2. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Pemberian minyak goreng bekas menyebabkan peningkatan ketebalan arteri
koronaria tikus Wistar jantan. 2.
Pemberian minyak goreng bekas yang dimurnikan dengan buah mengkudu Morinda citrifolia dapat menurunkan ketebalan arteri koronaria tikus
Wistar jantan.
Minyak Goreng Bekas
Pemanasan
Ketebalan Arteri Koronaria Tikus Wistar Jantan
3 Jam 6 Jam
6 Jam Tanpa Pemurnian
6 Jam Dengan Pemurnian
Buah Mengkudu 3 Jam
Tanpa Pemurnian
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Penggunaan
minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam makanan. Minyak goreng tersusun
dari beberapa senyawa seperti asam lemak dan trigliserida Ketaren, 2008.
1. Klasifikasi Minyak Goreng
Berdasarkan ada atau tidak ikatan ganda dalam struktur molekulnya, minyak goreng terbagi menjadi minyak dengan asam lemak jenuh
saturated fatty acids dan minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal monounsaturated fatty acidsMUFA maupun majemuk polyunsaturated
fatty acidsPUFA Ketaren, 2008. Minyak dengan asam lemak jenuh saturated fatty acids merupakan asam
lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Minyak ini bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi atau berubah menjadi
asam lemak jenis lain. Asam lemak jenuh yang terkandung dalam minyak goreng pada umumnya terdiri dari asam oktanoat, asam dekanoat, asam
laurat, asam miristat, asam palmitat dan asam stearat Ketaren, 2008.
Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal monounsaturated fatty
acidsMUFA maupun majemuk polyunsaturated fatty acidsPUFA merupakan asam lemak yang memiliki ikatan atom karbon rangkap pada
rantai hidrokarbonnya.
Semakin banyak
jumlah ikatanrangkap
polyunsaturated, semakin mudah berubah menjadi asam lemak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yang terkandung dalam minyak goreng adalah
asam oleat dan asam linolenat Ketaren, 2008.
2. Proses Menggoreng
Proses menggoreng bahan pangan terdiri dari dua macam yaitu sistem gangsa pan frying dan menggoreng biasa deep frying. Proses
menggoreng sistem gangsa pan frying menggunakan suhu pemanasan yang lebih rendah dari suhu pemanasan pada sistem deep frying. Proses
menggoreng dengan sistem gangsa ialah bahan pangan yang digoreng tidak sampai terendam dalam minyak Ketaren, 2008.
Menggoreng biasa deep frying merupakan proses penggorengan dengan
bahan pangan yang digoreng terendam dalam minyak dan suhu minyak dapat mencapai 200
–205 C. Sistem menggoreng deep frying umumnya
digunakan oleh masyarakat Indonesia Ketaren, 2008.
B. Minyak Goreng Bekas