Repong Damar TINJAUAN PUSTAKA

8 a. Secara ekologis dimana fase perkembangan menyerupai tahapan dengan segala keuntungan ekologisnya, seperti perlindungan tanah, evolusi iklim mikro, dan lain sebagainya. b. Secara segi teknis budidaya, tahap - tahap penanaman tanaman produktif, mulai dari tanaman subsisten sampai tanaman tua, berikut perawatanya, disengaja atau tidak oleh petani. Sehingga proses-proses produksi yang terkait dalam seluruh tahapan pengembangan repong damar bisa membuahkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Dimana teknis budidaya dapat berlangsung dalam kondisi ekologis yang sesuai dan saling mendukung satu sama lain.

B. Hutan Adat

Hutan marga merupakan istilah lokal di lokasi Lampung Barat. Hutan marga adalah wilayah hutan non kawasan hutan marga yang lahanya dikuasiai secara komunal oleh masyarakat adat atau ulayat secara turun temurun berdasarkan kesepakatan adat dan belum diatur secara legal formal Wulandari dan Cahyaningsih, 2011. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah adat yang pengelolanya diserahkan pada masyarakat hukum adat undang-undang No. 41 Tahun 1999. Berarti masyarakat adat yang masih “hidup”. Tetapi pada kenyataanya hutan adat tidak selalu berada dalam kawasan hutan Negara, melainkan juga dimungkinkan berada di dalam hutan hak yang dimiliki dan dikelola secara kolektif oleh masyarakat hukum adat. Hukum adat sebenarnya adalah merupakan salah satu bentuk hutan komunal Warsito, 2005. 9 Hutan komunal bisa dirtikan sebagai hutan yang dikelola oleh suatu unit komunitas masyarakat. Pengertian komunitas masyarakat itu sendiri bisa berlaku pada setiap tingkatan unit komunitas. Hutan komunal sebenarnya sebagai bentuk kepeguasaan hutan yang berlainan dengan hutan milik individual Warsito, 2005.

C. Peran Hutan Sebagai Penyerap Karbon

Hutan berperan dalam upaya peningkatan penyerapan CO 2 dimana dengan bantuan cahaya matahari dan dari tanah, vegetasi yang berklorofil mampu menyerap CO 2 dari atmosfer melalui prose fotosintesis. Hasil fotosintesis iniantara lain disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan vegetasi tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai vegetasi tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen Adi, 2009. Hutan alami merupakan penyimpanan karbon C tertinggi bila dibandingkan dengan sisitem penggunaan lahan SPL pertanian, dikarenakan jenis keragaman pohonya tinggi, dengan tumbuhan bawah dan serasah di permukaan tanah yang banyak. Dengan demikian jumlah C yang disimpan di hutan sangat bervariasi antar sistem penggunaan lahan, antar tempat dan antar pengelolaan. Jumlah C yang tersimpan di daratan khususnya dalam vegetasi dan tanah sekitar 3.5 kali lebih besar dari jumlah C yang ada di atmosfer dan pertukaran C di daratan dikontrol oleh proses fotosintesis dan respirasi. Sobirin 2010 setiap tahun tumbuhan-tumbuhan mempersenyawakan 150.000 juta ton CO 2 dan 25.000 juta ton hidrogen H dengan membebaskan 400.000 juta 10 ton oksigen ke atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam, 1 ha daun-daunan hjau menyerap 8 kg CO 2 yang ekuivalen dengan CO 2 yang dihembuskan oleh manusia sebanyak 2000 orang dalam waktu yang sama. Setiap pohon yang ditanam mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 pendingin udara AC yang dioperasikan 20 jam secara terus-menerus setiap harinya. Setiap ha pepohonan mampu menetralkan CO 2 yang dikeluarkan oleh 20 kensaraan. Akan tetapi hal-hal tersebut tidak terlepas dari faktor pemilihan jenis tanaman. Pada skala global C tersimpan dalam tanah jauh lebih besar daripada yang tersimpan di vegetasi. Tanah merupakan penyimpanan C terbesar pada semua regional ekosistem bioma, sedang vegetasi penyimpan C terbesar adalah pada bioma hutan. Pada hutan di daerah dingin, proporsi C tersimpan di tanah lebih besar daripada di vegetasi, dan proporsinya jauh lebih besar daripada di hutan tropis atau subtropis. Menurut Hairiah 2007, pada ekosistem daratan ada 3 faktor yang mempengaruhi besarnya penyerapan karbon, yaitu: a. Vegetasi : komposisi jenis, srtuktur dan umur tanaman. b. Kondisi tempat : variasi iklim, tanah, adanya gangguan alam misalnya kebakaran hutan. c. Pengelolaan alih guna lahan hutan mrnjadi lahan pertanian dan adanya respon ekosistem daratan terhadap peningkatan konsentrasi CO 2 di atmosfer. Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi, sehingga hasil yang diperoleh akan ditentukan oleh kekuatan setiap faktor. 11

D. Biomassa

Suatu sifat fisiologis yang hanya dimiliki oleh tumbuhan adalah kemampuan untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan dalam tubuh tanaman. Pada tubuh tanaman terdapat peristiwa fotosintesis dimana dalam pertumbuhan tanaman tersebut dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar, faktor dalam meliputi sifat-sifat yang diturunkan dan proses-proses fisiologis, sedangkan faktor luar meluputi cahaya air, tanah unsur hara dan mineral. Begitu halnya pada biomassa hutan baik pada hutan alam maupun tanaman, kandungan biomassa hutan sangat tergantung pada hasil yang diperoleh selama proses fotosintesis. Menurut Purwanto, 2008 faktor- faktor yang mempengaruhi biomassa hutan adalah. a. Umur tegakan b. Sejarah tegakan c. Praktek pengelolaan hutan termasuk penyiapan lahan d. Konversi lahan hutan menjadi lahan non hutan. Pengertian biomassa ditinjau dari asal kata bio dan massa, sehingga biomassa tanaman adalah massa dari bagian hidup tanaman. Bio mengandung pengertian bagian dari mahluk hidup. Massa mengandung pengertian yang sama dengan yang terdapat dalam fisika yaitu parameter kepadatan dari suatu benda atau zat yang memberikan unsur percepatanya bila suatu gaya diberikan. Dengan demikian biomassa tanaman adalah bahan hidup yang dihasilkan tanaman yang bebas dari pengaruh gravitasi, sehingga nilainya tidak sama dengan berat yang