dengan melihat kebutuhan terhadap sayuran yang kontiniu maka nilai pasar tanaman ini cukup baik. Kecenderungan produksinya dari tahun ke tahun meningkat, jarang mengalami penurunan yang berarti. Bahkan akhir-akhir ini ada kecenderungan di masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan yang berlemak tinggi, terutama dari bahan hewani beralih ke bahan nabati yang disebut vegetarian (hanya mengkonsumsi bahan makanan nabati) (Brilliantono, 2004 : 1).
Di masyarakat modern ini pola hidup sehat menjadi salah satu ukuran standar kualitas. Bukan sekadar menyeimbangkan antara kesibukan dan olah raga. Tetapi, pola hidup sehat bisa dimulai dari konsumsi makanan. Semakin jauh makanan itu dari kandungan obat-obatan kimia atau pestisida, kemungkinan untuk meningkatkan standar hidup sehat kian terbuka lebar.
Itulah sebabnya, beberapa tahun terakhir berkembang gerakan untuk mengembangkan produk pertanian yang bebas dari unsur pestisida. Caranya, dalam proses pengembangan komoditas, sedapat mungkin petani kembali ke alam. Antara lain dengan menggunakan berbagai bahan penunjang dari sumber-sumber yang ramah lingkungan. Inilah yang disebut sebagai pertanian organik.
(17)
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini
menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005 : 1).
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005 : 1).
Pertanian organik yang diusahakan memberi keuntungan yang cukup besar kepada pembangunan pertanian rakyat. Hal ini disebabkan karena harga jual dari produk pertanian organik lebih tinggi dan juga dalam hal konservasi sumber daya lahan dan lingkungan. Namun penerapan dari pertanian organik tidak mudah dan akan menghadapi banyak kendala.
(18)
Meskipun beberapa petani sudah mulai mengembangkan dan bertani secara organik sejak lama, sebagai contoh kebun pertanian organik Agatho di Cisarua sudah lebih 10 tahun eksis dalam sistim pertanian organik, namun perkembangan pertanian organik di Indonesia baru dimulai sejak 4-5 tahun yang lalu. Jauh tertinggal dibandingkan dengan Jepang, Belanda, Perancis, Itali, Amerika, dan lain-lain (Husnain dan Haris, 2006 : 1).
Prospek usaha sayuran organik sebenarnya untuk selama 10 tahun ke depan, diperhitungkan sangat prospektif. Ini disebabkan semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi produk pertanian terutama sayuran yang bebas bahan-bahan kimia. Ini berkaitan dengan kesehatan tubuh, di mana berbagai negara maju sudah semakin ketat mengawasi peredaran produk sayuran yang perawatannya menggunakan bahan kimia.
Namun, potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada lapisan masyarakat tertentu . Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum
ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005: 1).
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pasar akan sayuran terutama sayuran organik perlu dilakukan survei pasar sederhana yang akan dilakukan sebelumnya. Berdasarkan data kebutuhan pasar itu, dapat dihitung berapa besar produksi yang harus dicapai atau yang dibutuhkan oleh konsumen.
(19)
Kekuatan pasar adalah contoh lain yang dapat menyebabkan gagalnya mekanisme pasar. Sektor swasta baik yang mensuplai maupun sebagai konsumen mampu mempengaruhi harga. Karena jumlah mereka yang relatif kecil, atau juga karena pembeli atau penjual tidak mempunyai outlet pasar alternatif. Oleh karena itu, kebijaksanaan bagi pengembangan kelembagaan merupakan keharusan untuk ditangani pemerintah (Rasahan, dkk, 1999: 5).
Karena adanya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan dan belum adanya penelitian mengenai permintaan konsumen akan sayuran organik maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui masalah dan bagaimana prospek produksi dan permintaan sayuran organik di Sumatera Utara kelak.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan konsumen membeli sayuran organik ?
2. Bagaimana hubungan karakteritik sosial ekonomi konsumen ( umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga) dengan keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik ?
(20)
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan konsumen membeli sayuran organik.
2. Untuk mengidentifikasi hubungan karakteritik sosial ekonomi konsumen ( umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga) dengan keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik.
3. Untuk menentukan strategi pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi para dinas pertanian dan konsumen agar dapat mengetahui efek yang ditimbulkan dari sayuran organik.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam menentukan strategi pembinaan dan peningkatan produksi sayuran organik.
3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
(21)
II.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam pertanian konvensional, mulai dipergunakan pupuk buatan pabrik, pestisida sintesis, perangsang tumbuh, dan antibiotika. Dengan cara ini produksi sangat meningkat, tetapi disisi lain hadirnya produk-produk pabrik tersebut dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Selain itu, pertanian konvensional banyak bergantung pada bahan kimia yang harganya mahal, bahkan kadang-kadang langka. Ketergantungan ini menyebabkan produksi menurun dan peningkatan biaya produksi. Permasalahan dalam pertanian konvensional dapat diselesaikan dengan mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik adalah (dalam hal bercocok tanam) yang tidak menggunakan bahan kimia tetapi menggunakan bahan organik (Pracaya, 2002: 2-3).
Jenis tanaman yang ditanam secara organik pun sekarang tidak terbatas hanya tanaman sayuran saja, tetapi telah diusahakan tanaman buah, tanaman padi, maupun tanaman obat. Produk tanaman organik masih terbatas dikonsumsi oleh orang-orang yang sadar akan kesehatan. Namun, dengan munculnya produk pertanian organik di setiap pameran dan ditunjang oleh promosi mengenai pentingnya kesehatan, tidak menutup kemungkinan di tahun mendatang banyak orang yang beralih ke produk tanaman organik (Pracaya, 2002: 5).
Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian
(22)
organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005: 1).
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang murah serta berfungsi sebagai pengatur metabolisme dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan tingkat kecerdasan dan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit serta kanker dan influeza. Sayuran juga mengandung serat yang berguna untuk membantu proses pencernaan sehingga dapat mencegah kanker usus (Tim Penulis, 1993 : 7).
a. Sawi
Sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah yaitu di pekarangan, di ladang atau di sawah, jarang diusahakan di daerah pegunungan. Sawi merupakan tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan (Tim Penulis, 1993 : 94).
Mula-mula hanya dikenal tiga jenis sawi, yaitu sawi putih, sawi hijau dan sawi huma. Namun, saat ini sudah dikenal pula sawi bakso (caisim), sawi keriting dan sawi monumen.
1. Sawi putih alias sawi jabung atau paksoi
Sawi ini paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya yang paling enak diantara sawi lainnya. Daunnya lebar, berwarna hijau tua, baertangkai pendek, tegap dan bersayap. Ada dua varietas padi putih, yaitu varietas rugosa, dan varietas prain.
2. Sawi hijau
Sawi hijau ini mempunyai rasa pahit sehingga jarang dikonsumsi dalam keadaan segar. Ukuran sawi hijau lebih kecil daripada sawi putih, tetapi warnanya
(23)
hijau tua. Batangnya sangat pendek dan tangkai daunnya pipih dan sedikit berkilau tetapi kuat.
3. Sawi Huma
Disebut sawi huma karena jenis sawi ini menyukai tempat-tempat kering seperti tegalan. Jenis sawi ini mempunyai daun yang sempit dengan warna hijau keputih-putihan. Batangnya kecil dan panjang dengan tangkai yang bersayap.
4. Sawi bakso atau Caisim
Sawi ini dikenal juga dengan nama sawi cina, karena umumnya digunakan untuk masakan cina. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Sawi ini bertngkai panjang, dan berwarna hijau keputihan. Rasanya pun cukup enak, renyah, segar dan tidak terlalu pahit.
5. Sawi keriting
Daunnya berwarna hijau dan mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun. Tangkai daunya berwarna putih.
6. Sawi monumen
Daunnya berwarna hijau segar dan tangkai daunnya lebar dan tulang daun berwarna putih. Dari sekian jenis sawi, sawi inilah yang paling besar dan paling berat (Novary, 1997 : 147).
b. Kangkung
Kangkung adalah salah satu jenis sayuran daun yang mampu hidup di darat atau di air. Ada tipe kangkung yang berbunga putih dan berbunga biru atau ungu. Warna batang sesuai dengan warna bunga. Tanaman ini bersifat menjalar sampai
(24)
batangnya berlubang. Cara bertanam ada dua yaitu kangkung air dan kangkung darat (Sutarya, dkk, 1995 : 209).
Pada kangkung air yang ditanam di rawa atau kolam, setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan mulai dapat dipangkas ujungnya sepanjang kurang lebih 20 cm, agar tanaman banyak bercabang. Pada kangkung darat pemanenan biasanya dilakukan setelah umur 28 – 35 hari dengan jalan mencabut bersama akarnya. Kangkung darat yang masih muda dan batang yang besar dan berlubang memiliki kualitas pasar yang lebih baik daripada kangkung air dengan batang yang tipis tetapi kasar (Sutarya, dkk, 1995 : 209).
c. Bayam
Satu-satunya sayuran yang termasuk dalam famili Amaranthaceae ialah bayam (Amaranthus sp.). Tanaman ini berbentuk perdu atau semak. Bayam banyak digemari masyarakat Indonesia karena rasanya enak, lunak dan dapat memperlancar pencernaan. Selain itu, bayam banyak mengandung vitamin A dan C serta sedikit vitamin B. Bayam pun banyak mengandung garam-garam mineral yang penting seperti kalsium, fospor, dan besi (Sunarjono, 2004 :14 ).
Bayam yang biasa ditanam (diusahakan) umumnya berbiji hitam, diantaranya bayam cabut dan bayam tahun. Batang bayam cabut atau biasa disebut sekul ada yang berwarna kemerah-merahan (bayam merah) dan ada yang hijau keputih-putihan (bayam putih). Jenis bayam ini biasa dijual dengan akar dalam bentuk ikatan sebesar lingkaran dua jari (Sunarjono, 2004:15-16).
(25)
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Distributor/ Penyedia Sayuran Organik Sayuran Organik
Pasar swalayan (supermarket) umumnya mempunyai segmen pasar tersendiri (konsumen ekonomi atas). Oleh karena itu jenis dan kualitas sayuran yang disediakan dan disalurkan bersifat selektif. Salah satu sayuran yang disediakan adalah sayuran organik (Ginting, 2006 : 33).
2.2.2 Keputusan Pembelian
Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah dengan pembeli yang mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dan sebagian keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat dirangsang oleh rangsangan internal bila salah satu kebutuhan normal seseorang muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan dan rangsangan eksternal yang datangnya dari luar (Kotler dan Amstrong, 1997 : 174).
Sewaktu konsumen membuat keputusan membeli sering melalui lima langkah yang logis. Pertama, menyadari kebutuhan yang belum terpuaskan. Kedua, memilih beberapa pilihan yang nalar. Ketiga, barang tersebut di identifikasi. Keempat, di evaluasi. Dan ke lima, keputusan membeli pun di buat, pada tahap ini mencakup motif beli langganan dan citra toko pengecer (Stanton, 1996 : 176).
Suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Ada empat macam perspektif dari model manusia (model
(26)
of man). Model manusia yang dimaksud di sini adalah model tingkah laku keputusan dari seorang individu berdasarkan empat perspektif, yaitu :
1. Manusia ekonomi
Konsep manusia ekonomi berasal dari disiplin ekonomi. Manusia dipandang sebagai seorang individu yang melakukan keputusan secara rasional. Agar seorang individu dapat berfikir rasional, maka ia harus menyadari berbagai alternatif produk yang tersedia. Dia juga harus mempu merangking berbagai alternatif tersebut berdasarkan kebaikan dan keburukan produk alternatif tersebut, dan mampu memilih yang terbaik dari alternatif yang tersedia. Manusia ekonomi berusaha mengambil keputusan yang memberikan kepuasan maksimum. Keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi seperti harga, jumlah barang, dan manfaat. 2. Manusia pasif
Manusia sebagai individu yang mementingkan diri sendiri dan menerima berbagai macam promosi yang ditawarkan pemasar. Konsumen digambarkan sebagai pembeli yang irasional dan impulsif, yang siap menyerah pada usaha dan tujuan pemasar. Model ini bertolak belakang dengan manusia ekonomi. Model manusia pasif dianggap tidak realistis. Peran adalah mencari informasi mengenai alternatif produk dan memilih produk yang memberikan kepuasan paling besar.
3. Manusia kognitif
Model manusia kognitif menggambarkan konsumen sebagai sebuah sistem pemrosesan informasi. Pemrosesan informasi akan membawa kepada pembentukan kesukaan (preferensi) dan selanjutnya pada keinginan membeli. Model ini menempatkan konsumen diantara model manusia ekonomi dan manusia pasif. Model
(27)
manusia kognitif menggambarkan konsumen sebagai individu yang berfikir untuk memecahkan masalah (a thinking problem solver).
4. Manusia emosionl
Model ini menggambarkan konsumen sebagai individu yang memiliki perasaan mendalam dan emosi yang mempengaruhi pembelian atau
pemilikan barang-barang tertentu. Perasaan seperti rasa senang, takut, cinta, khawatir, fantasi, kenangan sangat mempengaruhi konsumen
(Sumarwan, 2003 ; 290-292).
Inti pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih prilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berprilaku (Setiadi, 2003 ; 415).
Prilaku konsumen merupakan tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Engel, dkk, 1990 : 3).
2.2.3 Permintaan
Permintaan (demand) adalah jumlah barang-barang yang pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu tertentu pula (Rosyidi, 1996 ; 239).
(28)
Harga dapat mempengaruhi permintaan pangan masyarakat karena flukstuasi harga mengakibatkan terjadinya pergantian (subtitusi) barang yang dikonsumsi (Mubyarto, 1986 ; 10).
Tingkat harga suatu barang berpengaruh terhadap besarnya jumlah yang dibeli oleh seseorang. Makin mahal harga suatu barang akan berkurang jumlah yang dibelinya dengan syarat keadaan yang lain-lain tidak berubah (cateris paribus) (Gultom, 1996 ; 29).
Pada kenyataanya, permintaan suatu barang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti :
a. Harga barang (komoditi)
Permintaan suatu komoditi dipengaruhi oleh harga komoditi itu sendiri dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau cateris paribus. Secara umum bila harga suatu komoditi tinggi, hanya sedikit orang yang mau dan mampu membelinya. Akibatnya jumlah komoditi yang dibelinya hanya sedikit saja.
b. Harga barang-barang lain
Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang lain yang ada kaitannya, seperti barang yang dapat saling mengganti (subsitusi) dan melengkapi (komplenter).
c. Pendapatan para pembeli
Pendapatan masyarakat (sebagai pembeli) merupakan faktor yang sangat penting di dalam menentukan permintaan terhadap berbagai jenis barang, berbagai jenis barang tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu barang normal dan inferior. Barang normal yaitu barang yang mengalami kenaikan permintaanya apabila
(29)
terjadi kenaikan dalam pendapatan konsumen, sedangkan barang inferior yaitu barang yang permintannya mengalami penurunan jika terjadi kenaikan dalam pendapatan, contoh gaplek.
d. Selera
Selera masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa. Namun faktor selera dan citarasa bersifat subjektif.
(Nuraini, 2005 : 17-19).
2.2.4 Faktor Sosial
Karakteristik sosial konsumen dipengaruhi oleh : a. Umur
Umur dan tahapan siklus hidup dapat membentuk pola konsumsi orang dewasa, biasanya mengalami perubahan dan trnsformasi (perubahan bentuk, rupa, sifat) tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya (Setiadi, 2003: 132).
b. Pendidikan
Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka konsumen akan lebih memilih barang-barang yang berkualitas baik (Setiadi, 2003 :215).
2.2.5 Faktor ekonomi
(30)
1. Pendapatan Keluarga
Apabila pendapatan keluarga meningkat maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi semakin besar
(Raharjo dan Manurung, 2001 :175). 2. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi keputusan konsumen saat pembelian, semakin banyak jumlah anggota keluarga konsumen maka jumlah yang pembelian semakin tinggi, sehingga anggota berpengaruh besar terhadap keputusan pembelian (Raharjo dan Manurung, 2001:254).
2.2.6 Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths), peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat memaksimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1997 ; 18-19).
Analisa SWOT dibuat dalam bentuk matriks. Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam perusahaan dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan empat set alternatif strategis, yaitu :
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)
Strategi berdasarkan jalan pemikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
(31)
2. Strategi ST (Strengths-Threats)
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weaknesses-Threats)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Gambar 1. Diagram matriks SWOT IFAS
EFAS
Strengths (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Opportunities (O)
Tentukan 5-10
faktor-faktor kelemahan eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T) Tentukan 5-10
faktor-faktor kelemahan eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman.
(32)
2.3 Kerangka Pemikiran
Distributor/penyedia sayuran organik adalah swalayan. Swalayan menyediakan pilihan sayuran organik untuk dibeli konsumen.
Konsumen di sini adalah konsumen individu. Konsumen individu adalah konsumen rumah tangga yang membeli sayuran tujuannya mengkonsumsi sayuran organik untu keluarga. Konsumen dapat memilih barang atau jasa yang akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya sendiri dan bebas memilih alternatif yang ditawarkan oleh penjual.
Ketika konsumen menyadari kebutuhan akan sayur-sayuran terutama sayuran organik yang bebas dari bahan-bahan kimia maka konsumen akan mengambil keputusan untuk membeli sayuran organik. Dengan membeli sayuran organik maka kemungkinan kita untuk meningkatkan standar hidup sehat terbuka lebar.
Keputusan pembelian dan mengkonsumsi sayuran organik dipengaruhi oleh karakteristik konsumen yaitu faktor sosial, dan faktor ekonomi. Faktor sosial terdiri dari umur dan pendidikan. Faktor ekonomi terdiri dari pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga.
Konsumen menetapkan keputusannya untuk membeli dan mengkonsumsi sayuran organik. Dengan mengkonsumsi sayuran organik yang dubutuhkan oleh konsumen maka dapat diketahui permintaan akan sayuran organik itu.
Adapun faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, pendapatan rata-rata keluarga, selera, selera, dan hari raya atau libur.
(33)
Setelah dianalisis faktor yang mempengaruhi permintaan sayuran organik, maka dapat dilakukan strategi pengembangan usaha tani sayuran organik. Strategi pengembangan usaha dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema berikut ini.
Distributor/ Penyedia Sayuran Organik
Faktor yang mempengaruhi : 1. Harga sayuran
organik 2. Harga sayuran
nonorganik 3. Pendapatan masyarakat 4. Selera
5. Hari Libur/hari raya
Permintaan Sayuran Organik
Keputusan Pembelian
Karakteristik konsumen dipengaruhi oleh : 1. Faktor Sosial
a. Umur b. Pendidikan 2. Faktor ekonomi
a. Pendapatan Keluarga b. Jumlah Tanggungan
Keluarga
Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik
Keterangan Gambar
= ada hubungan = Saluran
(34)
2.4 Hipotesa Penelitian
1. Permintaan konsumen sayuran organik dipengaruhi oleh harga sayuran organik tingkat konsumen, harga sayuran nonorganik, pendapatan keluarga konsumen, selera, dan hari libur/hari raya.
2. Terdapat hubungan umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga konsumen dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik.
(35)
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive sampling artinya daerah penelitian dipilih berdasarkan tujuan tertentu yang dipandang sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah penelitian ditetapkan di Kota Medan yang ditentukan secara sengaja di swalayan-swalayan dan supermarket yang menjual sayuran organik. Swalayan-swalayan yang dipilih adalah Swalayan Berastagi Gatot Subroto, Swalayan Brastagi Mangkubumi, dan Swalayan Sumatra.
3.2 Metode Penarikan Sampel Konsumen
Besar sampel konsumen 37 dianggap telah mewakili populasi dimana sampel diambil sekitar 10 persen dari total individu populasi dan secara proposional yaitu dihitung berdasarkan perbandingan.
Tabel 1. Sampel Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan
Pasar Swalayan Populasi Sampel Konsumen
Swalayan Brastagi Gatsu 155 15
Swalayan Brastagi Mangkubumi 120 12
Swalayan Sumatra 100 10
Jumlah 378 37
Sumber : Survei
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan konsumen yang membeli sayuran organik di pasar swalayan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan
(36)
sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga instansi terkait serta buku-buku pendukung.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis 1 diuji dengan mempergunakan analisis regresi berganda (Multiple Regresion). Data yang dibutuhkan adalah harga sayuran organik tingkat konsumen, harga sayuran nonorganik, pendapatan konsumen, selera dan hari libur/raya .
Rumus yang digunakan :
Y = a + a1X1 + a2X2 + a3X3 + b1D1 + b2D2 Dimana :
Y = Permintaan konsumen sayuran organik (Kg/Bulan) X1 = Harga sayuran organik tingkat konsumen (Rp/Kg) X2 = Harga sayuran nonorganik (Rp/Kg)
X3 = Pendapatan konsumen (Rp/Bulan) D1 = Selera, D1 = 1 (suka)
D1 = 0 (tidak suka) D2 = Hari libur/raya, D2 = 1 (hari libur/raya)
D2 = 0 (selain hari libur/raya) a dan b = Konstanta
Pengambilan keputusan :
Jika th ≤ ttabel, tolak H1 terima H0 pada taraf kepercayaan 95% dan 99% Jika th > ttabel, terima H1 tolak H0 pada taraf kepercayaan 95% dan 99%
(37)
Untuk menguji hipotesis 2 digunakan analisis rank spearman
(
2)
; 1 2 6 1 2 3 1 2 − = − − = − − =
∑
= n db t r n r t n n di r s s hitung N i s α α Keterangan :rs = koefisien korelasi rank spearman di = selisih antara peringkat
n = jumlah sampel = derajat nyata db = derajat bebas Kriteria uji hipotesis adalah :
Jika thit≤ t berarti terima H0 Jika thit > t berarti terima H1 (Irianto, 2004 : 43)
Untuk menganalisis hipotesis 3 digunakan matrik SWOT. Matrik ini akan menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam pengembangan usaha sayuran organik dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan gambar tersebut akan dapat dilihat bagaimana strategi pengembangan usaha sayuran oeganik.
(38)
Tabel 2. Parameter Tingkat Keputusan Konsumen Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik
No. Parameter Pernyataan Skor
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
1 Karena sayuran organik sehat
e. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
2 Karena konsumen merasakan manfaat yang tersendiri
e. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
3 Karena kemasan sayuran organik bagus
e. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
4 Karena pengaruh keluarga
e. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
5 Karena sayuran organik memiliki kandungan nutisi yang tinggi
e. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
6 Karena pengaruh tetangga (orang lain)
e. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
7 Karena penampilan (bentuk dan warna)
e. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
8 Memiliki perasaan yang menyenangkan bila mengkonsumsi sayuran organik (menunjukkan status atau martabat yang tinggi)
e. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
9 Karena sayuran organik harganya murah
f. Sangat Setuju (SS) 5
a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Tidak Setuju (TS) 2
c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3
d. Setuju (S) 4
10 Memiliki kenyamanan saat berbelanja sayuran organik
e. Sangat Setuju (SS) 5
(39)
Untuk mengukur tingkat keputusan konsumen digunakan metode skoring dengan 10 parameter. Jumlah skor tingkat keputusan konsumen adalah 1 – 50. Apabila skor berada :
1 – 16 tingkat keputusan konsumen rendah 17 – 33 tingkat keputusan konsumen sedang 34 – 50 tingkat keputusan konsumen tinggi 3.5 Defenisi dan Batasan Opersional
Untuk menghindari kesalahpaham pengertian tentang istilah yang terdapat dalam proposal ini, maka akan dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Defenisi
1. Sayuran organik adalah sayuran yang dalam proses produksinya tidak menggunakan bahan-bahan kimia.
2. Sampel adalah konsumen yang membeli sayuran organik di pasar swalayan 3. Distributor atau penyedia sayuran organik adalah swalayan-swalayan yang
menyediakan sayuran organik untuk dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen. 4. Harga sayuran organik adalah harga sayuran organik yang berlaku di tingkat
konsumen.
5. Harga sayuran nonorganik adalah harga sayuran nonorganik yang berlaku di tingkat konsumen.
6. Swalayan adalah suatu tempat dimana para konsumen membeli sayuran organik yang dibutuhkan dimana para pembeli melayani dirinya sendiri dengan harga yang telah ditentukan.
(40)
7. Permintaan sayuran organik adalah jumlah sayuran organik yang diminta oleh konsumen pada suatu waktu yang didukung oleh daya beli.
8. Faktor adalah hal yang menyebabkan atau mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik.
9. Faktor sosial adalah faktor yang ada pada diri konsumen sebagai responden yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik meliputi umur dan tingkat pendidikan.
10.Tingkat umur konsumen adalah usia konsumen pada saat penelitian dilakukan yaitu umur 36 – 66 tahun.
11.Tingkat pendidikan konsumen adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh konsumen parameternya SD, SLTP, SLTA, Diploma, dan Sarjana. 12.Faktor ekonomi adalah faktor yang ada pada diri konsumen sebagai responden yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik meliputi pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga.
13.Pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan yang menunjang pendapatan keluarga setiap bulannya.
14.Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.
15.Keputusan konsumen adalah tindakan dari dua atau lebih alternatif yang diputuskan.
16.Strategi pengembangan usaha sayuran organik adalah inisiatif meningkatkan peluang atau keberhasilan usaha sayuran organik di masa depan.
(41)
3.5.2 Batasan Operasional
1. Sayuran organik yang diteliti adalah sawi manis, patchoi, khailan, kangkung, bayam hijau, dan bayam merah.
2. Penelitian diadakan di sawlayan-swalayan yang menjual sayuran organik seperti Swalayan Brastagi Gatot Subroto, Swalayan Brastagi Mangkubumi, dan Swalayan Sumatra.
3. Sampel penelitian adalah konsumen yang membeli sayuran organik di swalayan-swalayan.
4. Penelitian dilakukan pada tahun 2007.
(42)
IV.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK
PASAR DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian.
4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah.
Kota Medan merupakan Ibu Kota dan Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2027 -2047 LU – 98035 -98044 BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 sampai dengan 37,5 meter di atas permukaan laut, rata-rata curah hujan 171,2 mm dengan suhu minimum 22,70C – 24,10C dan suhu maksimum berkisar antara 31,00C– 33,70C. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 78-80% dan kecepatan angin berkisar antara 0,40 m/cc sedangkan rata-rata laju penguapan tiap bulannya 104,5 mm.
Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah 265,10 km2. kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat, dan timur.
4.1.2 Keadaan Penduduk
a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan. Penduduk Kota Medan berjumlah 2.036.185 orang dengan 460.080 rumah tangga yang tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk Kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3.
(43)
Tabel 3. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.
Laki-laki Perempuan Golongan
Umur Orang Persen Orang Persen
Jumlah 0 – 4
5 – 9 10 – 14
101,775 101,269 103,651 51.52 61.61 51.17 95,778 94,953 98,904 48.48 49.39 48.83 197,553 196,222 202,555 15 – 19
20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54
117,631 111,668 99,908 87,795 72,206 62,618 47,771 32,519 49.32 46.92 47.82 49.53 49.66 50.86 51.52 50.97 120,873 126,338 109,029 89,473 73,186 60,490 44,961 31,285 50.68 53.08 52.18 50.47 50.34 49.14 48.48 49.03 238,504 238,006 208,937 177,268 145,392 123,108 92,732 63,804 55 – 59
55 – 64 65+ 25,591 20,563 27,075 49.94 49.81 45.44 25,652 20,716 32,507 50.06 50.19 54.56 51,243 41,279 59,582 Jumlah 1,102,040 49.70 1,024,045 50.30 2,036,185
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006
Tabel 3. menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 2,036,185 orang yang terdiri dari 1,102,040 orang laki-laki (49.70 %) dan 1,024,045 orang perempuan (50.30 %), dari data tersebut dapat dilihat bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. Data tabel di atas menunjukkan jumlah usia non produktif bayi, balita, anak-anak dan remaja (0 – 14 tahun) sebesar 596,330 orang (29.28%) dan manula ( > 55 tahun) sebesar 152,104 orang (7.47%). Jumlah usia produktif (15 – 54 tahun) adalah sebesar 1,287,751 orang (63.25%). Usia produktif adalah usia dimana seseorang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar.
(44)
b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.
Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan. No. Tingkat Pendidikan Jumlah
(orang)
Persentase ( % ) 1.
2. 3. 4.
SD SLTP SLTA
Perguruan Tinggi
412,893 626,617 670,597 209,246
21.51 32.65 34.94 10.90
Jumlah 1,919,353 100
Sumber : BPS, MedanDalam Angka 2006
Tabel 4. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) sebesar 670,597 orang (34.94 %), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 626,617 orang (32.65 %), Sekolah Dasar (SD) berjumlah 412,893 orang (21.51 %), dan Perguruan Tinggi (PT) 209,246 orang (10.90 %).
c. Penduduk Menurut Mata Pencaharian.
Mata pencaharian penduduk Kota Medan bermacam jenisnya yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, tenaga pengajar, tenaga kesehatan dan masih banyak lagi yang lain jenisnya dan macam pekerjaannya. Untuk mengetahui lebih jelas mata pencaharian penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel 5.
(45)
Tabel 5. Penduduk Menurut Pekerjaan.
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase ( % ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pegawai Negeri Pegawai Swasta TNI/POLRI Tenaga Pengajar Tenaga Kesehatan Lain-lain 18,670 14,570 13,562 43,551 2,399 300,255 4.75 3.70 3.45 11.08 0.61 76.41
Jumlah 393,007 100
Sumber : BPS, MedanDalam Angka 2006
Tabel 5. me4nunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar adalah sebagai tenaga pengajar sebesar 43.551 orang (11,08 %), pegawai negeri 18.670 orang (4,75 %), pegawai swasta 14.570 orang (3,70 %), TNI/POLRI 13.562 orang (3,45 %), tenaga kesehatan 2.399 orang (0,61 %) dan pekerjaan lain-lain yaitu gabungan dari berbagai macam pekeerjaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yaitu sebesar 300.255 orang (76,41 %). Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk Kota Medan yang berusia produktif hanya sebagian kecil saja yang bekerja, setelah dikurangi penduduk Kota Medan yang bersekolah dan kuliah, masih banyak penduduk yang menganggur baik sebagai pengangguran terselubung maupun sebagai penganggur tetap.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana transportasi, dan pasar yang sudah cukup memadai.
(46)
Tabel 6. Sarana dan Prasarana
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
(Unit) 1. Sekolah
a. SD b. SLTP c. SLTA
d. Perguruan Tinggi
797 335 322 28 2. Kesehatan d. Puskesmas e. Pustu f. BPU
g. Rumah Bersalin h. Rumah Sakit
39 41 375 270 68 3. Transportasi
a. Jalan Baik b. Jalan Sedang c. Jalan Rusak
1,869.60 Km 446.15 Km 128.37 Km 4. Pasar
a. Pasar Tradisional b. Pasar Swalayan
56 30
Sumber : BPS, MedanDalam Angka 2006
Sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play Grup, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 797 unit, sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 335 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) berjumlah 322 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 28 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.
Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar sperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu BPU 375 unit, rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit, pustu 41 unit, dan puskesmas 39 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.
(47)
Sarana transportasi sangat lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak kesegala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3,078.94 km, jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 1,869.6 km, jalan dalam kondisi sedang sepanjang 446.15 km, jalan yang dalam kondisi rusak sepanjang 128.37 km.
Pasar tradisional maupun pasar swalayan banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di pasar swalayan. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar swalayan 30 unit yang tersebar di setiap kecamatan dengan keunggulan dan kelengkapan masing-masing pasar yang berbeda-beda. Pasar tradisional umumnya buka pagi hari atau sore hari, sedangkan pasar swalayan buka pagi hingga malam hari. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel pasar adalah pasar swalayan yaitu Swalayan Brastagi Gatot Subroto, Swalayan Brastagi Mangkubumi, dan Swalayan Sumatera.
4.2 Karakteristik Pasar (Lokasi Penelitian) 4.2.1. Swalayan Brastagi Gatot Subroto
Swalayan Brastagi terletak di jalan Gatot Subroto. Luas Areal Swalayan Brastagi yaitu ± 4.500 m2. Sayur-sayuran yang dijual bermacam macam seperti sawi manis, patchoi, khailan, kangkung, bayam hijau, bayam merah, sawi pahit, dan lain-lain. Swalayan Brastagi tidak hanya menjual sayur-sayuran tetapi juga menjual barang-barang lain seperti buah-buahan dan menjual barang-barang lain yang dijual pada swalayan pada umumnya.
(48)
4.2.2. Swalayan Brastagi Mangkubumi
Swalayan Brastagi Mangkubumi merupakan cabang dari swalayan Brastagi jalan Gatot Subroto. Swalayan ini berada di jalan Mangkubumi. Swalayan ini menjual sayur-sayuran seperti sawi manis, patchoi, kangkung, bayam dan lain-lain; juga menjual buah-buahan dan barang-barang lain yang dijual pada umumnya. Swalayan ini tidak sebesar swalayan Brastagi Gatsu.
4.2.3. Swalayan Sumatera
Swalayan Sumatera berada di jalan S. Parman. Adapun yang dijual adalah sayur-sayuran seperti sayur-sayuran baik itu sayur organik maupun sayur nonorganik; buah-buahan dan jenis makanan lainnya.
4.3 Karakteristik Konsumen Sampel
Karakteristik konsumen sampel yang dimaksud adalah meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen
No. Karakteristik Sosial Ekonomi
Satuan Range Rata-rata
1. Umur Tahun 36 – 66 46.03
2. Tingkat Pendidikan Tahun 9 – 17 15.78 3. Tingkat Pendapatan Keluarga Rp/Bulan 5,000,000- 15,000,000 10,675,675.68
4. Jumlah Tanggungan Orang 1 – 6 3. 65
Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 1).
Umur Konsumen sampel berkisar antara 36 – 66 tahun dengan rata-rata umur konsumen 46 tahun. Rata-rata tersebut memperlihatkan bahwa konsumen sampel
(49)
masih berada dalam ketegori usia produktif sehingga potensi keputusan membeli sayuran organik semakin besar.
Pendidikan formal konsumen sampel berkisar antara 9 – 17 tahun dengan rata-rata pendidikan konsumen 16 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan konsumen sampel adalah setingkat sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa wawasan pengetahuan konsumen dalam mengambil keputusan membeli dan mengkonsumsi sayuran organik tergolong tinggi.
Tingkat pendapatan keluarga konsumen sampel per bulannya berkisar antara Rp 5,000,000 – 15,000,000 dengan rata-rata Rp 10,675,675 per bulan dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan konsumen sampel tergolong ke dalam kategori tinggi sehingga keputusan dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik terpenuhi.
Jumlah tanggungan keluarga konsumen sampel berkisar antara 1 - 6 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 4 orang. Rata-rata tersebut memperlihatkan bahwa jumlah tanggungan konsumen sampel cukup banyak sehingga keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik tinggi.
(50)
V.
HASIL PENELITIAN
5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Sayuran Organik.
Berdasarkan hasil penelitian, konsumen rumah tangga sayuran organik biasanya memanfaatkan sayuran organik sebagai sumber vitamin, gizi dan lain-lain. Sayuran organik yang diteliti adalah sayuran Sawi Manis, Patchoi, Khailan, Kangkung, Bayam Hijau dan Bayam Merah.
5.1.1. Permintaan Konsumen Sawi Manis Organik
Untuk mengetahui jumlah konsumsi sayuran organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Data Konsumsi Sawi Manis Organik Sampel Rumah Tangga 2007
Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatot
Subroto
< 1.5 1.5 - 3
> 3 1 9 5 Jumlah 15 Swalayan Brastagi Mangkubumi < 1.5 1.5 - 3
> 3
3 8 1
Jumlah 12 Swalayan Sumatera < 1.5
1.5 - 3 > 3
1 6 3
Jumlah 10
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 2
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi sawi manis organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi sawi manis organik yang terendah adalah 1 kg/bln dan tertinggi 4.33 kg/bln.
(51)
Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen sawi manis organik adalah harga sawi manis organik, pendapatan keluarga, harga sawi manis nonorganik, selera dan hari raya/libur.
1. Pengaruh Harga Sawi Manis Organik
Perubahan harga sawi manis organik berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga, sawi manis organik merupakan sumber kebutuhan kabohodrat, gizi, vitamin dan lain-lain yang berguna bagi kesehatan konsumen rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga apabila terjadi kenaikan harga sawi manis organik maka konsumen akan mengurangi konsumsi sawi manis organik ataupun beralih pada sayuran organik lain yang lebih murah atau mengurangi konsumsi sawi manis organik.
2. Pengaruh Harga Sawi Manis Nonorganik
Harga sawi manis nonorganik berpengaruh dalam penurunan konsumsi sawi manis organik. Karena harga sawi manis organik tinggi, maka hanya ada 13 orang (35.13%) menggunakan sawi manis nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti sawi manis organik.
3. Pengaruh Pendapatan Keluarga
Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi sawi manis organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.00 – 2.67kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 2 – 4.33 kg/bulan.
(52)
4. Pengaruh Faktor Selera
Berdasarkan penelitian, selera menentukan jumlah konsumsi sawi manis organik konsumen rumah tangga. Jika keluarga tersebut menyukai sawi manis organik, maka permintaan akan sawi manis organik tinggi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 10 responden (27.02%) yang tidak menyukai sawi manis organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi sawi manis organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 27 responden (72.97%) mengaku menyukai sawi manis organik. Berpengaruhnya selera terhadap jumlah konsumsi sawi manis organik karena kesadaran masyarakat akan makanan yang sehat semakin meningkat, dimana sawi manis organik tidak memiliki kandungan zat kimia.
5. Pengaruh Hari Raya / Libur
Berdasarkan penelitian, hari raya tidak menentukan jumlah konsumsi sawi manis organik konsumen rumah tangga. Dari data yang dikumpulkan, terdapat 24 responden (64.86%) yang meningkatkan jumlah konsumsi sawi manis organik pada hari raya / libur.
5.1.2. Permintaan Konsumen Patchoi Organik
Untuk mengetahui jumlah konsumsi patchoi organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 9.
(53)
Tabel 9. Data Konsumsi Patchoi Organik Sampel Rumah Tangga 2007
Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5
1.5 - 3 > 3 1 12 2 Jumlah 15 Swalayan Brastagi Mangkubumi < 1.5 1.5 - 3
> 3
2 8 2
Jumlah 12 Swalayan Sumatera < 1.5
1.5 - 3 > 3
1 8 1
Jumlah 10
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 2
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi patchoi organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi patchoi organik yang terendah adalah 1 kg/bln dan tertinggi 4 kg/bln.
Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen patchoi organik adalah harga patchoi organik, pendapatan keluarga, harga patchoi nonorganik, selera dan hari raya/libur.
1. Pengaruh Harga Patchoi Organik
Perubahan harga patchoi organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga apabila terjadi kenaikan patchoi organik maka konsumen akan mencari konsumsi sayur organik lain.
2. Pengaruh Patchoi Nonorganik
Harga patchoi nonorganik berpengaruh dalam penurunan konsumsi patchoi organik. Karena harga patchoi organik tinggi, maka hanya ada 5 orang (13.51%) menggunakan patchoi nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti patchoi organik.
(54)
3. Pengaruh Pendapatan Keluarga
Pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi. Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi patchoi organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.33 – 2.00 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 2.00– 4.00 kg/bulan.
4. Pengaruh Faktor Selera
Berdasarkan penelitian, selera tidak menentukan jumlah konsumsi patchoi organik konsumen rumah tangga. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 11 responden (29.72%) yang tidak menyukai patchoi organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi patchoi organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 26 responden (70.27%) mengaku menyukai patchoi organik.
5. Pengaruh Hari Raya / Libur
Dari data yang dikumpulkan, pada hari raya/ libur berpengaruh terhadap tingkat konsumsi patchoi organik. Terdapat 21 responden (56.75%) yang meningkatkan jumlah konsumsi patchoi organik pada hari raya / libur. Hal ini terjadi karena konsumen yang masih menganggap harus memasak untuk tamu yang datang pada hari raya/ hari besar.
5.1.3. Permintaan Konsumen Khailan Organik
Untuk mengetahui jumlah konsumsi khailan organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 10.
(55)
Tabel 10. Data Konsumsi Khailan Organik Sampel Rumah Tangga 2007
Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5
1.5 - 3 > 3 1 11 3 Jumlah 15 Swalayan Brastagi Mangkubumi < 1.5 1.5 - 3
> 3
3 7 2
Jumlah 12 Swalayan Sumatera < 1.5
1.5 - 3 > 3
1 7 2
Jumlah 10
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 3
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi khailan organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi khailan organik yang terendah adalah 1.33 kg/bln dan tertinggi 4 kg/bln.
Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen khailan organik adalah harga khailan organik, pendapatan keluarga, harga khailan nonorganik, selera dan hari raya/libur.
1. Pengaruh Harga Khailan Organik
Perubahan harga khailan organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga apabila terjadi kenaikan harga khailan organik maka konsumen akan tetap mengkonsumsi khailan organik. 2. Pengaruh Harga Khailan Nonorganik
Harga khailan nonorganik tidak berpengaruh dalam penurunan konsumsi khailan organik. Karena harga khailan nonorganik tidak berbeda jauh harga khailan organik, maka hanya ada 14 orang (37.83%) menggunakan khailan nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti khailan organik.
(56)
3. Pengaruh Pendapatan Keluarga
Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi khailan organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.33 – 2.67 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 2.00 – 4.00 kg/bulan.
4. Pengaruh Faktor Selera
Berdasarkan penelitian, selera tidak menentukan jumlah konsumsi khailan organik konsumen rumah tangga. Jika keluarga tersebut menyukai khailan organik, maka permintaan akan khailan organik tinggi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 5 responden (13.51%) yang tidak menyukai khailan organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi khailan organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 32 responden (86.48%) mengaku menyukai khailan organik. Berpengaruhnya selera terhadap jumlah konsumsi khailan organik karena kesadaran masyarakat akan makanan yang sehat semakin meningkat, dimana khailan organik tidak memiliki kandungan zat kimia.
5. Pengaruh Hari Raya / Libur
Dari data yang dikumpulkan, pada hari raya/ libur tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi patchoi organik, terdapat 22 responden (59.45%) yang meningkatkan jumlah konsumsi khailan organik pada hari raya / libur.
(57)
5.1.4. Permintaan Konsumen Kangkung Organik
Untuk mengetahui jumlah konsumsi kangkung organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Data Konsumsi Kangkung Organik Sampel rumah tangga 2007
Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5
1.5 - 3 > 3 10 5 0 Jumlah 15 Swalayan Brastagi Mangkubumi < 1.5 1.5 - 3
> 3
5 6 1
Jumlah 12 Swalayan Sumatera < 1.5
1.5 - 3 > 3
5 5 0
Jumlah 10
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 3
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi kangkung organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi kangkung organik yang terendah adalah 0.67 kg/bln dan tertinggi 3.33 kg/bln.
Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen kangkung organik adalah harga kangkung organik, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan keluarga, harga kangkung nonorganik, selera dan hari raya/libur.
1. Pengaruh Harga Kangkung Organik
Perubahan harga kangkung organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga, kangkung organik merupakan sumber kebutuhan kabohodrat, gizi, vitamin dan lain-lain yang berguna bagi kesehatan konsumen rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga apabila
(58)
terjadi kenaikan harga kangkung organik maka konsumen tetap konsumsi kangkung organik.
2. Pengaruh Harga Kangkung Nonorganik
Harga kangkung nonorganik tidak berpengaruh dalam penurunan konsumsi kangkung organik. Ada 21 orang (54.76%) menggunakan kangkung nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti kangkung organik.
3. Pengaruh Pendapatan Keluarga
Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi kangkung organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 0.67 – 2.00 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.33 – 3.33 kg/bulan.
4. Pengaruh Faktor Selera
Berdasarkan penelitian, selera berpengaruh terhadap jumlah konsumsi kangkung organik konsumen rumah tangga. Jika keluarga tersebut menyukai kangkung organik, maka permintaan akan kangkung organik tinggi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 19 responden (51.35%) yang tidak menyukai kangkung organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi kangkung organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 18 responden (48.64%) mengaku menyukai kangkung organik. Berpengaruhnya selera terhadap jumlah konsumsi kangkung organik karena kesadaran masyarakat akan makanan yang sehat semakin meningkat, dimana kangkung organik tidak memiliki kandungan zat kimia.
(59)
5. Pengaruh Hari Raya / Libur
Pada hari raya/ libur tidak berpengaruh terhadap jumlah konsumsi kangkung organik. Dari data yang dikumpulkan, terdapat 18 responden (48.64%) yang meningkatkan jumlah konsumsi kangkung organik pada hari raya / libur. Hal ini terjadi karena konsumen yang masih menganggap harus memasak untuk tamu yang datang pada hari raya/ hari besar.
5.1.5. Permintaan Konsumen Bayam Hijau Organik
Untuk mengetahui jumlah konsumsi bayam hijau organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Data Konsumsi Bayam Hijau Organik Sampel rumah tangga 2007
Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5
1.5 - 3 > 3
7 8 0
Jumlah 15 Swalayan Brastagi
Mangkubumi
< 1.5 1.5 - 3
> 3
3 9 0
Jumlah 12 Swalayan Sumatera < 1.5
1.5 - 3 > 3
4 6 0
Jumlah 10
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 4
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi Bayam Hijau organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi Bayam Hijau organik yang terendah adalah 0.67 kg/bln dan tertinggi 2.67 kg/bln.
(60)
Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen bayam hijau organik adalah harga bayam hijau organik, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan keluarga, harga bayam hijau nonorganik, selera dan hari raya/libur.
1. Pengaruh Harga Bayam Hijau Organik
Perubahan harga bayam hijau organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga, bayam hijau organik merupakan sumber kebutuhan kabohodrat, gizi, vitamin dan lain-lain yang berguna bagi kesehatan konsumen rumah tangga.
2. Pengaruh Harga Bayam Hijau Nonorganik
Harga bayam hijau nonorganik tidak berpengaruh dalam penurunan konsumsi bayam hijau organik. Ada 10 orang (27.02%) menggunakan bayam hijau nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti bayam hijau organik.
3. Pengaruh Pendapatan Keluarga
Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi bayam hijau organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 0.67 – 1.67 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.33 – 3.33 kg/bulan.
4. Pengaruh Faktor Selera
Berdasarkan penelitian, selera menentukan jumlah konsumsi bayam hijau organik konsumen rumah tangga. Jika keluarga tersebut menyukai bayam hijau organik, maka permintaan akan bayam hijau organik tinggi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 15 responden (40.54%) yang tidak menyukai bayam hijau organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi bayam hijau
(61)
organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 22 responden (59.45%) mengaku menyukai bayam hijau organik. Berpengaruhnya selera terhadap jumlah konsumsi bayam hijau organik diduga karena kesadaran masyarakat akan makanan yang sehat semakin meningkat, dimana bayam hijau organik tidak memiliki kandungan zat kimia.
5. Pengaruh Hari Raya / Libur
Hari raya / libur berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam hijau organik. Ada 15 responden (40.54%) yang meningkatkan jumlah konsumsi bayam hijau organik pada hari raya / libur. Hal ini terjadi karena pada hari raya/ hari besar keluarga banyak yang datang ke rumah sehingga harus masak untuk keluarga yang datang ke rumah.
5.1.6. Permintaan Konsumen Bayam Merah Organik
Untuk mengetahui jumlah konsumsi bayam merah organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Data Konsumsi Bayam Merah Organik Sampel rumah tangga 2007
Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5
1.5 - 3 > 3 14 1 0 Jumlah 15 Swalayan Brastagi Mangkubumi < 1.5 1.5 - 3
> 3
10 2 0
Jumlah 12 Swalayan Sumatera < 1.5
1.5 - 3 > 3
9 1 0
Jumlah 10
(62)
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi bayam merah organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi bayam merah organik yang terendah adalah 0.67 kg/bln dan tertinggi 2.00 kg/bln.
Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen bayam merah organik adalah harga bayam merah organik, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan keluarga, harga bayam merah nonorganik, selera dan hari raya/libur.
1. Pengaruh Harga Bayam Merah Organik
Perubahan harga bayam merah organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga, bayam merah organik merupakan sumber kebutuhan kabohodrat, gizi, vitamin dan lain-lain yang berguna bagi kesehatan konsumen rumah tangga.
2. Pengaruh Harga Bayam Merah Nonorganik
Harga bayam merah nonorganik tidak berpengaruh dalam penurunan konsumsi bayam merah organik. Ada 10 orang (27.02%) menggunakan bayam merah nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti bayam merah organik. 3. Pengaruh Pendapatan Keluarga
Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi bayam merah organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 0.67 – 1.00 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 0.67 – 2.00 kg/bulan.
4. Pengaruh Faktor Selera
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 21 responden (56.76%) yang tidak menyukai bayam merah organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi bayam merah
(63)
organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 16 responden (43.24%) mengaku menyukai bayam merah organik.
5. Pengaruh Hari Raya / Libur
Hari raya / libur berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam merah organik. Ada 15 responden (40.54%) yang meningkatkan jumlah konsumsi bayam merah organik pada hari raya / libur. Hal ini terjadi karena pada hari raya/ hari besar keluarga banyak yang datang ke rumah sehingga harus masak untuk keluarga yang datang ke rumah.
5.2 Hubungan Karakteristik konsumen sayuran organik dengan Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.
5.2.1 Hubungan Umur dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi sayuran Organik.
Umur konsumen merupakan faktor sosial yang berkaitan dengan cara fikir dan pandangan dalam membuat keputusan. Hasil analisis antara umur konsumen dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik diuraikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Hubungan Umur dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi sayuran Organik.
Tingkat Keputusan Konsumen (Skor) No. Kelompok
Umur (tahun)
Rendah (1 – 16)
Sedang (17 – 33)
Tinggi (34 – 50)
Jumlah
1. 36 – 46 1 (2.70%) 9 (24.32%) 9 (24.32%) 19 (51.35%) 2. 47 – 56 0 (0%) 5 (13.51%) 10 (27.03%) 15 (40.54%) 3. 57 – 66 0 (0%) 1 (2.70%) 2 (5.40%) 3 (8.11%)
Jumlah 1 (2.70%) 15 (40.54%) 21 (56.76%) 37(100%)
Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 1 dan 28)
Tabel 14. menunjukkan bahwa konsumen pada kelompok umur 36 – 46 ada 10 orang (27.03%)mempunyai tingkat keputusan pada level sedang. Pada kelompok
(64)
umur 47 – 56 tahun ada 10 orang (27.03%) mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi. Pada kelompok umur 57 – 66 tahun ada 3 orang (8.11%) mempunyai tingkat keputusan tinggi.
5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.
Tingkat pendidikan formal yang dimiliki konsumen akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan dalam mengambil keputusan. Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik diuraikan pada tabel 15.
Tabel 15. Hubungan Tingkat Pendidikan Konsumen dengan Tingkat Keputusan Konsumen dlam Membeli dan mengkonsumsi Sayuran Organik.
Tingkat Keputusan Konsumen (Skor)
No. Tingkat Pendidikan
(tahun) Rendah (1 – 16)
Sedang (17 – 33)
Tinggi (34 – 50)
Jumlah
1. SLTP (7 – 9) 0 (0%) 0 (0%) 1 (2.70%) 1 (2.70%) 2. SLTA (10 – 12) 0 (0%) 2 (5.41%) 1 (2.70%) 3 (8.11%) 3. Diploma (13 – 15) 1 (2.70%) 6 (16.22%) 4 (10.81%) 11 (29.73%) 4. Sarjana (16-17) 0 (0%) 8 (21.62%) 14 (37.84%) 22 (59.46%) Jumlah 1 (2.70%) 16 (43.24%) 20 (54.05%) 37 (100%)
Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 1 dan 28)
Tabel 15 menunjukkan bahwa terdapat 1 orang (2.70%) konsumen dengan tingkat pendidikan SLTP mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi. Terdapat 2 orang (5.41 %) konsumen dengan tingkat pendidikan SLTA mempunyai tingkat keputusan pada level sedang. Terdapat 6 orang (16.22%) konsumen dengan tingkat pendidikan Diploma tergolong pada konsumen yang mempunyai tingkat keputusan pada level sedang. Terdapat 14 orang (37.84%) konsumen dengan tingkat pendidikan Sarjana tergolong pada konsumen yang mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi.
(65)
5.2.3 Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.
Tingkat pendapatan konsumen sangat berkaitan erat dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik. Hasil analisis hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik diuraikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.
Tingkat Keputusan Konsumen(Skor) No. Tingkat
Penghasilan (Rp)
Rendah (1 – 16)
Sedang (17 – 33)
Tinggi (34 – 50)
Jumlah
1. 5 juta - 10 juta 0(0%) 6(16.22%) 6 (16.22%) 12 (32.44%) 2. > 10 juta-15 juta 1(2.70%) 9(24.32%) 15(40.54%) 25(67.56%) Jumlah 1(2.70%) 15(40.54%) 21 (56.76%) 37 (100%)
Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lmpiran 1 dan 28)
Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 6 orang (16.22%) konsumen dengan tingkat pendapatan keluarga 5 juta - 10 juta mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi. Terdapat 15 orang (40.54%) konsumen dengan tingkat penghasilan > 10 juta-15 juta mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi.
5.2.4 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.
Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu diperhatikan dalam menentukan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik. Hasil analisis hubungan antara jumlah tanggungan konsumen dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik diuraikan pada tabel 17.
(66)
Tabel 17. Hubungan Jumlah Tanggungan Konsumen dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran organik.
Tingkat Keputusan Konsumen (Skor) No. Jumlah
Tanggungan (orang)
Rendah (1 – 16)
Sedang (17 – 33)
Tinggi (34 – 50)
Jumlah
1. 1 – 3 1 (2.70%) 6 (16.22%) 10 (27.03%) 17 (45.95%) 2. 4 – 6 0 (0%) 9 (24.32%) 11 (29.73%) 14 (54.05%) Jumlah 1 (2.70%) 15 (40.54%) 21 (56.76%) 37(100%)
Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 1 dan 28)
Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat 10 orang (27.03%) konsumen dengan jumlah tanggungan 1 – 3 orang mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi. Terdapat 11 orang (29.73%)konsumen dengan jumlah tanggungan keluarga 4 – 6 orang mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi.
5.3 Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di Kota Medan.
Dari data-data yang telah dikumpulkan beserta keterangan-keterangan dari konsumen sayuran organik dan swalayan-swalayan yang menjual sayuran organik dapat dilakukan suatu analisis yakni dengan menggunakan SWOT Analisis terhadap strategi pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan.
5.3.1 Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal
Adapun faktor-faktor strategi eksternal dalam pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan adalah :
a. Peluang
- Kesadaran konsumen akan kesehatan.
Dari hasil wawancara terhadap konsumen akan sayuran organik diketahui bahwa kesadaran konsumen akan kesehatan 89.19 %. Konsumen sudah sadar bahwa
(67)
dengan membeli dan mengkonsumsi sayuran organik itu penting untuk kesehatannya salah satunya sayuran organik dapat menurunkan berat badan. - Permintaaan sayuran organik meningkat terutama pada hari raya/ libur
Menurut konsumen 78.38 % setuju bahwa permintaaan sayuran organik meningkat terutama pada hari raya/ libur. Pada hari raya/ libur konsumen membeli dan mengkonsumsi sayuran organik lebih banyak dari hari biasanya karena saudara lebih banyak datang sehingga harus masak.
- Konsumen sayuran organik adalah golongan menengah ke atas/ yang berpendapatan tinggi.
Konsumen sayuran golongan menengah ke atas/ berpendapatan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendapatan konsumen dan cara penampilan konsumen keseluruhan baik itu dari cara berpakaiannya yang bagus, penampilan berbicara dll. Pendapatan konsumen tinggi dapat dilihat dari lampiran ….
- Pasar yang berkembang.
Pasar yang berkembang dimaksud adalah sesuai dengan perkembangan zaman nantinya sayuran organik dapat dikenal, mampu dibeli dan dikonsumsi oleh semua masyarakat khususnya masyarakat di Kota Medan.
b. Ancaman
- Persaingan dengan harga sayuran nonorganik yang lebih murah.
Sayuran nonorganik merupakan barang substitusi dan yang menjadi ancaman bagi pengembangan usaha sayuran organik adalah karena sayuran nonorganik harga lebih murah daripada harga sayuran organik sehingga orang (masyarakat) lebih memilih sayuran nonorganik untuk dibeli dan dikonsumsi.
(68)
- Kondisi iklim yang dapat merusak sayuran organik.
Dari hasil wawancara dengan pihak swalayan bahwa petani harus menghadapi iklim yang tak menentu dimana apabila terjadi hujan maka dapat merusak kualitas sayuran organik itu. Hal ini dapat dilihat dari produksi sayuran organik berkurang.
- Perubahan situasi ekonomi di Indonesia seperti perubahan harga sewa tempat. Perubahan harga tempat karena pajak maka dapat menyebabkan harga sayuran organik di setiap tempat berbeda. Seperti harga sayuran organik di Swalayan Gatot subroto berbeda dengan harga sayuran organik di Swalayan Mangkubumi dan Swalayan Sumatera.
5.3.2 Menentukan Faktor-Faktor Strategi Internal
Adapun faktor-faktor strategi eksternal dalam pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan adalah :
a. Kekuatan
- Pasar di masyarakat bahwa sayuran organik sehat.
Dari hasil wawancara terhadap konsumen akan sayuran organik 91.89 % setuju bahwa pasar di masyarakat bahwa sayuran organik sehat. Dengan membeli dan mengkonsumsi sayuran organik dapat menurunkan berat badan dan menyehatkan tubuh.
- Sayuran organik tidak menggunakan pestisida.
Dari hasil wawancara terhadap konsumen akan sayuran organik 86.49 % setuju bahwa sayuran organik tidak menggunakan pestisida. Sayuran organik adalah sayuran yang proses produksinya menggunakan bahan-bahan alami tidak menggunakan bahan kimia. Konsumen mengetahui bahwa sayuran yang dibeli
(1)
Neny Theresia Hasibuan : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik, 2008 USU Repository © 2008
(2)
Neny Theresia Hasibuan : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik, 2008 USU Repository © 2008
(3)
Neny Theresia Hasibuan : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik, 2008 USU Repository © 2008
(4)
Neny Theresia Hasibuan : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik, 2008 USU Repository © 2008
(5)
Neny Theresia Hasibuan : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik, 2008 USU Repository © 2008
(6)
Neny Theresia Hasibuan : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik, 2008 USU Repository © 2008