Ektoparasit Biologi Parasit Monogenea

2.4 Ektoparasit

Infeksi parasit merupakan salah satu faktor penghambat dalam budidaya ikan. Berdasarkan letak organ yang terinfeksi oleh parasit, Kabata 1985 mengelompokkan parasit menjadi dua kelompok yang berbeda yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada bagian luar tubuh ikan atau di bagian yang masih mendapat udara dari luar. Ektoparasit menyerang kulit, sirip dan insang ikan.; sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidupnya di dalam tubuh inang, misalnya di dalam alat pencernaan, peredaraan darah atau organ dalam lainnya Riko et al., 2012. Kerugian akibat infestasi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian akibat infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri, namun infestasi ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme patogen yang lebih berbahaya. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan organ luar yaitu kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual Fidyandini et al., 2012. Serangan ektoparasit pada ikan akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur dan ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka sistem ketahanan tubuh ikan akan semakin baik. Kondisi ketahanan tubuh ikan yang berukuran benih masih lemah dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan sehingga lebih mudah terserang parasit Rustikawati et al., 2004. Beberapa golongan parasit yang bersifat ektoparasit antara lain adalah Ciliata, Flagellata, Monogenea, Copepod, Isopod, Branchiuran dan lintah, sedangkan endoparasit adalah parasit yang ditemukan pada organ bagian dalam inang. Golongan parasit yang masuk kelompok endoparasit antara lain adalah Digenea, Cestoda, Nematoda, Acantocephala, Coccidia, Microsporidia, dan Amoeba Yuliartati, 2011.

2.5 Biologi Parasit Monogenea

Umumnya ikan-ikan yang hidup di alam dapat terinfeksi oleh berbagai jenis parasit cacing-cacingan seperti Monogenea, Digenea, Nematoda dan Acanthocepala. Monogenea umumnya ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit. Hal ini sesuai dengan pendapat Kabata 1985 bahwa Monogenea salah satu Universitas Sumatera Utara parasit yang sebagian besar menyerang bagian luar tubuh ikan ektoparasit jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan endoparasit biasanya menyerang kulit dan insang Talunga, 2007. Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dengan kait sentral sepasang dan sejumlah kait marginal. Salah satu spesies dari kelas Monogenea yang paling sering muncul pada ikan air tawar adalah Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. Dactylogyridae mempunyai alat bantu organ tambahan pada tubuhnya yang biasa disebut squamodisk yang berfungsi sebagai perekat, selanjutnya dikatakan bahwa ada sekitar 1500 spesies Monogenea yang ditemukan pada ikan Yuliartati, 2011. Kharisma 2008 mengatakan bahwa ciri ikan yang terserang Monogenea adalah produksi lendir pada bagian epidermis akan meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna, kehilangan berat badan kurus melompat- lompat ke permukaan air dan terjadi kerusakan berat pada insang. Pada tahun 1990, serangan parasit Dactylogyrus sp. diketahui menyebabkan kematian sekitar 50 dari ikan yang terinfeksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Dactylogyrus sp. merugikan dan berbahaya bagi usaha budidaya Kabata, 1985. Monogenea termasuk parasit obligat yang ditunjukkan dengan ketidakmampuan melangsungkan hidupnya tanpa inang. Waktu hidup Monogenea tanpa inang relatif lebih pendek dibandingkan dengan yang masih menempel pada inang. Hal ini diakibatkan Monogenea yang telah dilepaskan dari inang tidak mendapatkan pasokan makanan dari inang, baik yang berasal dari sel epitel, lendir maupun darah. Ketiadaan pasokan makanan ini mengakibatkan Monogenea tidak mempunyai energi untuk mempertahankan hidupnya, termasuk untuk menyesuaikan tekanan osmotiknya sebagai upaya adaptasi terhadap salinitas Riko et al., 2012. Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. sering menyerang ikan di kolam atau keramba yang kepadatannya tinggi. Gyrodactylus sp. biasa menyerang sirip sedangkan Dactylogyrus sp. sering menyerang insang. Ikan yang terserang biasanya menjadi kurus dan kulitnya tidak terlihat bening lagi. Sirip ekor rontok dan tutup insang tidak bisa menutup dengan sempurna. Ikan sering terlihat Universitas Sumatera Utara menggosok-gosokkan tubuhnya ke dasar kolam atau benda keras lainnya. Infestasi Dactylogyrus sp. akan menyebabkan suatu penyakit yang disebut Dactylogyriasis Purwaningsih, 2013. Tingginya nilai prevalensi Dactylogyrus sp. karena ektoparasit ini berkembang biak dengan cepat. Dactylogyrus sp. berkembang biak dengan cara bertelur dan ratusan ekor parasit dapat menginfeksi satu ekor ikan. Serangan Dactylogyrus sp. terutama terjadi pada benih ikan berukuran 3-5 cm yang berada pada kondisi perairan terburuk. Faktor kualitas air dapat mempengaruhi banyak tidaknya telur yang dihasilkan oleh Dactylogyrus sp. Jumlah telur yang dihasilkan bergantung kepada kadar oksigen terlarut dalam air. Pada kadar oksigen terlarut rendah, maka telur yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika kadar oksigen terlarut dalam air tinggi, maka jumlah telur yang dihasilkan sedikit Rustikawati et al., 2004.

2.6 Prevalensi