Mesin Pencacah Hijauan Mesin pencacah yang sekarang ini sering digunakan oleh masyarakat untuk

cara uji, persyaratan teknis minimum dan sertifikasi. Tujuan dilakukannya pengujian antara lain: 1. Menjamin kualitas alsintan yang beredar dimasyarakat sebagai salah satu upaya untuk melindungi konsumen. 2. Memberikan informasi yang penting kepada produsen guna memperbaiki dan mengembangkan alsintannya. 3. Salah satu usaha untuk membatasi beredarnya alsintan impor. 4. Sebagai persyaratan dalam perdagangan mengenai jaminan standar mutu dan metode pengujian yang berlaku antar negara. 5. Sebagai tolok ukur kemampuan sumber daya manusia dalam menyerap iptek pada perekayasaan dan rancang bangun alsintan yang membutuhkan ketelitian dan keahlian. Alsintan yang telah lulus uji akan mendapatkan sertifikat yang bertujuan untuk memberikan jaminan keamananan mutu mesin ke konsumen. Melalui PP 812001 bahwa semua alat dan mesin pertanian harus dilakukan pengujian sebelum diedarkan. Pengujian tersebut harus dilakukan oleh lembaga atau badan yang telah terakreditasi. Laboratorium Pengujian Alat dan Mesin Pertanian di Serpong merupakan laboratorium penguji alat dan mesin pertanian yang sejak tahun 2001 telah merintis implementasi sistem akreditasi berdasarkan SNI 19- 17025:2000ISO-IEC 17025:1999. Sampai sekarang ini lebih dari 25 konsep Standar Nasional Indonesia untuk cara uji dan unjuk kerja minimum alat dan mesin pertanian telah dikembangkan oleh lembaga ini. Hal ini menjadikan Balai Besar Mekanisasi Pertanian sebagai salah satu institusi yang kompeten dan dan diperhitungkan untuk penyusunan konsep standar alat dan mesin pertanian Hendriadi, 2004.

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian bertempat di peternakan kambing di Desa Sumberrejo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur. Jenis kambing yang dibudidayakan antara lain kambing Etawa PE dan Jawa dengan jumlah keseluruhan mencapai 43 ekor. Pemerahan atau pengambilan susu dilakukan setiap hari oleh peternak, sedangkan untuk penjualan kambing baik Etawa maupun Jawa hanya dilakukan apabila ada permintaan. Susu yang dapat dihasilkan dari peternakan kambing ini yaitu sebesar ± 10 liter tiap harinya. Jenis pakan yang diberikan antara lain daun singkong, ampas tahu, batang jagung, dan onggok. Setiap harinya dibutuhkan ± 40 – 50 kg pakan jenis hijauan untuk diberikan ke seluruh kambing. Peternak mendapatkan jenis pakan seperti daun singkong dan batang jagung yang berasal dari petani baik dari sekitar wilayah Batanghari maupun luar wilayah seperti Sukadana, Sekampung, Donomulyo dan lain-lain. Pakan hijauan yang telah didapat kemudian dicacah dan selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik yang contohnya dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 1. Silase daun singkong Pengemasan ini ditujukan agar pakan hijauan dapat disimpan sebagai cadangan makanan. Pakan yang biasa disebut silase ini selain sebagai cadangan makanan bagi kambing, juga dapat dijual ke para peternak yang membutuhkan pakan dengan harga 300 ribu per kantong plastik ukuran diameter 1,3 m dan tinggi 2 m. Lokasi kandang ternak kambing yang dijadikan sebagai tempat penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 2. Kandang kambing