1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata pada era ini dapat dikatakan menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat golongan atas dan menjadi kebutuhan tersier bagi
masyarakat golongan menengah dan bawah. Hal ini harus didukung oleh penawaran keberagaman Daya Tarik Wisata DTW di suatu wilayah.
Keragaman budaya dan kekayaan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke merupakan potensi wisata negara Indonesia yang dapat
mendatangkan wisatawan dan mendukung kegiatan wisata di Indonesia. Menurut UU No. 10 Tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki daya tarik wisata
dan merupakan salah satu destinasi unggulan di Indonesia bersama dengan Bali, Bandung, dan daerah lainnya. Berbagai keindahan alam seperti
Kaliurang dan Puncak Merapi, Pantai Parangtritis beserta deretan pantai berpasir putih di Gunung Kidul, peninggalan budaya seperti Candi
Prambanan, Makam Raja Imogiri, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, serta berbagai kampung dan desa wisata mampu menarik minat wisatawan
untuk berkunjung ke DIY.
Tabel 1 Data Kunjungan Wisatawan ke DIY 2009-2012
Tahun Wisatawan Mancanegara
Pertumbuhan Wisatawan
Nusantara Pertumbuhan
Wisatawan Mancanegara
Nusantara Pertumbuh-
an
2009 139.942 8,42 1.286.565 11,29 1.426.057 11,00
2010 152.843 9,57 1.304.137 1,37 1.456.980 2,17
2011 169.565 10,94 1.438.129 10,27 1.607.694 10,34 2012 197.751 16,62 2.162.422 50,36 2.360.173 46,80
Sumber: Dinas Pariwisata DIY, 2012
Data tersebut menunjukan bahwa kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara selalu mengalami peningkatan
dari tahun 2009-2012. Tercatat tahun 2012 kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara mengalami peningkatan yang signifikan dengan
presentase pertumbuhan sebesar 46,80 dari tahun sebelumnya. Beragamnya obyek wisata yang ditawarkan menyebabkan mereka
membutuhkan waktu lebih banyak untuk bisa menikmati semua obyek tersebut. Wisatawan perlu menetap selama beberapa hari di DIY untuk
menikmati obyek wisata yang ditawarkan. Disinilah peran jasa akomodasi dibutuhkan untuk menunjang aktivitas mereka selama berwisata. Dari sisi
penyedia jasa akomodasi, bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung dari tahun ke tahun seolah menjadikan ladang bisnis yang menarik untuk
menanamkan modalnya dalam bidang akomodasi. Menurut Istidjab M Danunegoro selaku Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia
PHRI DIY, jumlah hotel berbintang di DIY pada tahun 2013 mencapai 60
hotel dengan jumlah kamar 6000-an serta jumlah hotel melati sebanyak 1.100 hotel dengan jumlah kamar 12.660
1
. Banyaknya hotel di DIY ini menjadi bukti bahwa usaha jasa
perhotelan menjadi usaha yang menjanjikan di wilayah ini. Hotel bukanlah akomodasi yang bersifat resort, sehingga meskipun dalam kondisi low
season, occupancy atau tingkat hunian hotel ini tetap tinggi. Hal ini dapat terjadi karena pangsa pasar hotel tidak hanya wisatawan saja, namun juga
kalangan lainnya. Dewasa ini, tujuan orang pergi ke hotel tidak saja untuk menginap.
Banyak orang yang pergi ke hotel selain untuk menginap juga untuk menikmati makanan yang ditawarkan di hotel tersebut. Ada juga yang untuk
berolahraga di pusat kebugaran yang terdapat di hotel tersebut. Penjualan fasilitas selain kamar ini mampu mempengaruhi revenue. Fasilitas MICE
merupakan fasilitas yang paling mendongkrak revenue hotel. MICE merupakan singkatan dari Meeting pertemuan atau rapat, Incentive
insentif kepegawaian, Convention konvensi, pertemuan berskala besar, Exhibition pameran merupakan sebuah industri yang sedang naik daun
sekarang ini. Sebagian besar perusahaan, organisasi, asosiasi, dan sebagainya tengah mempunyai tren untuk menyelenggarakan pertemuan
ataupun eksibisi di hotel-hotel sekaligus menikmati akomodasi yang ditawarkan ataupun berekreasi ke destinasi wisata tempat hotel tersebut
1
“PHRI Catat Ada 1.160 Hotel Baru di Yogyakarta” http:jogja.tribunnews.com20131031phri‐
catat ‐ada‐1160‐hotel‐di‐yogyakarta. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2013, 21:40 WIB.
berada. Penjualan fasilitas inilah yang menunjang tingginya tingkat hunian sebuah hotel.
Hotel Meliã Purosani merupakan salah satu hotel yang cukup lama berdiri di DIY. Hotel ini merupakan hotel bintang 5 dengan konsep
“bussiness city hotel” Solres Management, 2001. Disamping menawarkan
akomodasi bagi para tamunya, hotel ini juga mendukung kegiatan bisnis mereka. Konsep “business city hotel” ini telah banyak diaplikasikan juga
oleh kompetitor-kompetitor lainnya. Banyaknya hotel baru yang bermunculan dengan beragam promo dan fasilitas yang ditawarkan
hendaknya dapat disiasati pengelola hotel, salah satunya dengan menetapkan strategi pemasaran yang sesuai dengan pasar guna
meningkatkan jumlah hunian kamar dan memenangkan pasar perhotelan di Yogyakarta. Begitu halnya dengan Hotal Meliã Purosani yang juga
membutuhkan strategi yang tepat dan efektif untuk tetap berdaya saing ditengah banyaknya hotel di DIY ini.
1.2. Rumusan Masalah