menggosok-gosokkan tubuhnya ke dasar kolam atau benda keras lainnya. Infestasi Dactylogyrus sp. akan menyebabkan suatu penyakit yang disebut
Dactylogyriasis Purwaningsih, 2013. Tingginya nilai prevalensi Dactylogyrus sp. karena ektoparasit ini
berkembang biak dengan cepat. Dactylogyrus sp. berkembang biak dengan cara bertelur dan ratusan ekor parasit dapat menginfeksi satu ekor ikan. Serangan
Dactylogyrus sp. terutama terjadi pada benih ikan berukuran 3-5 cm yang berada pada kondisi perairan terburuk. Faktor kualitas air dapat mempengaruhi banyak
tidaknya telur yang dihasilkan oleh Dactylogyrus sp. Jumlah telur yang dihasilkan bergantung kepada kadar oksigen terlarut dalam air. Pada kadar oksigen terlarut
rendah, maka telur yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika kadar oksigen terlarut dalam air tinggi, maka jumlah telur yang dihasilkan sedikit Rustikawati et al.,
2004.
2.6 Prevalensi
Untuk mengetahui tingkat infeksiserangan parasit dalam populasi inang dikenal istilah prevalensi, intensitas dan kelimpahan parasit. Prevalensi menggambarkan
persentase ikan yang terinfeksi oleh parasit tertentu dalam populasi ikan, intensitas menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan pada ikan yang
diperiksa dan terinfeksi, sedangkan kelimpahan rata-rata adalah jumlah rata-rata parasit tertentu yang ditemukan dalam populasi pada ikan baik yang terinfeksi
maupun tidak Yuliartati, 2011. Intensitas dan prevelensi ektoparasit yang tinggi juga dipengaruhi oleh
kepadatan ikan yang tinggi pada kolam pemeliharaan. Kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan ikan menjadi stress. Pada kolam dengan kepadatan ikan yang
tinggi, ikan akan saling bergesekan satu dengan lainnya, sehingga akan terjadi penularan ektoparasit dengan cepat Rustikawati et al., 2004.
2.7 Uji Kualitas Air
Kualitas air meliputi sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air. Dalam pemeliharaan ikan, selain pakan faktor
lingkungan, masih banyak faktor lain yang menentukan pertumbuhan dan
Universitas Sumatera Utara
kelangsungan hidup ikan. Agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup optimal, maka diperlukan kondisi lingkungan yang optimal untuk kepentingan proses
fisiologis pertumbuhan. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh, antara lain: suhu, salinitas, pH, oksigen dan lain-lain Yuliartati, 2011.
Menurut Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Lele Dumbo Seri Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan No. PHPKANPT201992 Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, ikan lele dumbo Clarias gariepinus dapat tumbuh secara optimal pada suhu 28-30
o
C, pH 6,5-9 dan DO ppm 5 Ilyas, 1992. Ikan lele dumbo masih dapat hidup pada kondisi lingkungan
perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan oksigen yang sangat minim lele dumbo masih dapat bertahan hidup, karena lele dumbo memiliki alat
pernafasan tambahan yang disebut organ arborescent Hadiroseyani et al., 2006. Temperatur merupakan faktor lingkungan yang utama pada perairan
karena merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran hewan Michael, 1994. Secara umum kenaikan temperatur perairan akan meningkatkan
aktivitas fisiologis organisme Asdak, 1995. Menurut hukum Vant Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 10
o
C akan meningkatkan aktivitas fisiologis organisme sebesar 2-4 kali lipat.
Derajat keasaman pH air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat tingkat keasaman dan kebasaan Asdak, 1995.
Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam atau sangat basa akan
membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi Siagian, 2009.
Oksigen terlarut juga merupakan faktor penting dalam menetapkan kualitas air, karena air yang polusi organiknya tinggi memiliki oksigen terlarut
yang sangat sedikit Michael, 1994. Biota di perairan tropis memerlukan oksigen terlarut minimal 5 mgl, sedangkan biota beriklim sedang memerlukan oksigen
terlarut mendekati jenuh. Oksigen yang diserap akan digunakan untuk aktivitas tubuh seperti bergerak, bertumbuh dan berkembang biak sehingga tidak boleh
kekurangan agar aktivitas terus berlangsung. Kandungan oksigen O2 optimum 5-6 ppm Yuliartati, 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN