Analisis pengaruh return on equty (roe) debet equity ratio (der) price earning ratio (per) Eraning growth ratio(Egr) dan return on assets (roa) terhadap financial leverage : studi empiris pada perusahaan manufaktur di rei

(1)

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), DEBT EQUITY RATIO (DER), PRICE EARNING RATIO (PER), EARNING GROWTH

RATIO (EGR), DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI)

Oleh:

Disusun Oleh: ANGGI SAPUTRA NIM: 206081003938

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010M/1431H


(2)

(3)

(4)

(5)

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), DEBT EQUITY DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Anggi Saputra

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 25 April 1988

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Salak 5 No. 42 Rt 03/04 Buaran Pondok Benda Pamulang-Tangerang Selatan

Telp : 081315359386/02191042808

Email : anggi_na_putra@yahoo.co.id

PENDIDIKAN

Tahun 1993-1994 : TK Muslim Asia Afrika Tahun 1994-2000 : SDN Pondok Benda II Tahun 2000-2003 : SLTP Al-Amanah Cisauk Tahun 2003-2006 : SMUN I Pondok Aren

PENGALAMAN ORGANISASI

Tahun 2003-2005 : Sekretaris Ikatan Remaja Masjid Al-Falah Tahun 2005-2007 : Wakil Ketua Ikatan Remaja Masjid Al-Falah Tahun 2007-2008 : Seksi Pendidikan dan Dakwah Ikatan Remaja

Masjid Al-Falah


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analysis the effect of Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) on Financial Leverage. Which use multiple regressions for saw effect of Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) to Financial Leverage. According analyze was found that Financial Leverage with simultaneous was impacted to Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) with significance 0.000 and in other wise partially was found evidence that Return On Equity (ROE) with significance 0.000, Debt Equity Ratio (DER) with significance 0.000 and Return On Assets with significance 0.000 which impacted the Financial Leverage.

Keyword : Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) to Financial Leverage.


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA) terhadap Financial Leverage. Metode Statistik yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Dari hasil regresi linear berganda tersebut di lanjutkan dengan pengujian asumsi klasik regresi berganda yaitu uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas dan heterokedastisitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage dengan signifikansi 0,000 sedangkan secara parsial hanya variabel Return On Equity (ROE) dengan signifikansi 0,000, Debt Equity Ratio (DER) dengan signifikasi 0,000 dan Return On Asset (ROA) dengan signifikansi 0,000 yang berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage.

Kata Kunci : Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA), Financial Leverage.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr.WB

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ni’mat iman, ni’mat islam serta ni’mat sehat wal’afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda alam junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beliau adalah penutup para nabi, rasul yang amanah serta bagi para keluarga, sahabat dan kita semua sebagai pengikutnya, dengan harapan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta . dengan judul skripsi “Analisis pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA) terhadap Financial Leverage (studi empiris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”.

Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari banyaknya ni’mat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Atas segala do’a, motivasi, serta arahan dari berbagai pihak merupakan modal utama bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yuyut Suraniyanto dan Mama Sarnah yang telah memberikan motivasi dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala do’a –do’a yang selalu kalian panjatkan untukku dengan tiada henti dan semua dukungan baik moril maupun materil. Kalian adalah


(9)

kebanggaanku dan anugerah terindah yang telah Allah berikan untukku. Dikesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga karena kalian telah membesarkanku dengan cinta dan kasih sayang hingga menjadi seperti ini, yang tidak akan pernah tergantikan dengan apapun dibandingkan dengan semua pengorbanan yang telah kalian berikan untukku. Karya kecil ini aku persembahkan untuk kalian yang kucintai dan kusayangi, semoga Allah SWT selalu melindungi, melimpahkan rahmat-NYA serta meninggikan derajat kalian. Amiin.

2. Adik-adikku tersayang Dian, Dewo, Eko, dan Ilham yang selalu mendoakan dan memotivasi bagi penulis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan “terus semangat untuk belajar ya??? agar jadi orang sukses dan menjadi kebanggaan keluarga).

3. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Indoyama Nasarudin, SE., MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

7. Seluruh Dosen yang telah mengajarkanku selama ini, semoga ilmu yang telah kalian berikan menjadi ilmu yang bermanfaat untukku khususnya dan umumnya orang lain.

8. Seluruh staf karyawan dan karyawati Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis “Mba Ani, Mpo Heny, Mas Ajis, Mas Heri, Mas Alfred, Pak Sukmadi dan lain-lain, makasih ya untuk semuanya”.

9. Untuk sahabat-sahabatku anak-anak manajemen B “Yadi dan Rosim (ayo terus semangat coy biar cepet wisuda), Ali (semangat com jangan nongkrong mulu lu), Kiki (ki tunda dulu band lu biar cepet wisuda), Kipli dan Faisal


(10)

(akhirnya kita lulus kompre bareng coy), Prima n Ade (ayo terus semangat lu) , Alamsyah, Tutu, Alan (lan cepet wisuda lu,tika dah minta dilamar tuch), Umar, Bukhori, Apung, Renal, Febrian, Muzakir, Ririn, Nurul, Rika, Purwanti, Lia, Rheina, Luthfi” makasih untuk motivasi dan do’anya, semoga akan selalu terkenang perjuangan kita sampai kapanpun dan persahabatan kita akan selalu terjalin dengan baik.

10. Untuk teman-temanku “Ale (ayo le cepet kelarin skripsinya pelatnas cipayung dah nunggu tuch hehe..), Toto, Ari, Iskak, Bagas, Sigit, Andri, Muslim, Chandra Devi (makasih ya dah bantuin ngajarin persiapan kompre sama skripsi), Dede, Lina, Ria, Khania” makasih ya untuk semuanya. Oia….Makasih juga buat Khoir (yang udah mw bantuin gw SPSS), Osin (akhirnya gw lulus kompre sin..makasih ya dah ngasih tau persiapan kompre), Mute, Ibol yang telah banyak memotivasi dan membantu sampe skripsi gw kelar.

11. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu karena dengan segala keterbatasan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Akhinya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak yang berkepentingan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Agustus 2010

Anggi Saputra


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI... iii

LEMBAR PENGUJIAN KOMPREHENSIF... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v

ABSTRACT... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Financial Leverage ... 13

B. Pengertian Return On Equity (ROE)... 17

C. Hubungan antara Financial Leverage dengan Return On Equity 19 D. Pengertian Debt Equity Ratio (DER) ... 20

E. Pengertian Price Earning Ratio (PER) ... 22

F. Hubungan antara PER dengan Leverage ... 25

G. Pengertian Earning Growth Ratio (EGR) ... 25


(12)

H. Hubungan antara Financial Leverage dengan EGR ... 27

I. Pengertian Return On Assets (ROA) ... 27

J. Hubungan antara Financial Leverage dengan ROA... 28

K. Penelitian Sebelumnya ... 29

L. Kerangka Pemikiran... 31

M. Hipotesis... 33

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 35

B. Metode Penentuan Sampel ... 35

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

D. Metode Analisis ... 36

E. Operasional Variabel Penelitian... 43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47

B. Sejarah Objek Penelitian ... 59

C. Hasil Dan Pembahasan... 61

1. Deskripsi Data... 61

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 70

3. Uji Signifikansi ... 74

4. Analisis Regresi Linear Berganda... 77

D. Interpretasi ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 81

B. Saran Dan Implikasi... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 32 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia 51

4.2 Pengujian Normalitas Data 70

4.3 Uji Heteroskedastisitas 73


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Perusahaan Objek Penelitian 60

4.2 Data Return On Equity 61

4.3 Data Debt Equity Ratio 63

4.4 Data Price Earning Ratio 64

4.5 Data Earning Growth Ratio 65

4.6 Data Return On Asset 66

4.7 Data Financial Leverage 67

4.8 Deskripsi Data 69

4.9 Hasil Pengujian Multikolinearitas 71 4.10 Hasil Pengujian Autokorelasi 72 4.11 Hasil Pengujian Uji t 74 4.12 Hasil Pengujian Uji f 76 4.13 Hasil Pengujian Adjusted R Square 77 4.14 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 77


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan Yang Tercatat Dalam 86 Perusahaan Manufaktur Periode 2005-2009

2 Data Return On Equity Perusahaan Manufaktur 87

3 Data Debt Equity Ratio Perusahaan Manufaktur 88

4 DataPrice Earning Ratio Perusahaan Manufaktur 89 5 Data Earning Growth Ratio Perusahaan Manufaktur 90 6 DataReturn On AssetPerusahaan Manufaktur 91

7 Data Financial Leverage 92

8 Hasil Output Regresi Linear Berganda 93


(16)

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian

Perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolaan yang tepat terhadap fungsi-fungsi penting yang ada di dalam perusahaan dan kemampuan untuk melakukan penyesuaian terhadap keadaan yang terjadi demi memperoleh keunggulan dalam persaingan yang dihadapi di era globalisasi. Salah satu fungsi terpenting dalam perusahaan adalah manajemen keuangan. Dalam manajemen keuangan, salah satu unsur yang harus diperhatikan adalah mengenai seberapa besar kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan operasional dan mengembangkan usahanya.

Bagi perusahaan yang ingin masuk ke pasar modal perlu memperhatikan syarat-syarat yang dikeluarkan oleh Bapepam sebagai regulator pasar modal. Selain itu, perusahaan juga harus mampu meningkatkan nilai perusahaan sehingga terjadi peningkatan penjualan sahamnya di pasar modal. Jika diasumsikan investor adalah seorang yang rasional, maka investor tersebut pasti akan sangat memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil yang akan diperolehnya.

Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis


(18)

lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991). (Horigan, 1965) dalam (Tuasikal, 2001) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang.

Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ).

Pengujian-pengujian yang dilakukan pada pasar modal di Indonesia banyak diilhami oleh penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan di negara lain, seperti O’Connor (1973) yang memelopori studi mengenai hubungan antara rasio keuangan berguna bagi investor (pemegang saham biasa) untuk mengambil keputusan. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa analisis kekuatan dari variasi model ratio dengan rate of return menunjukkan adanya keragaman akan manfaat rasio keuangan bagi investor pemegang saham biasa. Ou & Penman (89) meneliti manfaat laporan keuangan dalam memprediksi

return saham. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa informasi akuntansi mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham. Gupa dan Heufner (1972) melanjutkan bahwa rasio-rasio keuangan tertentu memiliki manfaat atau arti yang berbeda ketika diasosiasikan dengan karakteristik industri tertentu yang berbeda. Mirip dengan pernyataan Gupa dan


(19)

Heufner adalah apa yang dikemukakan oleh Foster (1986). Ia mengemukakan bahwa rasio tertentu antara industri yang satu dengan lainnya memiliki perbedaan yang signifikan.

Investor perlu memiliki tolak ukur agar dapat mengetahui apakah jika ia melakukan investasi pada suatu perusahaan ia akan mendapatkan gain

(keuntungan) apabila sahamnya dijual. Investor dapat menggunakan tingkat imbal hasil sebagai tolak ukur untuk melihat ekspektasi hasil suatu saham.

Riset mengenai kegunaan informasi akuntansi (laporan keuangan) dalam hubungannya dengan return dan harga saham di Bursa Efek Jakarta telah banyak dilakukan, antara lain sebagai berikut, Machfoedz (1994) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan pada masa depan pada 89 perusahaan pemanufakturan yang terdaftar di BEJ dari tahun 1989-1993. Asyik (1999) menemukan bahwa rasio neraca dan laba rugi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan return saham dibandingkan dengan rasio arus kas. Kennedy JSP (2003), meneliti pengaruh ROA, ROE, earnings per share, profit margin, asset turnover, rasio leverage,

dan debt to equity ratio terhadap return saham. Triyono dan Jogiyanto (2000) meneliti hubungan kandungan informasi arus kas, komponen arus kas, dan laba akuntansi dengan harga saham atau return saham. Tuasikal (2001) menguji manfaat informasi akuntansi dalam memprediksi return saham. Mirip dengan Tuasikal sebelumnya Parawiyati et. al., (2000) meneliti penggunaan informasi keuangan untuk memprediksi keuntungan investasi bagi investor di pasar modal. Hasil Pengujiannya menunjukkan bahwa variabel informasi


(20)

keuangan tersebut berpengaruh signifikan sebagai prediktor laba dan arus kas untuk satu, dua, dan empat tahun ke depan. Selain itu, Natarsyah S. (2002) menganalisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham. Penelitiannya merupakan studi terhadap 16 industri barang konsumsi yang go public di pasar modal dalam periode 8 tahun (1990—1997) dengan mengasumsikan bahwa harga saham merupakan fungsi dari ROA, ROE, beta, book value, debt/equity dan required rate of return. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh hasil bahwa faktor fundamental seperti return on assets, dividend payout ratio, debt to equity ratio, book value equity per share, dan indeks beta berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Modal menjadi salah satu aspek penting dalam perusahaan karena baik dalam pembukaan bisnis maupun pengembangannya, modal sangatlah diperlukan. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan seberapa banyak modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya. Semakin berkembangnya suatu perusahaan maka semakin besar dana yang di butuhkan untuk pembiayaan kegiatan yang di butuhkan. Salah satu alternatif untuk membiayai kegiatan perusahaan adalah dengan melalui modal pinjaman atau menggunakan

financial leverage.

Pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan di samping lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan lain. Peranannya sangat penting dalam menjembatani hubungan antara penyedia dana investor dan pengguna dana emiten atau perusahaan go public. Investor yang akan


(21)

menanamkan uangnya di bursa, akan selalu melihat dan menilai saham mana yang nilainya stabil dan bahkan ada kecenderungan naik. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah di masa mendatang dalam bentuk dividen dan atau capital gain.

Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas

(shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang di miliki, sehingga

retun on equity ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. (Sutrisno, 2000:197).

Menurut Lukman Syamsuddin (2001:54), DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. DER


(22)

mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuiditas, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang saham. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, sehingga meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi.

Financial leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan di biayai dengan hutang (Husnan 1994). Apabila perusahaan mempunyai hutang semakin banyak maka semakin besar beban bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus di bayar. Bambang Riyanto (1992) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaannya perusahaan harus membayar biaya tetap. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar tingkat financial leverage perusahaan, semakin tinggi pula resiko finansialnya.

Adanya pembiayaan yang menggunakan hutang tersebut maka perusahaan akan mempunyai beban berupa bunga sehingga semakin besar hutang yang diambil, serta dapat menyebabkan beban financial atau biaya yang semakin tinggi. Hal ini berarti akan meningkatkan ketidakpastian hasil pengembalian bersih yang akan diterima pemegang saham. Jika ternyata


(23)

perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari pada beban tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan bagi pemegang saham.

Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. (Riyanto, 1995:331).

Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan, serta pembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan panjang menanggung biaya bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah kredit dari bank dan lembaga keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman berbunga semakin kecil pula beban bunga kredit yang ditanggung perusahaan. Dengan demikian dipandang dari segi beban bunga, perusahaan tersebut lebih efisien operasi bisnisnya. Apabila beban biaya operasional yang lain wajar, dengan beban bunga pinjaman kecil diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat. (Sutojo dan Kleinsteuber, 2004:37).

Menurut Bambang Riyanto (1992) bila perusahaan menghasilkan pendapatan yang tinggi dari pada beban tetapnya, maka financial leverage

dapat meningkatkan return on equity (ROE), debt equity ratio (DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), dan return on assets (ROA). Peningkatan kelima rasio tersebut akan menyebabkan kenaikan tingkat kepercayaan pemegang saham atas laba yang akan diperoleh juga semakin meningkat. Perusahaan menggunakan financial leverage berharap agar dapat


(24)

meningkatkan return on equity (ROE), debt equity ratio (DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), return on assets (ROA), hal ini tejadi bila penggunaan dana dengan beban itu menghasilkan efek yang menguntungkan bagi pemegang saham biasa. Semakin besar return on equity

(ROE), debt equity ratio (DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), dan return on assets (ROA) berarti semakin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemiliknya.

Penelitian yang dilakukan oleh Buchary Jahya (2002) mengenai analisis

risk and return pada BUMN sektor industri jasa telekomunikasi di Jakarta (PT. Telkomsel dan PT. Indosat) penelitian ini menggunakan regresi berganda menggunakan variabel dependen financial leverage dan variabel independent

return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA). Hasil penelitian pada PT. Telkomsel menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial leverage. Sedangkan pada PT. Indosat secara parsial dan simultan return on equity

(ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap financial leverage.

Penelitian yang di lakukan oleh Sofiani (2000) mengenai pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa tingkat leverage

atau struktur modal perusahaan mengatakan bahwa tingkat leverage suatu perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan nilai perusahaan yang di wakili oleh tingkat pengembalian atas saham. Hal ini membawa konsekuensi


(25)

bahwa pembahasan mengenai tingkat leverage menjadi lebih penting bagi suatu perusahaan karena salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan atau mempertahankan kemakmuran pemegang saham yang tecermin pada nilai perusahaan atau nilai saham perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

leverage perusahaan, manajer akan dapat mengelola tingkat leverage yang dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Sabar Warsini (1994), Aldler H.Manurung (1994) menggunakan model regresi whitbeck dan kisor dengan mengambil kasus pada perusahaan tekstil yang go public. Hasil penelitiannya menyebutkan

financial leverage dan return on equity memiliki hubungan yang positif, sedangkan pertumbuhan laba perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap financial leverage.

Penelitian yang dilakukan oleh Ali K. Ozdagli (2009) menyajikan suatu model dinamis perusahaan dengan kontrak hutang bebas risiko, investasi ireversibilitas, dan biaya restrukturisasi hutang. Model ini cocok untuk beberapa fakta perusahaan dan harga aset keuangan : Pertama, leverage

konstan berbeda dengan pasar buku portofolio, sedangkan leverage pasar berbeda secara signifikan. Kedua, perubahan pasar leverage terutama disebabkan oleh perubahan harga saham bukan oleh perubahan hutang. Ketiga, ketika model dikalibrasi agar sesuai dengan distribusi penampang rasio buku ke pasar, hal ini menjelaskan perbedaan kembali di perusahaan yang berbeda. Model ini juga menunjukkan bahwa investasi ireversibilitas saja tidak


(26)

dapat menghasilkan pola cross-sectional diamati dalam return saham dan bahwa leverage adalah sumber utama dari nilai premi.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Jiang (2001) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage.

Mengingat keputusan pendanaan merupakan keputusan penting yang secara langsung akan menentukan kemampuan perusahaan untuk dapat terus bertahan hidup dan berkembang, serta berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, maka berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “ Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR),

dan Return On Assets (ROA) terhadap Financial Leverage pada Perusahaan Manufaktur”. Objek yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2005-2009.


(27)

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di jelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, DER, PER, EGR, ROA terhadap financial leverage baik secara simultan maupun secara parsial?

b. Dari variabel independent baik secara simultan maupun secara parsial manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap financial leverage?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat di buat beberapa tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis pengaruh antara ROE, DER, PER, EGR, ROA terhadap financial leverage baik secara simultan maupun secara parsial.

b. Untuk menganalisis variabel independent baik secara simultan maupun secara parsial manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap financial leverage


(28)

12

2. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang harus diambil oleh perusahaan. Dengan ini diharapkan perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan investor.

b. Bagi Investor

Penelitian dapat menjadi informasi tentang bentuk atau tingkat efisiensi finansial perusahaan sehingga dapat membantu investor dalam membuat kebijakan investasinya.

c. Bagi Penulis

Agar dapat memperluas pengetahuan mengenai pengaruh antar variabel penelitian yaitu return on equity, debt equity ratio, price earning ratio, earning growth ratio, dan return on assets.

d. Bagi Akademik (ilmu pengetahuan)

Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai contoh studi kasus nyata dalam perkuliahan disamping digunakan sebagai koleksi hasil penelitian diperpustakaan


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Financial Leverage

Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap berupa bunga. Dengan menggunakan sumber dana yang memiliki beban tetap diharapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. (Agus Sartono, 1997).

Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage

berarti menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi, yaitu (1) pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan , (2) dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, (3) dengan menggunakan hutang maka pemilik akan memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan. (Agus Sartono, 1997).

Menurut Agus Sartono Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Financial leverage

menurut Beaver, Kettler dan Scholes (2004) adalah nilai buku hutang jangka panjang total dibagi dengan aktiva total. Pada dasarnya perusahaan yang

1 13


(30)

menggunakan financial leverage tujuannya agar keuntungan yang di peroleh lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya, maka akibatnya dividen yang akan di terima pemegang saham akan semakin kecil. Leverage di definisikan sebagai pengunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaannya perusahaan harus membayar biaya tetap. Leverage menguntungkan (favorable financial leverage) kalau pendapatan yang di terima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dari biaya beban tetapnya. Sedangkan financial merugikan

(unfavorable financial leverage) apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan sebanyak beban tetap yang harus di bayar. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat financial leverage perusahaan, makin tinggi resiko finansialnya.

Semakin tinggi proporsi debt relatif terhadap ekuitas meningkatkan risiko perusahaan. Sebagaimana rasio lainnya faktor industri dan ekonomi sangat mempengaruhi, baik tingkat debt maupun sifat debt (jatuh tempo dan tingkat bunga tetap dan variabel). Misalnya industri dengan modal yang intensif cenderung untuk menggunakan tingkat debt yang tinggi untuk mendanai property, plan, and equipment-nya. Debt untuk mendanai kegiatan semacam itu harus bersifat jangka panjang agar sesuai dengan jangka waktu asset yang diperoleh. Debt ratio ditunjukkan dengan perbandingan debt to

total capital, debt to equity.

Hal ini dapat mengakibatkan prospek perusahaan menurun, prospek perusahaan mempengaruhi harga saham, apabila prospek di perkirakan


(31)

meningkat atau menurun, maka harga saham akan naik atau turun. (Suad Husnan, 1998).

Meek, Robert dan Gray (1995) dalam Nugraheni dkk (2002) menyatakan semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, semakin besar pula

agency cost. Dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas.

Financial leverage menunjukkan penggunaan hutang dalam membiayai perusahaan yang dapat mengakibatkan timbulnya resiko keuangan, semakin besar biaya tetap finansial yang di tambahkan pada biaya tetap operasi

(operating fixed cost). Penambahan fixed cost yang lebih besar akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham biasa, dan pengurangan keuntungan ini berarti resiko bagi para pemegang saham biasa.

Walaupun penggunaan financial leverage memiliki resiko yang cukup besar, perusahaan tetap cenderung memilih financial leverage yang tinggi. (Weston Brigham, 1993:299). karena berarti :

a. Jika pengusaha menginvestasikan sebagian kecil saja dari keseluruhan dana yang di butuhkan perusahaan, maka resiko perusahaan di tanggung kreditur.

b. Dengan menambah pendanaan yang berasal dari hutang pemegang saham dapat mengontrol perusahaan dengan jumlah investasi yang lebih kecil. c. Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atas penggunaan hutang

yang di bebani bunga pengembalian atas modal (ROE) dapat bertambah atau meningkat.


(32)

Pernyataan di atas menunjukkan perusahaan yang menggunakan

financial leverage yang lebih tinggi berarti tambahan dana untuk investasi, maka perusahaan berharap dapat meningkatkan earning per share (EPS) perusahaan tersebut. Peningkatan earning per share (EPS) tidak telepas dari kaitannya dengan volume penjualan perusahaan.

Penggunaan financial leverage pada suatu perusahaan dikatakan menguntungkan apabila pendapatan yang di terima dari penggunaan dana melalui hutang tersebut mengalami peningkatan dari pada beban tetap penggunaan hutang tersebut. Financial leverage merupakan suatu cara pembiayaan perusahaan dengan menggunakan hutang yang tujuannya untuk dapat meningkatkan pengembalian atas modal.

Perusahaan pada umumnya menggunakan hutang untuk memperoleh dana bagi perusahaan sehingga setiap periode harus menanggung pembayaran bunga yang tidak mempermasalahkan bagaimana keadaan perusahaan apakah sedang memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian.

Menurut Bambang Riyanto (1992) semakin besar penggunaan hutang yang dilakukan perusahaan, yang juga akan meningkatkan jumlah beban bunga berarti semakin besar pula resiko bagi tingkat biaya-biaya tetap finansial (financial fixed cost) yang akan di tambahkan pada biaya tetap operasi akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham biasa dan pengurangan keuntungan ini berarti resiko bagi mereka.


(33)

B. Pengertian Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas

(shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang di miliki, sehingga

retun on equity ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. (Sutrisno, 2000:197).

Return On Equity (ROE) adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. (Agus Sartono, 1998:90).

Menurut Drs. Lukman Syamsudin, M.A (2000) Return On Equity

(ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.


(34)

Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang di peroleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.

Menurut Bringham dan Ehnhardt (2002) return on equity (ROE) di definisikan sebagai berikut: “Tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa”.

Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal sendiri menurut Bambang Rianto (1995:44) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri bagi disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak. Laba yang dipehitungkan untuk mengukur ROE adalah laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

Pemilik sebagai orang yang sangat bertanggung jawab terhadap keberadaan perusahaan tentunya menginginkan rentabilitas yang tinggi. Untuk itu maka pemilihan untuk sumber-sumber pembelanjaan yang dilakukan hendaknya dapat mempertinggi rentabilitas modal sendiri. Tiga komponen utama dari return on equity adalah asset turnover, return on sales, dan financial leverage. (Syaiful M.Ruky, 1992:82).

Suad Husnan (1998:293) juga lebih mempertegas lagi bahwa return on equity (ROE) adalah laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali tersebut bisa menghasilkan tingkat keuntungan.

Menurut M.Fakhruddin dan M.Sopian Hadianto return on equity (ROE) adalah mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga di pengaruhi oleh besar kecilnya


(35)

hutang perusahaan, apabila proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar.

ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri yang menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. (Kasmir, et.al., 2003:207).

Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya yang dimaksud dengan

Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam

mengembalikan return yang diharapkan.

C. Hubungan antara financial leverage dengan return on equity (ROE)

Hubungan antara financial leverage dengan return on equity (ROE) menurut Bambang Riyanto (1992): “Besarnya rentabilitas modal sendiri selain di pengaruhi oleh rentabilitas ekonomi, juga dipengaruhi oleh rasio hutang”.

Pengaruh rasio hutang (financial leverage) terhadap rentabilitas modal sendiri (ROE) dapat positif, negatif ataupun tidak ada pengaruh sama sekali. Kontribusi dari financial leverage terhadap return on equity (ROE) adalah positif jika hanya penggunaan dana dengan beban tetap tersebut dapat memberikan pendapatan atau hasil yang lebih besar rasio hutang mengakibatkan semakin besarnya rentabilitas modal sendiri.


(36)

D. Pengertian Debt Equity Ratio (DER)

DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. (Simamora, 2000:533).

Menurut Lukman Syamsuddin (2001:54), DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. DER mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuiditas, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang saham. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, sehingga meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Dalam mengukur risiko, perhatian kreditor jangka panjang terutama difokuskan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian mereka tetap memperhatikan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi tersebut diukur dengan rasio debt to equity. Rasioini


(37)

juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu hutang. (Dwi Prastowo, 2002:84). Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka DER yang kecil. Semakin kecil angka rasio ini, berarti semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan semakin besar penyangga risiko kreditor. Jika DER semakin meningkat maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin memburuk, selain itu semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat. Dengan meningkatnya DER maka beban perusahaan kepada pihak luar (kreditur) juga semakin meningkat sehingga harapan tingkat kembalian (return) para pemegang saham semakin kecil. (Farchan dan Sunarto, 2002:72).

Menggambarkan Perbandingan antara total hutang dan ekuitas. Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatiif terhadap ekuitas. Rasio ini menunjukkan Perbandingan anatara hutang dan modal sendiri.

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. (Suad Husnan, 1997:561).


(38)

E. Pengertian Price Earning Ratio (PER)

Salah satu rasio yang banyak digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan investasi saham adalah Price Earning Ratio (PER). PER merupakan rasio antara harga per lembar saham dengan laba bersih per sahamnya (EPS). PER juga menunjukkan indikasi tentang adanya masa depan perusahaan. Menurut Sartono (1996:106), para pelaku pasar modal lebih menaruh perhatian terhadap Price Earning Ratio (PER) yang dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan. PER memiliki beberapa atribut menarik yaitu memberikan standar yang baik dalam membandingkan harga saham untuk laba per lembar saham yang berbeda dan kemudahan dalam membuat perkiraan yang digunakan sebagai input pada P/E rasio model, serta memudahkan atau membantu

judgement dalam menganalisis. Oleh karena model PER lebih sering digunakan dalam penilaian saham, maka menentukan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi PER dengan mengetahui seberapa jauh faktor-faktor tersebut mempengaruhi PER adalah sangat penting.

Price Earning Ratio umumnya digunakan sebagai indikator dari nilai relative berbagai saham biasa. PER dapat memberikan pandangan yang salah mengenai nilai relative yang disebabkan oleh tehnik dan definisi akuntansi yang berbeda yang digunakan berbagai perusahaan. Pemegang saham biasa

mengkhawatirkan kinerja perusahaan dimasa depan. Sementara PER

didasarkan pada kinerja perusahaan dimasa depan. Ini merupakan alasan mengapa perkiraan laba dimasa depan terkadang digunakan dalam


(39)

menghitung rasio ini. PER hanya menyediakan indikasi kasar dari hasil investasi relative, dan harus digunakan dengan sangat berhati-hati. Namun,

PER ini rutin menyediakan indikasi mengenai harapan pasar jika laba disesuaikan dengan benar pada saat perhitungan rasio dilakukan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan semakin rendah tingkat perubahan laba, maka akan semakin tinggi PER yang dimiliki. (Frank j, Fabozzi, 2000 dalam Riskawati, 2005). Menurut Jogiyanto (1998:82) PER menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earning. Jadi rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earning.

Sedangkan Sutrisno (2000:268) menjelaskan bahwa PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan di peroleh para pemegang saham.

Mohammad Usman (2001:83) menyatakan bahwa sebagai alternatif lain selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earning) Salah satu pendekatan yang populer untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER.

Menurut Gruber (1995) pendekatan PER merupakan model penilaian saham yang paling praktis sehingga banyak digunakan oleh para pemodal dan analisis saham. Pendekatan ini juga paling sering di gunakan oleh penjamin emisi (underwriter) untuk menentukan harga saham perdana. (Suad Husnan, 1993). Selain itu PER mempunyai arti yang cukup penting dalam penilaian


(40)

saham karena mencerminkan salah satu indikator perusahaan tentang pada masa mendatang, pada perusahaan yang mempunyai PER tinggi resiko yang rendah serta pertumbuhan yang tinggi, sehingga pemodal bersedia membeli saham perusahaan dengan harga tinggi dan berharap akan mendapat aliran kas mendatang lebih tinggi. (Stanley, 1987).

Selanjutnya Abdul Halim (1995:15) menjelaskan bahwa dalam beberapa hal, rasio ini lebih menarik di bandingkan model dividen. Pertama, PER memberikan sesuatu standar yang tepat untuk membandingkan dengan harga dari saham-saham yang memiliki tingkat pendapatan per lembar saham yang berbeda. Kedua, model ini lebih mudah di gunakan dari pada model dividen terutama bagi saham dari perusahaan-perusahaan yang tidak membagi dividen sekarang ini. Ketiga, estimasi input ini di gunakan pada model PER lebih mudah di gunakan dari pada estimasi input pada model.

Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya pertumbuhan dividen akan meningkatkan Price Earning Ratio. (Suad Husnan, 2001:342). Berdasarkan pengertian sebelumnya, maka dapat di simpulkan bahwa PER adalah perbandingan antara harga saham (P= Price) dan laba per saham (E= Earning), Price/Earning= R(Ratio), PER terdiri dari tiga variabel dalam kaitan pembentukan harga saham, variabel P (Price) tergantung pada variabel E (Earning) dan R (Ratio), jika E dan R di ketahui maka P dapat dihitung.

Berguna untuk menerangkan perbandingan harga pasar dari setiap lembar saham terhadap Earning per share ( EPS ).


(41)

F. Hubungan antara PER terhadap Leverage

Hansen and Crutcley (1990) menyatakan bahwa rata-rata harga saham terpengaruh saat perusahaan mengumumkan penerbitan surat-surat berharga yang baru. Terdapat bukti yang mengidentifikasikan bahwa terjadi penurunan harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang yang dapat dipertukarkan. Penawaran hutang secara terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi harga saham yang negatif tetapi signifikan.

Sementara itu, Miller and Rocks (1985) menyarankan agar pembelanjaan baru (new financing) sebaiknya lebih rendah dibanding laba yang diharapkan (expected earning), sehingga berlawanan dengan efek pengumuman deviden. Pengeluaran modal baru akan menggambarkan kenaikan pembiayaan eksternal, yang berarti menurunkan efek perubahan deviden. Variabel pembelanjaan modal baru didefinisikan sebagai persentase perubahan nilai per lembar saham biasa dengan rasio hutang terhadap modal (debt/equity ratio) sebagai ukuran leverage.

G. Pengertian Earning Growth Ratio (EGR)

Earning growth ratio (EGR) mencerminkan pertumbuhan laba per lembar saham setiap periode t. penggunaan data historis tingkat pertumbuhan laba per lembar saham dapat digunakan untuk memprediksi tingkat


(42)

pertumbuhan dimasa yang akan datang. Perhitungan earning growth ratio

(EGR) menurut Mohammad Usman 2001 menggunakan fomula sederhana:

Dimana :

EGR = Tingkat Pertumbuhan Laba

EPSt = Pendapatan perlembar saham pada tahun t

EPSt- = Pendapatan perlembar saham pada tahun t-1

Earning Per Share (EPS) adalah pebandingan pendapatan bersih

dengan jumlah saham yang dikeluarkan. Earning Per Share (EPS)

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya. Earning Per Share juga digunakan untuk mengukur pendapatan yang dapat dinikmati pemegang saham setelah dikurangi pajak.

Earning Per Share (EPS) menurut Drs. Syamsudin (2002) adalah pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan.

Earning Per Share (EPS) juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya. Semakin


(43)

tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.

Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan

yang dimaksud dengan earning growth ratio (EGR) adalah tingkat

pertumbuhan earning per share (EPS) Dari waktu ke waktu diperoleh dengan cara membandingkan earning per share (EPS) pada periode sebelumnya.

H. Hubungan antara financial leverage dan earning growth ratio (EGR)

Perubahan di dalam penggunaan hutang akan menyebabkan perubahan pada laba bersih per saham (EPS dan harga sahamnya). Penggunaan financial leverage dapat mempengaruhi dan meningkatkan earning growth ratio (EGR), sebaliknya bagi perusahaan yang tidak mampu menanggung beban tetap lebih aman apabila menggunakan modal sendiri ini dimaksudkan agar tidak mengganggu posisi keuangan perusahaan.

Dengan demikian hubungan financial leverage dengan earning growth ratio adalah positif yang berarti dengan adanya hutang membuat pemegang saham tidak perlu menambah modalnya.

Peningkatan penggunaan financial leverage terus dinaikkan sampai batas tertentu akan menyebabkan laba per lembar saham (EPS) menurun, yang disebabkan meningkatnya beban tetap yang harus dibayar.

I. Pengertian Return On Assets (ROA)

Menurut M. Fakhrudddin dan M. Sopian Hadianto menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.


(44)

Profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan baik dalam menghasilkan keuntungan pada periode tertentu. Rentabilitas ekonomi yang bisa disebut juga dengan rentabilitas aktiva (ROA).

Return On Assets (ROA) adalah merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.

Menurut Weston dan Copeland (1992) bahwa produktivitas aktiva keseluruhan dinyatakan sebagai tingkat pengembalian atas modal aktiva (rate earned on total assets), yang disebut juga tingkat pengembalian atas investasi (return on investment) atau tingkat poduktifitas aktiva (assets productivity rate).

Semakin besar nilai return on assets (ROA) menunjukkan bahwa bank semakin poduktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat atau rendahnya

earning power ini adalah:

1. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dengan persentase.

2. Turn over operating assets atau tingkat perputaran aktiva yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu, yang diperoleh dari perbandingan antara net sales dengan operating assets.

J. Hubungan antara financial leverage dengan return on assets (ROA)

Financial leverage adalah penggunaan modal pinjaman disamping modal sendiri dan di harapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan return on assets (ROA) adalah perbandingan antara


(45)

laba setelah pajak dengan total aktiva. Berarti Hubungan antara financial leverage dengan return on assets (ROA) adalah positif yang berarti dengan adanya hutang maka akan meningkatkan profitabilitas atau return on assets

(ROA).

K. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Buchary Jahya (2002) mengenai analisis

risk and return pada BUMN sektor industri jasa telekomunikasi di Jakarta (PT. Telkomsel dan PT. Indosat) penelitian ini menggunakan regresi berganda menggunakan variabel dependen financial leverage dan variabel independent

return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA). Hasil penelitian pada PT. Telkomsel menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial leverage. Sedangkan pada PT. Indosat secara parsial dan simultan return on equity

(ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap financial leverage.

Menurut penelitian yang di lakukan oleh Sofiani (2000) mengenai pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa tingkat

leverage atau struktur modal perusahaan mengatakan bahwa tingkat leverage

suatu perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan nilai perusahaan yang di wakili oleh tingkat pengembalian atas saham. Hal ini membawa konsekuensi bahwa pembahasan mengenai tingkat leverage menjadi lebih penting bagi suatu perusahaan karena salah satu tujuan perusahaan adalah


(46)

meningkatkan atau mempertahankan kemakmuran pemegang saham yang tecermin pada nilai perusahaan atau nilai saham perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat leverage perusahaan, manajer akan dapat mengelola tingkat leverage yang dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Sabar Warsini (1994), Aldler H.Manurung (1994) menggunakan model regresi whitbeck dan kisor dengan mengambil kasus pada perusahaan tekstil yang go public. Hasil penelitiannya menyebutkan financial leverage dan return on equity memiliki hubungan yang positif, sedangkan pertumbuhan laba perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap financial leverage.

Penelitian yang dilakukan oleh Ali K. Ozdagli (2009) menyajikan suatu model dinamis perusahaan dengan kontrak utang bebas risiko, investasi ireversibilitas, dan biaya restrukturisasi hutang. Model ini cocok untuk beberapa fakta perusahaan dan harga aset keuangan : Pertama, leverage

konstan berbeda dengan pasar buku portofolio, sedangkan leverage pasar berbeda secara signifikan. Kedua, perubahan pasar leverage terutama disebabkan oleh perubahan harga saham bukan oleh perubahan hutang. Ketiga, ketika model dikalibrasi agar sesuai dengan distribusi penampang rasio buku ke pasar, hal ini menjelaskan perbedaan kembali di

perusahaan yang berbeda. Model ini juga menunjukkan bahwa

investasi ireversibilitas saja tidak dapat menghasilkan pola cross-sectional


(47)

diamati dalam return saham dan bahwa leverage adalah sumber utama dari nilai premi.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Jiang (2001) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage.

L. Kerangka Pemikiran

Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yang

berpengaruh terhadap Financial Leverage adalah Return On Equity (ROE),

Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio

(EGR), dan Return On Assets (ROA). Atas dasar tersebut maka pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap Financial Leverage dapat di lihat sebagai berikut:


(48)

X1 ROE

Keterangan :

X1 = Return On Equity (variabel bebas)

X2 = Debt Equity Ratio (variabel bebas)

X3 = Price Earning Ratio (variabel bebas)

X4 = Earning Growth Ratio (variabel bebas)

X5 = Return On Assets (variabel bebas)

Y = Financial Leverage (variabel terikat) X2

DER

X3 PER

Y

FINANCIAL LEVERAGE

X4 EGR

X5 ROA


(49)

M. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapatlah dibuat hipotesis-hipotesis sebagai berikut :

1. H0 : b1 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan return on equity

terhadap financial leverage

Ha : b1 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan return on equity terhadap financial leverage

2. H0 : b2 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan debt equity ratio

terhadap financial leverage

Ha : b2 ≠0 terdapat pengaruh yang signifikan debt equity ratio

terhadap financial leverage

3. H0 : b3 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan price earning ratio

terhadap financial leverage

Ha : b3 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan price earning ratio

terhadap financial leverage

4. H0 : b4 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan earning growth ratio terhadap financial leverage

Ha : b4 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan earning growth ratio

terhadap financial leverage

5. H0 : b5 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan return on assets

terhadap financial leverage

Ha : b5 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan return on assets terhadap financial leverage


(50)

34 6. H0 : b1, b2, b3, b4, b5 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara return on equity, debt equity ratio, price earning ratio, earning growth ratio, dan

return on assets dianalisis secara simultan terhadap financial leverage.

Ha : b1, b2, b3, b4, b5 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara return on equity, debt equity ratio, price earning ratio, earning growth ratio, dan

return on assets dianalisis secara simultan terhadap financial leverage.


(51)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini membahas pengaruh variabel bebas yang terdiri dari return on equity (ROE), debt equity ratio

(DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), dan return on assets (ROA) terhadap variabel terikat yaitu financial leverage.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini mengambil populasi perusahaan yang masuk kategori perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengambilan populasi perusahaan yang terdaftar di BEI dikarenakan pertimbangan kemudahan akses data dan informasi, serta biaya dan waktu penelitian. Sedangkan sampel yang diambil adalah perusahaan manufaktur pada tahun 2005-2009. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling, karena sampel diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. (Nur Indriyanto dan Bambang Supomo, 2002). Penulis menggunakan data perubahan yang termasuk ke dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendukung penelitian yang dilakukan maka diperlukan data yang berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang bukan di

1 35


(52)

usahakan sendiri oleh peneliti namun di peroleh dari pihak lain dalam bentuk data jadi yang berhubungan dengan penelitian ini atau disebut dengan studi kepustakaan yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. (Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2003).

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

1. Library research

Yaitu berasal dari buku-buku kuliah dan jurnal-jurnal atau artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah skripsi ini.

2. Field research

Untuk memperoleh data maka peneliti mengadakan penelitian ke BEI guna memperoleh data yang diperlukan.

D. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang bersifat kuantitatif. Adapun rumus untuk menghitung variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

1. Return On Equity (ROE)

Menurut Drs. Lukman Syamsudin, M.A (2000) Return On Equity

(ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang di peroleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.


(53)

ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri yang menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. (Kasmir, et.al., 2003:207).

2. Debt Equity Ratio (DER)

Menggambarkan Perbandingan antara total hutang dan ekuitas.

Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Rasio ini menunjukkan Perbandingan anatara hutang dan modal sendiri.

3. Price Earning Ratio (PER)

Sutrisno (2000:268) menjelaskan bahwa PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan di peroleh para pemegang saham.

Mohammad Usman (2001:83) menyatakan bahwa sebagai alternatif lain selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earning). Salah satu pendekatan yang populer untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER.


(54)

Berguna untuk menerangkan perbandingan harga pasar dari setiap lembar saham terhadap Earning per share ( EPS ).

4. Earning Growth Ratio (EGR)

Earning growth ratio (EGR) mencerminkan pertumbuhan laba per lembar saham setiap periode t. penggunaan data historis tingkat pertumbuhan laba perlembar saham dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pertumbuhan dimasa yang akan datang. Perhitungan earning

growth ratio (EGR) menurut Mohammad Usman 2001 menggunakan

fomula sederhana:

5. Return On Asset (ROA)

Return On Assets (ROA) adalah merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.

6. Financial Leverage

Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap


(55)

berupa bunga. Dengan menggunakan sumber dana yang memiliki beban tetap diharapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. (Agus Sartono, 1997).

7. Merumuskan Persamaan Regresi

Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang berhubungan dengan ketergantungan antara variabel independent terhadap variabel

dependen.

Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5…bnXn + e

Notasi :

Y = Financial Leverage

a = Konstanta

b1,b2,b3…bn = Koefisien Regresi

X1 = Return On Equity (ROE)

X2 = Debt Equity Ratio (DER)

X3 = Price Earning Ratio (PER)

X4 = Earning Growth Ratio (EGR)

X5 = Return On Assets (ROA)

e = Error Term


(56)

8. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis berganda terhadap data yang diperoleh dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap persyaratan-persyaratan klasik regresi berganda.

a. Normalitas

Uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi, variabel

dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal.

Menurut Singgih Santoso (2000:214), ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Multikolinearitas

Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (variabel

independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah


(57)

variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.

Menurut Singgih Santoso (2000:203) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas dari multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF berkisar pada angka 1 dan mempunyai nilai tolerance

mendekati 1. c. Heteroskedastitas

Heteroskedastitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan kepengamatan lain. Jika variasi residual dari satu persamaan kepersamaan lain tetap, maka disebut homokedastitas. Model regresi yang baik yang homokedastitas atau tidak terjadi heteroskedastitas. Menurut Singgih Santoso (2000:208) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized, rinciannya sebagai berikut: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.


(58)

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji autokolerasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada penyakit autokolerasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi.

Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson hitung dengan kriteria kondisi autokorelasi. Adapun kriteria untuk mengetahui apakah dalam suatu bentuk regresi terdapat kondisi autokorelasi adalah :

1. 1.65 < DW < 2.35 kesimpulannya tidak terjadi kondisi autokorelasi 2. 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 kesimpulannya tidak

dapat disimpulkan (inconclusive)

3. DW < 1.21 atau DW > 2.79 kesimpulannya terjadi autokorelasi. 9. Uji Simultan ( uji F )

Uji Simultan ( uji F ) dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi yang disajikan yang menunjukkan pengaruh variabel bebas (variabel independent ) terhadap variabel terikat (variabel dependent ) secara bersama-sama.


(59)

10.Uji Parsial (uji t )

Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter b atau digunakan untuk melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent

secara individual (parsial).

E. Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel tidak bebas) pada penelitian ini adalah :

1. Return On Equity (ROE)

Menurut Drs. Lukman Syamsudin, M.A (2000) Return On Equity

(ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang di peroleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.

Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam


(60)

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

2. Debt Equity Ratio (DER)

DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. (Simamora, 2000:533).

Menggambarkan Perbandingan antara total hutang dan ekuitas. Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatiif terhadap ekuitas. Rasio ini menunjukkan Perbandingan anatara hutang dan modal sendiri.

3. Price Earning Ratio (PER)

Mohammad Usman (2001:83) menyatakan bahwa sebagai alternatif lain selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earning). Salah satu pendekatan yang populer untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER.


(61)

Berguna untuk menerangkan perbandingan harga pasar dari setiap lembar saham terhadap Earning per share ( EPS ).

4. Earning Growth Ratio (EGR)

Earning Growth Ratio (EGR) mencerminkan pertumbuhan laba per lembar saham setiap periode t. penggunaan data historis tingkat pertumbuhan laba per lembar saham dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pertumbuhan dimasa yang akan datang. Perhitungan earning

growth ratio (EGR) menurut Mohammad Usman 2001 menggunakan

fomula sederhana:

5. Return On Asset (ROA)

Return On Assets (ROA) adalah merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.

6. Financial Leverage

Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap


(62)

berupa bunga. Dengan menggunakan sumber dana yang memiliki beban tetap diharapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. (Agus Sartono, 1997).


(63)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

1 47


(64)

a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan Obligasi Pemerintah RI (1950)

g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.


(65)

j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

m.2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88

(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go

public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan

dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).


(66)

r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30 November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.

Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum Penegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih


(67)

ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.

3. Struktur Pasar Modal Indonesia

Gambar 4.1 BAPEPAM

Bursa Efek Lembaga Keuangan Dan Lembaga Penyimpanan Dan Penjamin Penyelesaian

Perusahaan Efek Lembaga Penunjang

Profesi Penunjang

Pemodal Menteri Keuangan

• Domestik

• Asing

• Akuntan

• Konsultan Hukum

• Penilai

• Notaris

• Biro Adm Efek

• Custodian

• Wali Amanat

• Penanggung

• Penjamin Emisi Efek

• Perantara Pedagang Efek

• Manajer Investasi

• Penasehat Investasi

Emiten • Perusahaan

Publik • Reksa Dana

Struktur Pasar Modal Indonesia

4. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia

Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek Indonesia melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek Indonesia adalah :


(68)

a. Perusahaan yang go publik (Emiten)

Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi.

b. Perusahaan Efek

Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manager investasi atau penasehat investasi.

c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan

Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain.

d. Perusahaan Reksa dana

Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi).

e. Lembaga Penunjang

Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penaggung (gurator)


(1)

DATA ROE (Return On Equity) PERUSAHAAN MANUFAKTUR

EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 AQUA 22,54 17,84 18,89 20,29 17,06

ASGR 19,20 27,57 30,34 25,21 18,01 DLTA 19,47 13,87 14,53 22,53 19,80 DPNS 7,57 4,51 (6,53) 1,59 3,32 DYNA 10,03 1,03 4,21 2,07 20,20 HMSP 81,40 93,87 66,29 72,03 60,48

FAST 25,36 33,30 38,20 34,80 32,37 GGRM 20,67 12,19 15,62 17,12 20,95 GDYR (2,90) 13,03 20,42 2,23 35,05

INCI 10,47 (3,29) 2,12 2,79 0,99 PBRX 13,40 12,83 20,76 (41,72) 25,59 SMGR 32,93 33,77 38,63 44,48 36,07 UNVR 94,98 104,06 104,80 111,23 85,98 SMSM 23,00 28,57 27,55 23,35 19,81 MRAT 6,45 8,28 4,41 5,14 4,02


(2)

DATA DER (Debt Equity Ratio) PERUSAHAAN MANUFAKTUR

EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 AQUA 0,78 0,77 0,74 0,71 0,74 ASGR 0,82 0,98 0,99 1,53 1,17 DLTA 0,32 0,31 0,29 0,34 0,30 DPNS 0,28 0,20 0,29 0,38 0,30 DYNA 1,57 1,71 1,63 1,79 1,46 HMSP 1,55 1,21 0,94 1,00 0,88 FAST 0,66 0,68 0,67 0,63 0,65 GGRM 0,69 0,65 0,69 0,55 0,52 GDYR 0,68 0,62 0,94 2,45 1,63 INCI 0,12 0,13 0,15 0,10 0,09 PBRX 2,56 3,73 4,85 8,69 5,29 SMGR 0,61 0,35 0,27 0,30 0,26 UNVR 0,76 0,95 0,98 1,10 0,92 SMSM 0,59 0,71 0,61 0,53 0,57 MRAT 0,17 0,19 0,14 0,10 0,11


(3)

DATA PER (Price Earning Ratio) PERUSAHAAN MANUFAKTUR

EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 AQUA 29,64 24,47 20,30 31,28 31,28 ASGR 7,40 11,04 4,32 6,35 7,05 DLTA 8,43 6,07 3,82 9,71 10,97

DPNS 19,48 34,78 (58,73) 24,63 28,97 DYNA (37,70) 23,22 14,44 3,57 3,83 HMSP 12,04 15,66 9,11 9,27 12,03

FAST 11,78 12,27 11,04 12,57 13,29 GGRM 19,47 10,07 4,35 12,56 13,99

GDYR 10,65 12,57 252,45 3,12 3,12 INCI 5,70 (9,58) 18,58 4,64 15,27 PBRX 17,36 4,09 (1,32) 1,34 1,38 SMGR 16,62 19,59 9,81 13,95 14,78 UNVR 29,25 24,51 24,72 27,75 28,38 SMSM 7,18 6,56 6,59 6,87 7,73 MRAT 17,29 13,34 13,58 15,06 11,79


(4)

DATA EGR (Earning Growth Ratio) PERUSAHAAN MANUFAKTUR

EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 AQUA -0,15 -0,24 0,349187 0,24918 -0,06169 ASGR 0,08965 0,540763 0,297087 -0,13305 -0,24563 DLTA 0,395287 -0,23262 0,093484 0,769559 -0,08484 DPNS 0,127361 -0,43436 -1,29304 -1,48884 1,28125 DYNA 0,441876 -1,32402 -1,11593 -0,49187 0,34 HMSP 0,021148 0,481488 0,026493 0,074839 -0,05314

FAST 0,011036 0,669296 0,487634 0,221647 0,105554 GGRM 0,688821 -0,46666 0,432387 0,302651 0,316369 GDYR -2,06821 -4,50337 0,669486 -0,98084 0,181222 INCI 0,023665 -1,39941 -1,83575 -0,11231 -0,58566 PBRX 0,044244 -0,05404 1,527879 -2,67456 -1,81451 SMGR 0,13048 0,266926 -0,86296 0,421388 -0,04569 UNVR 0,016968 0,195137 0,141205 0,22529 -0,05353 SMSM 0,031032 0,197939 0,048212 -0,00734 -0,09289 MRAT 0,081255 0,221869 -0,35308 0,068913 -0,11671


(5)

DATA ROA (Return On Asset) PERUSAHAAN MANUFAKTUR

EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 AQUA 12,51 10,03 10,75 11,76 9,72

ASGR 10,54 13,95 15,26 9,98 8,31 DLTA 14,70 10,52 11,25 16,86 15,10 DPNS 5,54 3,50 (4,83) 1,11 2,47 DYNA 3,62 0,35 1,46 0,67 7,36 HMSP 31,21 42,22 34,09 35,93 32,00

FAST 15,31 19,85 22,90 21,40 19,59 GGRM 12,25 7,38 9,21 11,03 13,73

GDYR (1,73) 8,06 10,55 0,65 13,33 INCI 9,38 (2,90) 1,84 2,54 0,91 PBRX 3,78 2,47 3,55 (4,30) 4,07 SMGR 20,25 24,77 30,07 33,85 28,32 UNVR 53,73 53,28 52,90 53,01 44,64 SMSM 12,99 15,06 15,39 14,70 12,11 MRAT 5,49 6,96 3,88 4,66 3,62


(6)

DATA FINANCIAL LEVERAGE PERUSAHAAN MANUFAKTUR

EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 AQUA 0,433021 0,431185 0,423516 0,411032 0,422189

ASGR 0,450899 0,493956 0,497122 0,604216 0,53869 DLTA 0,243426 0,238873 0,221916 0,24963 0,227595 DPNS 0,205396 0,158217 0,217214 0,262919 0,219959 DYNA 0,567195 0,582956 0,565869 0,581295 0,53318 HMSP 0,595985 0,542907 0,485595 0,501034 0,467184 FAST 0,396134 0,404004 0,400535 0,385104 0,394973 GGRM 0,406786 0,393798 0,409104 0,355323 0,341931 GDYR 0,404357 0,381703 0,483277 0,709753 0,619548 INCI 0,104508 0,118942 0,131625 0,090404 0,081494 PBRX 0,7223 0,796559 0,828447 0,896453 0,840649 SMGR 0,375582 0,255488 0,210874 0,22911 0,205157 UNVR 0,431608 0,486248 0,49486 0,522376 0,480008 SMSM 0,193155 0,042372 0,044039 0,043303 0,03666 MRAT 0,148452 0,158969 0,120456 0,094061 0,099672


Dokumen yang terkait

Pengaruh Return On Assets (Roa), Debt To Equity Ratio (Der) Dan Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2013

8 121 96

Pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Price Earnings Ratio Terhadap Price to Book Value Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

30 283 90

Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 137

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Indonesia

2 71 93

Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 41 129

Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013

0 23 84

Analisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008)

0 4 96

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112

Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Eraning Ratio Terhadap Return Saham

0 3 84