Analisis Termal Na Pengaruh Perlakuan Termal Terhadap Sampel Na

hasil sintesis CO 2 dengan NaOH 9 M memiliki tinggi lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lain. Perbedaan yang terakhir terletak pada suhu range 900-1300 o C yakni terjadi puncak eksoterm pada sampel Na 2 CO 3 standar 1153,17 o C. Puncak eksoterm tersebut mengindikasikan terjadinya peleburan Na 2 O pada sampel ditandai dengan kalor yang dilepaskan sebesar 7,9 x 10 3 mJmg. Berbeda dengan sampel Na 2 CO 3 hasil sintesis CO 2 dengan NaOH 9 dan 10 M puncak eksoterm masing-masing terjadi pada suhu 1184,51 dan 995,28 o C dengan melepaskan kalor sebesar 16,17 x 10 3 dan 13 x 10 3 mJmg. Dapat dilihat bahwa titik lebur Na 2 O pada sampel Na 2 CO 3 hasil sintesis CO 2 dengan NaOH 9 M mendekati titik lebur Na 2 O pada sampel Na 2 CO 3 standar, sedangkan sampel Na 2 CO 3 hasil sintesis CO 2 dengan NaOH 10 M memiliki titik lebur Na 2 O yang lebih rendah dari sampel lainnya. Dari analisis termal ketiga sampel dengan DSC disimpulkan diantaranya titik lebur pada ketiga sampel dalam penelitian ini berbeda yakni lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Knacke et al. 1991 dan Ӧrgul 2003 yang menyatakan bahwa Na 2 CO 3 mengalami dekomposisi dan perubahan fasa menjadi Na 2 O pada suhu 850 o C dan 854 o C. Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor bahan baku dan komposisi yang digunakan berbeda. Selain itu, sampel Na 2 CO 3 hasil sintesis CO 2 dengan konsentrasi NaOH 9 M memiliki titik lebur Na 2 CO 3 dan Na 2 O lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lain. Namun, Na 2 CO 3 standar lebih memiliki kestabilan termal yang baik dibandingkan dengan Na 2 CO 3 hasil sintesis CO 2 dengan konsentrasi NaOH 9 dan 10 M.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengaruh perlakuan suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa memengaruhi hasil analisis dari fungsionalitas, mikrostruktur, fasa dan sifat termal, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gugus fungsi diperoleh dari hasil analisis fungsionalitas Na 2 CO 3 standar dan Na 2 CO 3 hasil sintesis adalah gugus C=O, C-O, dan CO 3 2- yang menunjukkan terbentuknya Na 2 CO 3. Perbedaan hasil analisis gugus fungsi Na 2 CO 3 standar dan hasil sintesis adalah pada Na 2 CO 3 standar diperoleh gugus C-O yang menunjukan molekul air dalam jumlah yang banyak , sedangkan Na 2 CO 3 hasil sintesis CO 2 dengan konsentrasi NaOH 9 dan 10 M terdapat gugus fungsi C-S yang merupakan senyawa pengotor dari hasil pembakaran tempurung kelapa. 2. Hasil analisis mikrostruktur mulai terjadi difusi dan penyebaran butir dan terjadinya fasa baru akibat pengaruh suhu sintering. 3. Hasil analisis struktur dan fasa pada sampel menunjukan terjadinya proses dekomposisi dan perubahan fasa Na 2 CO 3 menjadi Na 2 O akibat pengaruh sintering pada suhu 800, 825 dan 850 o C secara perlahan-lahan seiring dengan kenaikan suhu sintering yang dilakukan. 4. Hasil analisis termal pada mengindikasikan titik lebur Na 2 CO 3 bergantung pada konsentrasi NaOH yang digunakan dengan titik lebur tertinggi pada sampel menggunakan konsentrasi NaOH 9 M yang mengalami puncak endoterm pada suhu 846,73 o C dibandingkan dengan Na 2 CO 3 standar dan Na 2 CO 3 hasil sintesis CO 2 dengan konsentrasi NaOH dengan konsentrasi 10 M yakni masing-masing 844,14 dan 812,69 o C. Selain itu, memiliki titik lebur Na 2 O yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 10 M dan standar.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan sintering pada suhu diantara 825- 860 o C secara perlahan-lahan agar dapat melihat fasa Na 2 CO 3 terurai seluruhnya menjadi fasa Na 2 O. DAFTAR PUSTAKA Adams, L.A., Essien, E.R., Shaibu, R.O. dan Oki, A. 2013. Sol-Gel Synthesis of SiO 2 -CaO-Na 2 O-P 2 O 5 Bioactive Glass Ceramic from Sodium Metasilicate. New Journal of Glass and Ceramic. Vol. 3. p. 11-15. Allahverdi, A., Shaverdi, B. dan Kani E.N. 2010. Influence of Sodium Oxide on Properties of Fresh and Hardened Paste of Alkali-Activated Blast- Furnance Slag. International Journal of Civil Engineering. Vol. 8. No. 4. p. 304-314. American Element. 2014. http:www.americanelements.comnaox.html. Diakses pada tangaal 01092014 pukul 20:53 WIB. Anderson, S. dan Newell, R. Januari 2013. Prospects for Carbon Capture. Washington, Resource for Future. p. 46-50 Arkema. 2013. Arkema-Hydrogen Peroxide-Sodium Hydroxide-20130210. www.arkema.com. Diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 20:56 WIB. Arsyad, M.N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 316. Beny, C. 1988. Societe Francaise de Mineralogie et de Cristallographic- Base de donne de spectro Raman , Natrite; quite from http:www.obs.univ- bpclermont.frsfmcramandh2fpdfUTIL81.pdf. Binas. 1986. Informatieboek vwo-havo voor het onderwijs in de natuurwetenschappen . Wolter-Noordhoff. Groningen, The Netherlands. Burgaz, N. dan Apopei, A.I. 2009. The Raman Study of Certain Carbonates. Geologie. Tomul LV. Nr. 2. p. 97-112. Burgio, L., Clark, R.J.H. 2001. Library of FT-Raman Spectra of Pigments, Minerals, Pigment Media and Varnishes and Supplemet to Existing Library of Raman Spectra of Pigmens with Visible Excitation. Spectrochimica Acta, Part A. Vol. 57. p. 1491-1521. Chargin, A. dan Robert S. 1997. Fuels Decarbonization and Carbon Sequestration: Report of a Workshop. Princeton, NJ: Princeton University, Center for Energy and Environmental Studies, School of Engineering and Applied Science. CRC Handbook of chemistry and physics. 1986. Weast RC ed. 66 th edition , CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida. B-142. Crews, P., Rodriguez, J. dan Jaspars, M. 1998. Organic Structure Analysis. Oxford University Press. New York. USA. Daintith, J. 2005. The Facts on File Dictionary of Chemistry Fourth Edition. United States of America. Market House Books. p. 253. Derrick, M.R., Stulik, D. dan Landry, J.M. 1955. Infrared Spectroscopy in Conservation Science. Los Angeles. The Getty Cconservation Institute. p. 82-150. Doweidar, H., Moustafa, Y.M., Abd El-Maksoud, S., dan Silim, H. 2001. Properties of Na 2 O-Al 2 O 3 -B 2 O 3 glasses. Material Science and Engineering. A301. p 207-212. Dzhavukytsyan, S. G. 1989. Steklo i keramika. Vol.4. p. 26. Einhorn A., H.L., Altieri M., Ochsenschlager D. dan Klein, B. 1989. Serious Respiratory Consequences of Detergent Ingestions In Children. Pediatrics 84 3. p. 472-474. Gatehouse, B.M., Livingston, S.E. dan Nyholm, R.S. 1958. The Infrared Spectra of Some Simple and Complex Carbonate. Journal of The Chemistry Society. p. 3137-3142. Gavrilovski, D.S., Blagojevic, N.S., Gavrilovski, M.P., dan Grujic, S.R. 2001. Glass-ceramic Enamels Derived from The Li 2 O-Na 2 O-Al 2 O 3 -TiO 2 -SiO 2 System, Journal Serbian Chemistry Society. Vol. 67. No. 2. p. 127-134. Ginting, I., Hermawan, S. dan Encey, T. 2005. Pembuatan Perangkat Lunak Analisis Kualitatif Difraksi Sinar-X dengan Metode Hanawalt. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknik Nuklir. Bandung: P3TkN – BATAN 14 – 15 Juni 2005. Giwangkara, S.E.G. 28 Mei 2007. Spektrofotometer Infra Merah Transformasi Fourier. www.wordprees.com. Diakses pada tanggal 04102014 pukul 16:40 WIB. Greenwood, N.N. dan Earnshaw, A. 1997. Chemistry of The Elements 2nd ed. Butterworth-Heinemann. ISBN 0080379419.