12 Spinellis mengatakan bahwa kejahatan korupsi yang mereka lakukan berupa
“…offences against the public property or the public revenue, such as embezzlement of public property, use of public means for personal or in
general for private purposes, to which the profit of a political party should be included.”
24
d. Faktor-faktor penyebab Korupsi
Sebelum berbicara mengenai penanggulangan korupsi, faktor-faktor penyebab korupsi perlu diketahui masyarakat untuk lebih mengefektifkan
upaya penanggulangan korupsi. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Bonger, seperti dikutip oleh Andi Hamzah, bahwa untuk memberantas
kejahatan harus dicari sebabnya dan menghapuskannya.
25
Teori kriminologi yang berkaitan dengan sebab-sebab tindak pidana korupsi perlu dipaparkan sebelum pembicaraan terfokus pada faktor-faktor
penyebab korupsi yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satu teori kriminologi tersebut adalah differential association theory.
Sutherland, sebagaimana dikutip oleh Romli Atmasasmita, menjelaskan proses terjadinya perilaku kejahatan dengan mengajukan sembilan proposisi
sebagai berikut: a
Tingkah laku kriminal dipelajari. b
Tingkah kriminal dipelajari dalam hubungan interaksi dengan orang lain melalui suatu proses komunikasi.
24
Ibid., hal. 20.
25
Andi Hamzah, Korupsi Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1991, hal 15.
13 c
Bagian penting dari mempelejari tingkah laku kriminal terjadi dalam kelompok yang intim.
d Mempelajari tingkah laku kriminal, termasuk di dalamnya teknik
melakukan kejahatan dan motivasidorongan atau alasan pembenar. e
Dorongan tertentu ini dipelajari melalui penghayatan atas peraturan perundangan: menyukai atau tidak menyukai.
f Seseorang menjadi delinquent karena penghayatannya terhadap
peraturan perundangan: lebih suka melanggar daripada menaatinya. g
Asosiasi diferensial ini bervariasi bergantung pada frekuensi, durasi, prioritas, dan intensitasnya.
h Proses mempelajari tingkah laku kriminal melalui pergaulan dengan
pola kriminal dan antikriminal melibatkan semua mekanisme yang berlaku dalam setiap proses belajar.
i Sekalipun tingkah laku kriminal merupakan pencerminan dari
kebutuhan-kebutuhan umum dan nilai-nilai, tetapi tingkah laku kriminal tersebut tidak dapat dijelaskan melalui kebutuhan umum dan nilai-nilai
tadi karena tingkah laku nonkriminal pun merupakan pencerminan dari kebutuhan umum dan nilai-nilai yang sama.
26
Setelah dijabarkan teori kriminologi mengenai sebab-sebab kejahatan tersebut di atas maka sajian berikutnya akan lebih terperinci membicarakan
tentang berbagai faktor penyebab korupsi yang dikemukakan oleh para ahli. Syed Hussein Alatas, sebagaimana dikutip Evi Hartanti, menyatakan
sebab-sebab terjadinya korupsi adalah: a.
Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku
yang menjinakkan korupsi. b.
Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika. c.
Kolonialisme, di mana suatu pemerintah asing tidaklah menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung
korupsi. d.
Kurangnya pendidikan. e.
Kemiskinan. f.
Tiadanya tindak hukuman yang keras. g.
Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku antikorupsi.
26
Romli Atmasasmita, Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung: PT
Refika Aditama, 1992, hal. 24-25.
14 h.
Struktur pemerintahan. i.
Perubahan radikal, di mana tatkala suatu sistem nilai mengalami perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit
transisional. j.
Keadaan masyarakat di mana korupsi dalam suatu birokrasi bisa memberikan cerminan keadaan masyarakat keseluruhan.
27
Dari penjelasan mengenai faktor-faktor penyebab korupsi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masalah korupsi merupakan masalah
yang multidimensi tidak dapat ditanggulangi dengan hanya mengandalkan kemampuan hukum pidana.
2. Kebijakan Kriminal Nonpenal