Iklim Keadaan Pekon Gunung Kemala

40 Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Pekon Gunung Kemala No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan 1 2 3 4 5 6 7 Petani PNS Pengrajin Industri rumah tangga Pedagang Keliling Pensiunan PNSTNIPOLRI Pengusaha Kecil dan Menengah Dukun kampung Terlatih 407 Orang 11 Orang 1 Orang 2 Orang 3 Orang 2 Orang 2 Orang 65 Orang 10 Orang - 4 Orang 6 Orang - 2 Orang Total 428 Orang 87 Orang Berdasarkan data diatas dapat dilihat mayoritas penduduk Pekon Gunung Kemala bekerja sebagai petani 91,65 , PNS 2,13 , pengrajin industri rumah tangga 0,19 , pedagang keliling 1,17 , pensiunan PNS TNI POLRI 1,75 , pengusaha kecil dan menengah 0,39 , dukun kampung terlatih 0,78 . Hal ini dikarenakan penduduk memiliki lahan sendiri, dan mengolahnya dengan menanam berbagai jenis tanaman pertanian, perkebunan juga kehutanan. Mayoritas agama yang dipeluk masyarakat Pekon Gunung Kemala adalah Islam dan Masyarakat Pekon Gunung Kemala umumnya etnis Lampung.

3. Iklim, Topografi dan Tanah

Curah hujan daerah Krui berdasarkan data stasuin klimatologi kantor pertanian krui pada kurun waktu 1986-1995 berkisar antara 3000-3500 mmth, dengan jumlah hari hujan adalah 145 hari dalam setahun. Daerah krui termasuk zona agroklimatik A dengan periode bulan basah selama Sembilan bulan berturut-turut tiga bulan atau kurang berturut-turut masa 41 kering Rizon,2005. Musim hujan terjadi pada bulan-bulan Desember - Maret. Variasi suhu sepanjang tahun kecil, perbedaan suhu harian terbesar terjadi pada bulan-bulan kering. Suhu maksimum berkisar 26,8 C dan suhu minimum 22,7 C. Daerah Krui dapat dibedakan antara dataran non alluvial, perbukitan dan pegunungan, daerah pantai berupa garis lurus, berbatu-batu dengan dataran alluvial yang tidak seberapa luas Rizon, 2005. Gambar 3. Kebun damar mata kucing Shorea javanica Hutan damar mata kucing umumnya bukan merupakan hutan monokultur. Bersama damar, tumbuhan pula berbagai jenis pohon buah-buahan, pohon kayu-kayuan, jenis-jenis palem, bambu, dan sebagainya yang sengaja ditanam. Selain itu terdapat pula sejumlah tumbuhan liar yang berasal dari hutan primer atau pun hutan sekunder. Aneka jenis kombinasi yang khas ini menghasilkan bentuk strata yang berlapis-lapis. Bagian kanopi dengan puncak ketinggian sekitar 40-50 m didominasi oleh pohon damar dan pohon buah seperti durian. Di bawahnya terdapat 42 beberapa kelompok pohon buah-buahan. Lapisan terbawah ditumbuhi rerumputan dan semak liar Gustiarini, 2009. Pohon damar mata kucing tidak berbunga setiap tahun. Terjadinya pembungaan dipengaruhi faktor iklim terutama temperatur udara dan penyebaran jumlah curah hujan. Biasanya terjadi pada masa curah hujan lebat yang diikuti dengan masa peningkatan penyinaran sinar matahari yang keras. Biasanya pohon damar mata kucing mulai berbuah antara bulan Juni sampai November. Biji jenis Dipterocarpacea tergolong benih yang cepat menurun viabilitasnya dan memerlukan kondisi kadar air tinggi.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1. Tegakan damar mata kucing di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat memiliki potensi biomassa total sebesar 249,72 tonha dan potensi serapan karbon total sebesar 124,86 tonha. 2. Korelasi antara biomassa dengan kerapatan dan diameter diperoleh persamaan Y = -518,59 + 15,31 X 1 + 9,02 X 2 dengan R 2 = 0,97 dan korelasi antara serapan karbon dengan kerapatan dan diameter diperoleh persamaan Y = -259,43 + 7,67 X 1 + 4,51 X 2 dengan R 2 = 0,97.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Dengan adanya potensi tegakan damar mata kucing terhadap penyerapan karbon maka perlu adanya kesadaran masyarakat agar tetap dapat melestarikan dan mempertahankan tegakan damar mata kucing dan tidak melakukan perusakan agar mampu menyimpan karbon lebih baik. 2. Perlu adanya peran masyarakat pekon gunung kemala dalam menentukan strategi pengelolaan hutan yang efektif diterapkan di wilayahnya sesuai dengan kemampuan biofisik lahan dan nilai sosial budaya setempat. 58 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A. H. 2007. Rehabilitasi Hutan dan Bibit Shorea javanica Bersama Masyarakat di Areal Nestle Green Initiative Taman Hutan Raya Wan Abdurachman Lampung. Program Diploma III Budidaya Hutan Tanaman. Fakultas Kehutanan. IPB Bogor. Adi nugroho, W.C. Syahbani, I., Rengku, M.T., Arifin, dan Mukhaidil.2009. Pendugaan Karbon dalam Rangka Pemanfaatan Fungsi Hutan sebagai Penyerap Karbon. Badan penelitian kehutanan samboja. Manuskrip. Arikunto. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Australian Greenhouse Office. 1999. National Carbon Accounting Sistim, Methods for Estimating Woody Biomass. Teehnical Report No. 3 Australia: Commonwealth of Australia. Baskerville, G.L. 1996. Dry. Matter production in immature balsam fir stands: roots, lesser Vegetation and total stand. For Sci. 12 1 :49-53 BPS. 2010. Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Lampung. Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A Primer. FAO. USA. FAO Forestry Paper No.134. CIFOR, 2010. Peliputan tentang REDD + . Bogor. Clark, A.I. 1979. Suggested Procedures for Measuring Tree Biomass and Reporting Tree Prediction Equations. Forest Resource Inventories Vol.2. Hal: 615-628. Colorado State University: Fort Collins, Co. Gustiarini,Anastasia. 2009. Keberhasilan Tanaman Damar Mata Kucing Shorea javanica.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar lampung. Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran KarbonTersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry CentreICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77p. Hairiah K, Ekadinata A, Sari R, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon: dari Tingkat Lahan Kebentang Lahan. Petunjuk praktis. Edisi kedua. Bogor, World Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office, University of Brawijaya UB, Malang, Indonesia xx p. 59 Handoko, P. 2007. Pendugaan Simpanan Karbon di atas Permukaan Lahan pada Tegakan Akasia Acacia mangium willd. di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007. Contribution of Working Group III to the Fourth Assements Report of the Intergovernmenyal Panel on Climate Change. B. Metz, O.R. Davidson, P.R. Bosch, R. Dave, L.A. Mayer eds. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA. Ketterings,Q.M., Coe, R., Van Noordwijk, M. and Palm, C. 2001. Reducing uncertainty in theuse of allometric biomass equations for predicting above-ground tree biomass inmixed secondary forests. Forest Ecology and Management 146: 199-209. Kusmana. C., S. Sabiham. K. Abe dan H. Wanatabe. 1992. An Estimation of Above Ground Tree Biomass of a Mangrove Forest in East Sumatra, Indonesia. Tropics 1 4 : 143-257. Langi, Y.A.R. 2011.Model Penduga Biomassa dan Karbon pada Tegakan Hutan Rakyat Cempaka Elmerrilliovalis dan Wasian Elmerrrilliacelebica di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lukito. Martin. 2010. Studi Inventarisasi Hutan tanaman Kayu Putih Dalam Menghasilkan Biomassa dan karbon hutan. Tesis. Fakultas Kehutanan UGM. Tidak Di publikasikan Lubis, Z. 1997. Repong Damar : Kajian tentang pengambilan keputusan dalam pengelolaan lahan hutan pada dua komunitas desa di daerah Krui, Lampung Barat Laporan Penelitian. P3AE-UI dan CIFOR, Jakarta. Murdiyarso, D. Kurniatun H, Meine VM. 1994. Modelling and Measuring Soil Organic Matter Dynamics and Greenhouse Gas Emissions After Forest Converion. Bogor: ASB Indonesia Report. Natalia, Dessy. 2013. Potensi Penyerapan Karbon Pada Sistem Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar lampung. Nowak, D.J. dan D.E. Crane. 2002. Carbon storage and sequestration by urban trees in the USA. Environmental Pollution 116 : 381- 389.