Kebijakan Kriminal Nonpenal Kerangka Pemikiran

14 h. Struktur pemerintahan. i. Perubahan radikal, di mana tatkala suatu sistem nilai mengalami perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit transisional. j. Keadaan masyarakat di mana korupsi dalam suatu birokrasi bisa memberikan cerminan keadaan masyarakat keseluruhan. 27 Dari penjelasan mengenai faktor-faktor penyebab korupsi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masalah korupsi merupakan masalah yang multidimensi tidak dapat ditanggulangi dengan hanya mengandalkan kemampuan hukum pidana.

2. Kebijakan Kriminal Nonpenal

Masyarakat akan menanggapi gejala korupsi yang muncul melalui usaha-usaha rasional yang terorganisasikan, atau yang sering disebut kebijakan kriminal politik kriminal. Kebijakan penanggulangan kejahatan atau politik kriminal dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas. G. Peter Hoefnagels menggambarkan ruang lingkup politik kriminal dengan skema sebagai berikut: 28 27 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hal. 19. 28 G.P. Hoefnagels, The Other Side of Criminology, English Translation by Jan G.M. Hulsman, Kluwer B.V., Deventer: 1973, hal. 56. 15 adm. of crim. justice soc. policy in narrow sense: crim. legislation crim. jurisprudence community planning crim. process in wide sense mental health judicial physical scientific social scientific nat. mental health sentencing soc. work, child welfare forensic psychiatry and psychology forensic social work crime, sentence execution administrative and and police statistics civil law Bagan 2. Ruang Lingkup Politik Kriminal Dari pendapat Hoefnagels tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan kriminal secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana hukum pidana penal policy melalui criminal law application; dan 2. kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana di luar hukum pidana non penal policy melalui influencing views of society on crime and punishment mass media dan prevention without punishment. Criminal Policy Influencing views of society on crime and punishment mass media Crim. law application practical criminology Prevention without punishment 16 Kedua sarana ini penal dan nonpenal merupakan suatu pasangan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, bahkan dapat dikatakan keduanya saling melengkapi dalam usaha penanggulangan kejahatan di masyarakat. 29 Sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan dan tujuan studi ini, maka dari lingkup kajian yang dikemukakan di atas, fokus perhatian akan lebih terarah pada kajian kebijakan nonpenal. Kebijakan nonpenal, sebagai pasangan kebijakan penal dalam penanggulangan korupsi, sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan faktor kriminogen. Di dalam rangka merumuskan kebijakan nonpenal yang menyangkut gejala tindak pidana korupsi ini, perlu dukungan kajian-kajian kriminologis mengenai korupsi. Kajian-kajian kriminologis tentang korupsi dan proses penanggulangannya dalam masyarakat, sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan nonpenal pada satu sisi, dan pada sisi lain, kajian kriminologis tersebut diperlukan pula sebagai bahan masukan dalam rangka perumusan norma-norma hukum pidana tentang penanggulangan korupsi yang dicita-citakan ius constituendum. Di samping itu, perumusan norma-norma hukum yang dicita-citakan ius constituendum, perlu pula didukung oleh pemahaman perkembangan kecenderungan-kecenderungan internasional 29 Muladi, Op.cit., hal. Vii. 17 instrumen-instrumen internasional dan perkembangan penanganan korupsi yang terjadi di negara lain.

F. Metode Penelitian 1.

Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kriminologis. Suatu studi yang meninjau hukum sebagai fakta sosial yang bisa disimak di alam pengalaman sebagai pola perilaku dalam wujud pranata sosial atau institusi sosial, kajian hukum yang mengkonsepkan dan menteorikan hukum sebagai fakta sosial yang positif dan empiris. 30 Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui urgensi dan peranan kebijakan nonpenal dalam penanggulangan tindak pidana korupsi di Kota Semarang.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis, yaitu penelitian untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang masalah aktual dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan 31 , yang dalam hal ini adalah mengenai kebijakan nonpenal dalam penanggulangan tindak pidana korupsi di Kota Semarang. 30 Soetandyo Wignjosoebroto, dikutip oleh Paulus Hadisuprapto, “Pemberian Malu Reintegratif sebagai Sarana Nonpenal Penanggulangan Perilaku Delinkuensi Anak Studi Kasus di Semarang dan Surakarta”, Disertasi Doktor Ilmu Hukum, Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2002, hal. 39-40. 31 Soenaryo, Metode Riset I, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1985, hal. 8.