Hubungan Politik Negara Mekong

4.3 Hubungan Politik Negara Mekong

Keenam negara tepian memiliki sejarah hubungan politik yang kompleks, yang masih mempengaruhi persepsi dan pendapat mereka. Dimana hubungan mereka diawali sejarah konflktual tahun 1950-an, yang menunjukan hubungan yang kompleks, tidak stabil, bergejolak, berselisih dan berkonflik.

Konflik diantara negara tepian di masa lalu, diantaranya konfik berkepanjangan China dan Vietnam sejak 112 SM, akibat pencaplokan Vietnam di Kamboja, China dan negara barat menghentikan bantuan Vietnam dan tahun 1979 China menginvasi Vietnam utara. Sedangkan hubungan negara tepian lainnya, selama kurung waktu 1950-1960-an diperbatasan antara Thailand-Kamboja, Thailand-Laos, dan Kamboja-Vietam, selain itu hubungan Thailand dan Myanmar

85 Lee Scurrah. Op cit. Hlm 11. 86 Schearf, Daniel. 2011. Laos, neighbors face off on Mekong River Dam dispute. (online, http://www.voanews.com/content/laos-neighbors-face-off-on-mekong-river-dam-dispute- 120205569/138253.html , 12 Juli 2016).

juga berkonflik terkait sengketa dengan gerakan lintas negara minoritas. 87 Selain itu, konflik saudara juga terjadi di Laos tahun 1975-1979, perang Vietnam tahun

1959-1975 Perang Vietnam-China tahun 1979, dan konflik di Kamboja selama era Khmer Merah tahun 1975-1979, dan konflik antar warga diperbatasan. 88

Hingga saat ini beberapa konflik masih mencuat, seperti antara negara hulu dan hilir dan antara negara hilir. Walaupun demikian, hubungan yang ditunjukan saat ini telah berdampak pada pengembangan perdamaian dan stabilitas subregional

Mekong. 89

Di hilir, Negara hilir menganggap bendungan China yang berada di hulu banyak memberikan dampak terhadap volume air dan lingkungan di negara hilir, terutama ketika musim hujan dan kemarau tiba, seperti Thailand, Kamboja, Laos dan Vietnam yang menuduh dan khawatir berkurangnya jumlah air di hilir yang

akan memperburuk lingkungan dan masyarakat di hilir Mekong. 90

Dan antara negara di hilir, yang sebagian besar berkaitan dengan kekhawatiran akan berkurang dan degradasi kualitas dan kuantitas air yang jatuh ke negaranya serta dampak lingkungan dan keamanan pangan dan masyarakat di Mekong. Seperti Kamboja yang secara tegas menuduh Thailand secara ilegal mengeksploitasi sumber daya alam di wilayahnya dan ketika Thailand, Kamboja dan Vietnam menuntut penundaan proyek bendungan Xayaburi di Laos untuk

memperlajari lebih lanjut terkait dampak lintas negara. 91 Dimana masing-masing

87 Kuenzer, C., Campbell, I., Roch, M., Leinenkugel, P., Tuan, V.Q. and Dech, S. Op cit. 88 Ishida, Masami. 2013. Border Economies in the Greater Mekong Sub-regional. London:

Palgrave Macmillan. Hlm 8. 89 Susanne Schmeier. Op cit. Hlm 46.

90 Richardson, Michael. 2009. Dams in China turn the Mekong into a river of discord. (online, http://yaleglobal.yale.edu/content/dams-china-turn-mekong-river-discord , 12 Juli 2016).

91 Parameswaran, P. Op cit.

negara saling menyalahkan, mengungkapkan kekhawatiran pada proyek pembangunan di tetangganya namun terus mengembangkan proyek di negaranya sendiri.

Memang proyek hydropower menjadi proyek paling dikembangkan di hilir, dimana telah direncakan 12 bendungan hidro di aliran utama dan ribuan di anak sungai dengan perkiraan total kapasitas 12.980 MW dengan 64.229 GWh, dengan bendungan saat ini yang telah selesai, Pak Mun di Thailand, Nam Theun 2 di Laos dan Yali Fall di Vietnam, Xayaburi di Laos yang sedang dalam tahap

pembangunan, Don Sahong di Laos yang berada dalam tahap rencana. 92

Untuk melihat hubungan antarnegara tepian Mekong saat ini, penulis menggambarkannya menggunakan diagram Basins at Risk (BAR) dari Oregon State University melalui peristiwa konfliktual dan kerjasama negara Mekong selama tahun 2002-2013.

- Hubungan Politk Menggunakan Skala Bar

Perairan Mekong dikenal sebagai daerah yang diperebutkan yang berujung ketegangan dan perselisihan antarnegara. Untuk menjelaskan hubungan antara negara tepian sungai internasional, penulis mengadaptasi studi Basins at Risk (BAR) Wolf, Yoffe, Giardano’s di Mekong tahun 1948-2008, dimana studi BAR

mengukur hubungan negara tepian melalui paristiwa konflik dan kerjasama. Dalam skala BAR, terdapat 15 skala yang terbagi menjadi 3 klasifikasi, pertama (-7) hingga (-1) sebagai kondisi konflik, (0) sebagai kondisi netral dan (1) hingga (7)

92 Pittock, Jamie. Op cit. Hlm 3.

sebagai kondisi kerjasama, untuk deskripsi pada masing-masing skala lihat gambar berikut.

Gambar 4.3 Deskripsi skala BAR

Sumber: Wolf et al., 2003, p.34; Yoffe et al., 2003, p.112.

Skala (-7) menunjukan kondisi konflik tertinggi berupa perang yang perlahan menurun hingga (-1) yang menunjukan skala konflik paling ringan berupa interaksi perselisihan, skala (0) menunjukan tidak adanya tindakan yang penting antar negara-negara, sedangkan skala (1) menunjukan adanya pertukaran pejabat, dialog atau kebijakan dan dukungan negara, yang terus meningkat menuju skala (7) dimana adanya sikap penyatuan secara sukarela menjadi satu kesatuan.

Grafik 4.3 Jumlah Peristiwa Mekong tahun 2002-2013 (skala BAR ) HISTOGRAM

More Conflictual More Cooperative

Sumber: diolah oleh penulis dari berbagai sumber.

Melalui histogram BAR yang diaplikasikan di sungai Mekong, akan terlihat besaran konflik atau kerjasama yang ditunjukan negara tepian, dengan menggunakan 15 skala intensitas BAR. Dimana peristiwa-peristiwa ini terbagi menjadi skala, pertama pada peristiwa konflik (ketegangan) menunjukan 9 kasus, kondisi netral 0 dan 56 kasus kerjasama.

Peristiwa konfliktual, pada skala (-2) terdapat 2 peristiwa, pertama terjadi pada tahun 2007 masalah terkait sumber pengelolaan MRC yang tidak cukup dan tidak transparasi terkait usulan pembangunan bendungan di Laos. Dan tahun 2010 ketika pejabat Thailand menunduh kekeringan yang terjadi di sungai Mekong disebabkan oleh bendungan di China, namun perwakilan China membantah tuduhan tersebut memberikan skala (1) karena China menolak tuduhan tersebut. Dari pihak Kamboja juga menyalahkan China terkait kekeringan yang terjadi.

Pada skala (-1) terdapat 7 peristiwa, seperti pada tahun 2004 ketika gelombang kritikan terkait pembangunan bendungan di China dimana pemerintah Thailand dan NGO Thailand (seperti Rivers Watch East & Southeast Asia , Chiang

Mai-Environmental Group , Thai Business Leader dan Save the Mekong ) berpendapat bahwa bendungan Dachaoshan China yang bertanggung jawab pada banjir di hilir. Dan pemerintah China membantah tuduhan tersebut dengan alasan

pada saat itu adalah periode air meningkat adalah skala (1). 93

Dan ketika proyek xayaburi dikeluarkan Laos, dimana Thailand, Vietnam dan Kamboja menuntut adanya penelitian lebih lanjut dan konsultasi terkait dampak

lingkungan lintas negara, dan penundaan pembangunan untuk 10 tahun kedepan. 94 Namun pada tahun 2012 Laos menolak segala tanggapan negara tetangga dan

memutuskan melanjutkan pembangunan bendungan xayaburi karena dinilai aman, dan pada saat yang sama Kamboja dan Vietnam menegaskan bahwa keputusan tersebut dibuat tanpa dukungan mereka.

Pada skala (1) diantaranya 47 peristiwa, dimana skala ini berisi kerjasama diantara negara tepian, kegiatan seperti workshop/pertemuan/forum dan bantahan atas tuduhan, dimana terdapat sekitar peristiwa bahkan lebih, ketika China pada tahun 2010 mengundang negara Mekong untuk mengunjungi bendungan Jinghong di hulu. Kunjungan ini menghasilkan bukti bahwa debit air meningkat disebabkan debit air sungai yang meningkat, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pada 2010 mengungkapkan tuduhan banjir di sungai Mekong disebabkan China adalah tanpa dasar dan yang perlu disalahkan adalah perubahan iklim.

Sedangkan pada pegiatan seperti pertemuan, workshop, forum paparkan pada tabel berikut.

93 Hlm 94 Osborne, Milton. 2015. Will China’s dams control the Mekong’s flow?. The interpreter. (online,

http://www.lowyinterpreter.org/post/2015/02/16/Will-Chinas-dams-control-the-Mekongs- flow.aspx , 21 Juni 2016).

Tabel 4.2 Pertemuan rutin, forum, workshop- GMS No Tahun

Pertemuan rutin/ workshop/ forum

Pertemuan rutin kementerian dan pejabat negara

2013 - GMS Ministerial Conference -GMS Summit of Leaders -Meeting of the Regional Power Trade Coordination Commitee - Tourism Ministers Meeting, GMS Environment Ministers’ Meeting -GMS ICT/Telecommunications Ministerial Meeting (IMM) -GMS Economic Corridors Forum, Task Force for GMS Summit/Senior Officials’ Meeting

-GMS 20 th Anniversary -Subregional Transport Forum Meeting

-GMS Urban Development Task Force Meeting - GMS Senior Official’s Meeting (SOM) -National Transport Facilitation Committee Senior Officials Meeting - Task Force Meeting for GMS Environment Ministers’ Meeting -Consultation Meeting on the GMS Urban Development Strategic Framework

2 2012 - Workshop on Trade and Trade Facilitation in GMS - Workshop on Subregional Transport and Trade Facilitation Initiative

Sumber: diolah penulis dari berbagai sumber

Skala (4) terdapat sekitar 9 peristiwa, dimana skala ini berkaitan dengan pembuatan dokumen yang lebih resmi seperti dibuatnya kesepakatan, MOU dan perjanjian. Untuk lengkapnya lebih tabel berikut.

Tabel 4.3 Perjanjian, Kesepakatan, MOU- GMS No Tahun

Perjanjian/ kesepakatan/MOU

1 2002 Dibuatnya Inter-governmental Agreement on Regional Power Trade

2 2002 Dibuatnya Regional Power Trade Coordinating Committee (RPTCC)

3 2002& Disepakatinya perjanjian CBTA oleh China dan Myanmar 2003

sehingga menjadikan seluruh negara telah sepakat

4 2004 Dibuatnya Agreement on Trade in good of the framework agreement on comprehensive economic operation – negara ASEAN + China

5 2005 Dibuatnya Focal Group dibawah RPTCC Thailand menandatangani MOU Open Border dengan Kamboja & Laos

6 2006 Kamboja dan Vietnam juga menandatangani MOU Open Border

7 2006 Dibuatnya Planning Working Group dibawah RPTCC

8 2010 Penandatanganan proyek GMS Biodiversity Conservation Corridor (Kamboja, Laos, dan Vietnam)

9 2013 Penandatanganan MOU Intergovermental enam negara tepian untuk membangun Regional Power Coordination Centre (PRCC).

Sumber: diolah penulis dari berbagai sumber

Berdasarkan diagram skala BAR yang dipaparkan, penulis berpendapat bahwa walau tindakan saling menyalahkan, perbedaan persepsi dan perselisihan masih hadir dalam hubungan mereka, namun penulis berpendapat bahwa hal tersebut terus menyusut, dimana berdasarkan histogram yang penulis paparkan terlihat bahwa sungai internasional telah lebih menunjukan kerjasama diantara enam negaranya dibandingkan ketegangan atau konflik.

Faktor lainnya yang menyebabkan kerjasama sangat memungkinkan, adalah karena negara tepian Mekong memiliki arah arah sosial-politik yang mirip, dengan menerapakan model pertumbuhan ekonomi ‘trickle down’, pertumbuhan dan modernisasi ekonomi akan lebih didahulukan, karena dengan demikian upaya

penanggulan seperti kemiskinan dapat diatasi. 95

Selaras dengan itu, penelitian ini menyetujui bahwa sungai internasional tidak selalu diindetikkan dengan kondisi konflik dan berselisih, namun juga dapat menjadi pendorong adanya kerjasama, selaras dengan ungkapan Kofi Annan yang berpendapat bahwa :

“…the water problems of our world need not be only a cause of tension; they can also be a catalyst for cooperation…If we work together, a secure and sustainable water future can be ours” 96

95 Hirsch, Philip & Jensen Morck, Kurt. Op cit. Hlm 16. 96 Wolf. Op cid. Hlm 241.

Dimana masalah air tidak selalu membawa ketegangan atau konflik, namun juga dapat menjadi pendorong untuk kerjasama, hanya jika pihak-pihak yang terlibat mau bekerjasama, menjadikan air sebagai milik bersama mereka. Sub-bab berikut akan menjelaskan bagaimana hubungan kerjasama dibangun hingga saat ini.

4.4 Sejarah Pembangunan Mekong Melalui GMS

Selama 40 tahun terakhir Mekong menjadi wilayah yang aktif dan mengalami percepatan dalam pengembangan (pembangunan) untuk kebutuhan negara tepian Mekong. Berbeda dengan kondisi diawal perkembangannya, dimana pada saat itu wilayah perairan Mekong mengalami masa pembangunan yang terbelakang dengan sedikit sumber keuangan dan teknis, serta kepadatan penduduk yang melamban. Dimana saat itu tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk proses pembangunan seperti saat ini.

Kondisi mulai berubah, ketika Perancis mendominasi tiga negara Indochina, kebutuhan untuk mengeksploitasi sumber daya alam mengalami percepatan untuk memenuhi kebutuhan industrilisasi Eropa. 97 Dengan program pembangunan utama

perdagangan, dan monitoring , navigasi sungai dan jalur transportasi untuk melancarkan proses pembangunan.

Namun kondisi tidak banyak mengalami perubahan, ditambah kondisi politik yang tidak stabil di masing-masing negara, pembangunan di Mekong tetap melambat. Disusul masa transisi tahun 1947-an, banyak masyarakat yang bermigrasi dan menetap di sekitar sungai, hal ini telah membawa perubahan di Mekong. Kemudian disusul gelombang kemerdekaan di negara tepian Mekong

97 Le-Huu, T., Nguyen-Duc, L., & Anukularmphai, A. Op cit. Hlm 3-4.

pada tahun 1954, PBB hadir diwakili organisasi yang membantu negara Asia menangani masalah yang berhubungan dengan air, yaitu ECAFE ( the Economic Commission for Asia and the Far East ), yang berfokus pada kerjasama ekonomi, masalah air, dan pengembangan sumber daya air. 98

Kemudian, organisasi ini menyarankan dibuatnya kerjasama antarnegara tepian untuk mengembangkan sumber daya air di Mekong, akhirnya Mekong Commitee (MC) dibentuk pada tahun 1957 oleh pemerintah Kamboja, Laos, Thailand dan Vietnam. Dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengkoordinasikan pengembangan perairan Mekong yang terintegrasi melalui kerjasama regional, melalui proyek pembangunan hydropower , navigasi dan

irigasi. 99

Selama masa transisi, masuknya ECAFFE dan dibentuknya MC kondisi politik Mekong tetap diselingi dengan konflik dalam negara dan konflik antar negara, bahkan ketika MC dibubarkan konflik tetap terjadi, akhirnya kegiatan ekonomi kembali mengalami stagnan.

Perubahan baru terjadi di tahun 1980-an, bersamaan dengan berakhirnya era Perang Dingin telah membawa banyak perubahan di Mekong, arah kebijakan negara-negara mulai bergeser kearah ekonomi pasar dan kebijakan open-door , s eperti tahun 1986 Laos dengan ‘Chintanakan Mai’ ( new thinking ), Vietnam dengan

‘Doi Moi’ ( renovation), tahun 1988 Myanmar menuju ekonomi pasar, China

98 Ibid. Hlm 4. 99 Hirsch, Philip & Jensen Morck, Kurt. Op cit. Hlm 17-18.

dengan ‘ Socialist Market Economy ’, dan kemerdekaan Kamboja tahun 1991 membawa mereka pada pasar ekonomi tahun 1993. 100

Perubahan ini telah memberikan manfaat ekonomi dari hubungan ekonomi yang meningkat di Mekong, selain itu juga menjadi faktor pendorong peningkatan dan perluasan hubungan politik di Asia termasuk negara Mekong, seperti bergabungnya Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja pada ASEAN, dan kerjasama lainnya. Hal ini sekaligus menunjukan kembalinya negara-negara Mekong memprioritaskan pembangunan kembali perairan Mekong, dan menciptakan zona ekonomi lokal dan perkembangan liberalisasi perdagangan di Asia, yang tergambar dari kerjasama Greater Mekong Subregional (GMS).

GMS diusulkan Asian Development Bank (ADB) tahun 1991 untuk membuat kerjasama sub-regional Mekong, mengingat pada saat itu sedang ada kekosongan kerjasama antarnegara tepian di subregional Mekong dalam mengatur potensi perairan Mekong, serta melihat kondisi perekonomian negara Mekong yang terus membaik dengan potensi perluasan ketegangan atau konflik, dibutuhkan satu kerangka kerjasama antarnegara Mekong untuk mengatur dan mengeksplorasi sumber daya Mekong secara bersama.

Akhirnya pada tahun 1992, negara-negara Mekong yaitu Laos, Kamboja, Thailand, Vietnam, Myanmar dan China bertemu untuk pertama kalinya setelah berakhirnya masa Perang Dingin dalam Ministerial Conference di kantor Pusat ADB di Manila untuk membentuk kerangka kerjasama di bawah sungai Mekong

yang bernama ‘ Greater Mekong Subregional Economic Cooperation ’

100 Ibid. Hlm 9.

(selanjutnya disebut kerjasama GMS). 101 Melalui proyek-proyek kerjasama lintas negara menghubungkan perekonomian dan integrasi regional antarnegara Mekong.

Sejarah kerjasama GMS terbagi menjadi tiga tahap periode, pertama (1992-1996), kedua (1994-2001) dan ketiga (2001- hingga sekarang).

Tahap pertama (1992-1996) menjadi tahap pembentukan, dimana kerjasama dibuat beserta prinsip dasar dan penyusunan proyek kerjasama. Prinsip ’two plus’ dibuat pada pertemuan pertama negara GMS, pertama kerjasama GMS setidaknya harus melibatkan dua negara (proyek sub-regional) atau proyek nasional harus memberikan manfaat bagi seluruh wilayah (proyek nasional dimensi subregional), maksudnya setiap proyek Mekong tidak memerlukan kesepatan dari enam negara anggota, melainkan beberapa negara peserta proyek, dan prinsip kedua, projek

kerjasama difokuskan lebih banyak pada daerah perbatasan negara. 102 Di tahun 1995, kerjasama ini juga membentuk struktur kelembagaan resmi, dengan badan

koordinasi tertinggi terletak pada GMS Summit yang dihadiri masing-masing Perdana Menteri (lihat gambar 4.5).

Untuk melancarkan proyek kerjasama, kerjasama GMS juga melibatkan kunjungan negara dari tim studi, dialog dan identifikasi proyek kerjasama. Selanjutnya pada Agustus 1993 dalam Ministerial Conference kedua, para menteri mengkategorikan tujuh sektor prioritas pembangunan Mekong, (1) transportation, (2) energy, (3) human resources, (4) environment, (5) trade & investment, (6)

101 Rosaria, C.T. 2010. Lesson in regional Economic Cooperation: the case of the GMS. Lee Kuan Yew School of Public Policy. (online, http://www.carecprogram.org/uploads/events/2010/2nd-

ELDP/Greater-Mekong-Subregion-Case.pdf , 02 Juni 2016). 102 Ishida, M. 2008. GMS Economic Cooperation and Its Impact on CLMV Development, in

Sotharith, C. (ed.), Development Strategy for CLMV in the Age of Economic Integration. ERIA Research Project Report 2007. IDE-JETRO. Hlm 119.

telecommunications, (7) infrastructure. 103 Selanjutnya pada pertemuan berikutnya mereka menambah dua sektor, (8) tourism (1994) dan (9) agriculture ( 2001).

Tahap kedua (1994-2001), tahap pra-pelaksanaan proyek-proyek kerjasama, dimana setiap proyek kerjasama diawali dengan studi kelayakan dan menjalani rancangan tehnik terkait penilaian sosial dan lingkungan dari proyek. Untuk pendanaan dari proyek kerjasama, beberapa berasal dari anggaran negara dan didanai AB, serta donor lainnya. Selain itu, pada tahun 1995, mereka juga membentuk dua level mekanisme institusional; (1) Level kebijakan: Ministerial Conference diadakan untuk memberikan bimbingan dan segala dukungan pada kerjasama; (2) Level operasional: Sector-specific Forum and Working Group dibuat untuk berdiskusi dan merekomendasi upaya-upaya yang berhubungan

dengan aspek 104 hardware dan software dari pengimplementasian kerjasama.

Tahap ketiga (2001- hingga sekarang), setelah membuat blueprint program potensial di Mekong, negara anggota GMS memulai tahap implementasi dengan membentuk sectoral working group dan mengkategorikan 11 program unggulan GMS Summit (tahun 2002 dalam 105 ).

Tabel 4.4 Sectoral Working Groups dan 11 Flagship Program, GMS

11 Flagship Program (1) GMS Subregional Transportation (1) NSEC

Sectoral Working Groups

Forum (STF)

(2) EWEC

(2) Subregional Telecommunication (3) SEC Forum (STCF)

(4) Telecommunications Backbone (3) Electric Power Forum (EPF)

(5) Regional Power Interconnection and Trading Arrangements

103 Duval, Yann. 2008. Economic cooperation and regional integration in the Greater Mekong Subregional (GMS). Working paper, UN ESCAP .

(online, https://www.researchgate.net/publication/238598336 , 12 Mei 2016). 104 Ibid.

105 Ishida, M. Op cit. Hlm 121.

(4) GMS Working Group on Human (6) Facilitating Cross-Border Trade and Resource Development (WGHRD)

Investment

(5) Subregional Working Group on

Private Sector Environment (WGE)

Enhancing

Participation and Competitiveness (6) GMS Business Forum (GMS-BF) (8) Developing Human Resources and (7) Subregional Investment Working Skills Competencies Group (SIWG)

(9) Strategic Environment Framework (8) GMS Tourism Working Group

(10) Flood Control and Water Resources (TWG)

Management

(9) Working Group on Agriculture (11) GMS Tourism Development. (AGA)

Sumber: Ishida, M. Op cit.

Selain itu, negara Mekong juga membentuk economic corridor yang terbagi menjadi EWEC, NSEC dan SEC, untuk memfokuskan daerah pembangunan ekonominya (gambar 4.4). 106

Gambar 4.4 Daerah Koridor Pengembangan Mekong GMS

Sumber : Susan Stone. 2010. Infrastructure, facilitating trade and reducing poverty in the GMS [PPT workshop on Aid for Trade Implementation].

106 ADB, Multisector Development in the GMS (online, https://www.adb.org/countries/gms/sector-activities/multisector,

21 Agustus 2016).

4.3.1 Gambaran Umum Kerjasama GMS

Greater Mekong Subregional Economic Cooperation yang menjadi jembatan antara China, Asia Tenggara dan Asia Selatan, telah membuka kembali kesempatan dan semangat baru bagi negara Mekong untuk membangun kembali perairan dan menjadi satu-satunya forum regional Mekong yang melibatkan seluruh negara tepian Mekong pada saat itu.

Kerjasama GMS yang beranggotakan Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar dan China (yang diwakili Yunnan dan Provinsi Guangxi Zhuang) memiliki tujuan, pertama dan yang utama untuk menstabilkan wilayah Mekong melalui jalan dialog antarnegara Mekong melalui proyek lintas negara, tujuan kedua untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup negara Mekong,

dan tujuan ketiga untuk integrasi regional di perairan Mekong. 107

Keberadaan ADB sebagai insiator memiliki peran ganda, yaitu sebagai sekretariat de facto, fasilitator dan koordinator antar-anggota GMS, yang menyediakan teknis, konsultasi, administrasi, keuangan, dan dukungan logistik

pada mekanisme kelembagaan GMS. 108 ADB juga menjadi penyalur dana utama pada negara anggoota GMS dibantu mitra pembangunan lain seperti IMF, World

Bank, dan donor bilateral, seperti Jepang, Perancis, Australia, Korea. Swiss, dan AS, dan lain-lain.

107 Duval, Y. Op cit. 108 Asian Development Bank. 2012. Overview: GMS. (online,

http://beta.adb.org/sites/default/files/gms-overview.pdf , 12 juni 2016).

Kerjasama GMS dikelola melalui mekanisme kelembagaan yang melibatkan level politik dan operasional dari enam negara anggota. Dimana susunan kelembagaannya sebagai berikut.

Gambar 4.5 Susunan Kelembagaan GMS

GMS Summit

ADB

GMS Ministerial

Government National

Meeting

Coodinating Committee, National Coordinator

GMS Senior Officials’ Meeting

(SOM)

Sectoral Working Groups and Forums

Sumber: Asian Development Bank. 2008. Overview: GMS.

Keterangan:

- Sectoral working group and forums , mengkoordinasi kerangka kerjasama dan aktivitas mereka masing-masing

- SOM, diselenggarakan sekali atau dua kali dalam setahun, yang terdiri dari pejabat senior di masing-masing sektor kerjasama dari masing-masing negara anggota GMS

- GMS Ministerial Meeting , diselenggarakan hampir setiap tahun - GMS Summit , diselenggarakan setiap tiga tahunan, yang dihadiri Perdana

Menteri masing-masing negara anggota GMS

BAB V SISTEM PEMBAGIAN KEUNTUNGAN BERSAMA DARI GMS DALAM PENGEMBANGAN SUNGAI MEKONG

Bab ini membahas kerjasama yang terbangun antara negara tepian yaitu GMS dalam pengembangan sungai Mekong dengan dikaji berdasarkan variabel dan indikator turunan dari konsep sistem benefit sharing , pertama memetakan manfaat dari kerjasama, kemudian mengkategorikan cost dari kerjasama untuk sistem pembagian keuntungan bersama . Berikut ini penulis cantumkan kembali sistem pembagian keuntungan dari Sadoff dan Grey:

Tabel 5.1 Definisi dan Contoh Sistem Pembagian Keuntungan Benefit Sharing

Definisi

Contoh

Pengelolaan sungai Benefits to

Tipe 1 -

Meningkatkan manfaat

(banjir dan kekeringan), the river

pada sungai dengan

menjaga keberlanjutan

perlindungan

keanekaragaman hayati dan ekosistem lain Tipe 2 -

ekosistem sungai

Meningkatkan manfaat Pembangunan bendungan Benefits

PLTA, irigasi pertanian, from the

ekonomi yang

berhubungan dengan

perikanan, dan pariwisata

river

pemanfaatan sumber

daya air

Tipe 3-

Penghematan karena

Kerjasama politik

Benefit of

Benefits

sungai dari

ekonomi antarnegara

Cooperation

because of

tepian the river

berkurangnya

ketegangan atau konflik dan tindakan sepihak.

Kerjasama ekonomi, Benefits

Tipe 4-

Menuju infrastruktur,

politik, dan keamanan beyond the

pasar, perdagangan

regional (memberikan regional (sektor diluar isu

river

manfaat melebihi

air), serta pasar dan

sungai)

perdagangan regional

Perdagangan air bersih Cooperation payment for

Cost of

Direct

Tindakan jual-beli

akses air

water use

Bantuan dana, hak atas payment for

Direct

Pemberian atau

air, investasi, penyediaan benefits

pembayaran

kompensasi pada pihak barang-jasa tidak terkait

yang merasa tidak mendapatkan haknya

Purchase Tindakan kesepakatan Pembangunan bendungan agreements

jual beli listrik hidro

PLTA dan jaringan listrik

Cost of

lintas negara

Cooperation

Financing

Hubungan kerjasama

Investasi pada

pembangunan PLTA dan ownership

and

antara negara tepian

proyek lainnya arrangemen

dalam hal investasi atau

program

ts

pengembangan lainnya

Broadened

Infrastruktur, bundle of

Hubungan kerjasama

transportasi, benefits

diluar pemanfaatan

sumber daya air,

perdagangan, imigasi,

sehingga manfaat lebih

komunikasi dan

luas dapat diterima

perlindungan lingkungan

bersama

5.1 Benefits To The River

Tipe pertama menjelaskan manfaat kerjasama pada sungai, yaitu melalui pembentukan sektor lingkungan Core Environmental Program (CEP), sehingga dapat menyeimbangkan tujuan peningkatan perekonomian sekaligus menjaga kestabilitas lingkungan sungai. Selain itu untuk melindungi dan memelihara keanekaragaman hayati dan sumber daya alam membentuk area konservasi dan dilindungi.

CEP terbagi menjadi beberapa tahapan, tahapan I yaitu tahapan pra-CEP sebagai tahapan percontohan (2006-2012), komponennya: Strategic Environmental Assessment of economic sectors and corridors (SEA); Biodiversity Conservation Corridors Initiative (BCI); Environmental Performance Assessments (EPA); GMS capacity development and institutionalization for environmental management ; Program delivery and sustainable financing. Dan tahapan II menuju scale-up dari tahapan I (2012-2016), komponennya adalah: Monitoring, planning and CEP terbagi menjadi beberapa tahapan, tahapan I yaitu tahapan pra-CEP sebagai tahapan percontohan (2006-2012), komponennya: Strategic Environmental Assessment of economic sectors and corridors (SEA); Biodiversity Conservation Corridors Initiative (BCI); Environmental Performance Assessments (EPA); GMS capacity development and institutionalization for environmental management ; Program delivery and sustainable financing. Dan tahapan II menuju scale-up dari tahapan I (2012-2016), komponennya adalah: Monitoring, planning and

Tahapan I, komponen pertama SEA, adalah penilaian dan pemahaman terkait berbagai potensi risiko dari proyek pengembangan wilayah air bagi masyarakat dan lingkungan baik disekitar proyek maupun diluarnya. 109 SEA yang

dikeluarkan dalam proyek percontohan sektor energi di Vietnam dan Laos, pariwisata yaitu Regional Tourism SEA for the Golden Quadrangle , antara China, Laos, Thailand), dan sektor lainnya seperti Quang Nam Porvincial Land Use Planning , NSEC antara China, Laos, Mynamar dan Thailand. Dimana pengembangan SEA dari CEP telah memberikan manfaat perupa penumbuhan kesadaran dan pemahaman negara-negara anggota GMS tentang SEA sebagai alat pendukung pengambilan keputusan. Dimana enam SEA telah selesai dibuat dalam mendukung sektor energi, pariwisata dan land-use tingkat provinsi.

Komponen kedua, merujuk pada daerah-daerah yang dilindungi untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan ekosistem penting, daerah-daerah yang penting dan menjadi daerah percontohan BCI, seperti Cardamom and Elephant Mountains di Kamboja dan Thailand, Mekong Headwaters di China dan Laos, Sino-Viet Nam Karst Landscape , Cao Vit Gibbon habitat antara China dan Vietnam, Triborder Forest (Emerald Triangle) antara Laos, Kamboja dan Thailand.

BCI telah menghasilkan tujah lokasi proyek percontohan untuk dikembangkan dibawahnya, yang meliputi lebih dari 1,2 juta hektar dan meiputi 28.000 rumah tangga penerima bantuan. Dimana manfaat yang didapatkan dari

109 ADB. 2015. SEA in the GMS. (online, http://www.adb.org/publications/strategic- environmental-assessment-gms , 1 Juni 2016).

proyek percontohan ini seperti meningkatkan sumber daya alam lokal dan aset keanekaragaman hayati serta sumber daya sosial, keuangan dan manusia, selain itu juga telah mendukung pembentukan lebih dari 181 institusi lokal seperti dana pembangunan desa. 110 Dari proyek percontohan ini kemudian dilanjutkan dan

dikembangkan pada daerah lain di CEP tahapan II, komponen Biodiversity Conservation Corridor (BCC).

Komponen ketiga yaitu EPA, menjadi alat pemantau, penilaian dan informasi untuk memobilisasi perlindungan lingkungan, ditingkat nasional dan regional dengan fokus masalah lingkungan prioritas. Selanjutnya tahap berikutnya dengan meningkatkan kesadaran pengelolaan lingungan yang berkelanjutan. Kemudian tahap terakhir diharapkan dapat meningkatkan dan mengindentifikasi strategi dan mekanisme keuangan yang berkelanjutan dan pengembangan program kerjasama pada tahapan II.

Tahapan II bertugas melanjutkan pekerjaan tahapan I, diawali dengan proses perencanaan (SEA), selanjutnya safeguard (EIA) dan monitoring melalui EPA, dari masing-masing negara maupun berbasis web. Seperti melakukan pengamatan dan pemantauan di Myanmar dan Vietnam, di Vietnam, khususnya disekitar Aliran sungai Merah Vietnam, termasuk penerapan kerangka SEA, dan latihan modeling Vietnam national water demand, dan di Myanamr membantu melestarikan kerangka UU Konservasi Lingkungan negara dan Hukum Foreign

110 CEP-GMS. (online, http://www.gms-eoc.org/progress-achievements, 21 Agustus 2016).

Investment , prosedur rancangan EIA, dan upaya perlindungan lingkungan lainnya. 111

Komponen kedua, pada biodiversity landscapes and livelihoods, contoh pada proyek Biodiversity Conservation Corridor (BCC) di Kamboja dan Vietnam, misinya untuk pemantauan kinerja, perencanaan land-use dan zoning, manajemen risiko perubahan iklim untuk pengembangan mata pencaharian. 112 Komponen

kedua ini juga melanjutkan proyek percontohan Sino-Viet Nam Karst landscape and Mekong Headwaters dan projek baru Thailand’s Eastern Forest, serta eco- tourism , agroforestry , transboundary limestone forest disepanjang Vietnam, Kamboja dan perbatasan Laos.

Komponen ketiga Climate Change , melalui proyek seperti Carbon Neutral Transport Corridors (CNTC) dan proyek percontohan Green Freight di EWEC. CEP juga membantu memobilisasi institusi dan ahli dalam mengembangkan pemodelan perubahan iklim berbasis web dan database monitoring. Kerjasama ini juga mengeluarkan laporan sintesis metodologi penilaian dan adaptasi kerentanan penilaian perubahan iklim. Dan komponen keempat, merujuk pada peningkatkan kapasitas kelembagaan dan pendanaan. Seperti dilakukannya pertemuan rutin Kementerian Lingkungan dari negara anggota GMS dan WGE, dan untuk masalah pendanaan, setiap proyek banyak mendapatkan dana hibah atau investasi dari mitra pembangunan dan negara lain.

111 GMS-EOC, Strategic Planning, safeguards, environmental monitoring. (online, http://www.gms-eoc.org/ , 29 Juli 2016).

112 GMS-EOC, biodiversity landscapes and livelihoods. (online, http://www.gms-eoc.org/ , 29 Juli 2016).

Selain itu, dibawah CEP juga mencakup serangkaian serangkaian kegiatan pelatihan, workshop, study tour , pertemuan dan peningkatkan kesadaran tentang lingkungan pada masyarakat, untuk melindungi dan menjaga lingkungan Mekong. Seperti kegitan pelatihan perwakilan perusahaan angkutan dari Laos, Thailand dan Vietnam pada proyek Green Trucks dalam komponen climate change , Phnom Penh Plan (PPP) training untuk sektor transportasi dan energi, workshop Golden

Quandrangle Regional 113 , dan kegiatan lain-lain.

Untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan lingkungan, tersebar pada beberapa negara atas bantuan mitra pembangunan GMS, lengkapnya pada gambar peta berikut.

Gambar 5.1 Proyek Lingkungan – GMS

Sumber: GMS- EOC, Environment Project.

113 GMS-EOC. 2012. The CEP-BCI Annual Progress Report.(online, http://www.gms- eoc.org/resources/cep-progress-reports , 21 Juni 2016).

Untuk manfaat yang dicapai dari proyek-proyek sektor lingkungan ini seperti konservasi tanah, yaitu pada proyek land-use project dengan proyek peragaan perubahan land-use yang dirancang untuk membantu perencanaan tata penggunaan lahan yang baik, mengevaluasi potensi manfaat dan dampak serta pilihan yang baik untuk menjalankan proyek land use di masing-masing negara. Serta mempromosikan perangkat peragaan land use CLUMondo untuk

memprediksikan perubahan penggunaan tanah dimasa depan. 114

Sedangkan pada perlindungan dan konservasi keanekaragaman telihat dari proyek Biodiversity conservation corridor project (BCC) dan proyek lainnya, dimana BCC berfokus pada kerjasama lintas negara untuk mencegah dan mengurangi fregmentasi keanekaragaman hayati sehingga dapat menyeimbangkan sektor ekonomi dan lingungan. Seperti proyek penanaman pohon untuk memulihan hutan yang rusak, meningkatkan kapasitas lembaga lokal dan nasional dalam pengelola hutan, mendukung keamanan penguasaan lahan bagi warga miskin dan pembiayaan infrastruktur skala kecil untuk air, sanitasi dan akses jalan ke pasar di

Kamboja, Laos dan Vietnam tahun 2011. 115

Selain itu, GMS juga aktif mengembangkan proyek dan teknologi ramah lingkungan, dan menghubungkannya dengan masalah perubahan iklim, seperti pada pengembangan transportasi angkutan barang (green freight) dan eco-tourism di

114 GMS-EOC. 2016. SEA support for Land Use Planning in Vietnam (2015-2016). (online, http://www.gms-eoc.org/resources/sea-support-for-vietnam-land-use-planning , 21 Juli 2016).

GMS-EOC. 2012. Biodiversity Conservation Corridors Project (2011 onwards). (online, http://www.gms-eoc.org/resources/biodiversity-conservation-corridors-project-2012-onwards-, 21 Juli 2016).

Mekong yang lebih ramah lingkungan. Dan mengembangkan teknologi pemantauan polusi industry ( Industrial Pollution Projection System -IPPS), data perubahan lingkungan di Mekong, dan pemantauan kondisi meteorologikal.

Namun disisi lain terdapat peluang yang belum dicapai yaitu terkait peningkatan kualitas air sungai dari kerjasama menejemen sungai terpadu (banjir dan kekeringan) dan perikanan belum tercapai karena tidak adanya kerjasama yang mengatur bidang tersebut.

5.2 Benefits F rom The River Tipe kedua merujuk pada manfaat yang dihasilkan dari pemanfaatan air di sistem sungai, yaitu melalui pembangunan bendungan PLTA, irigasi pertanian dan pariwisata. Dimana manfaat yang dihasilkan pada pembangunan bendungan PLTA, meningkatnya produksi energi, meningkatnya pendapatan nasional dari ekspor, meningkatkan akses listrik ke pedesaan dan membantu sektor lain.

Untuk proyek pembangunan bendungan PLTA dan jaringan transmisi lintas negara terus mengalami peningkatan di sungai Mekong. Diantaranya Xe Kaman I (290 MW) dan Xekaman Xanxay (32 MW) antara Laos-Vietnam, Nam Ngum 2 (440 MW) dan 3 (250 MW) antara Laos-Thailand, Xe Kaman 3 (250 MW) antara Laos-Vietnam, Jinghong (1.750 MW) antara China, Thailand dan Vietnam, Nam Ngiep I (261 MW) antara Laos-Thailand, Theun Hinboun (280 MW) antara Laos- Thailand, Xe Pian- Xenamnoy (390 MW) antara Laos-Thailand, dan proyek PLTA

lainnya. 116

116 ADB. 2013. Assessment of the GMS energy sector development. (online, https://www.adb.org/sites/default/files/institutional-document/33872/files/assessment-gms-

subregion-energy-sector-development.pdf , 1 Oktober 2016). Hlm 64-66.

Dan proyek jaringan transmisi lintas negara, diantaranya GMS Nabong- Udon Thani (Laos-Thailand), GMS Ban Sok-Pleiku (Laos-Vietnam), Vietnam- Yunnan, Shweli I-Yunnan Interconnection (China-Myanmar), PRC-Thailand-Laos transmission (China, Laos dan Thailand), Nam Mo-Ban Mai project (Laos-

Vietnam), dan proyek lainnya. 117 Dari proyek-proyek ini memberikan pengaruh pada peningkatkan total keseluruhan produksi energi di sungai Mekong.

Tabel 5.2 Total Produksi Energi Negara Tepian Mekong (ktoe) Produksi

Sumber: GMS information portal – primary energy production (online, http://portal.gms- eoc.org/charts/overview/primary-energy-production?gid=19)

Berdasarkan tabel 5.2 total produksi energi Mekong secara keseluruhan pada tahun 2013 187.853, dengan produksi terbesar dari Thiland, diikuti Yunnan (China), dan Vietnam, sedangkan Kamboja merupakan negara produksi energi terendah. Jika dibandingkan dengan konsumsinya, perbandingan terbesar terjadi di Thailand, sedangkan negara lainnya mengalami perbandingan yang rendah seperti di Yunnan, Guanxi, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam yaitu sekitar 10.000- 20.000 ktoe.

117 Ibid. hlm 61-62.

Tabel 5.3 Perdagangan Energi negara tepian Mekong (2010) Negara

Impor Ekspor Total perdagangan

Kamboja 1.546

Negara Impor Ekspor Total perdagangan

Sumber: ADB. 2012. GMS Power trade and interconnection.

Berdasarkan tabel 5.3 terlihat bahwa Laos menjadi eksportir terbesar di Mekong, berbeda dengan Kamboja yang mengimpor energi dari negara tetangga karena tidak memproduksi energi, namun impor tertinggi dilakukan oleh Myanmar, Thailand dan disusul Vietnam.

Untuk industri pariwisata Mekong merupakan salah satu yang terbesar didunia, dimana pada tahun 2007 telah menyumbang US$3,6 triliun di tingkat global. 118 Dan terus dikembangkan dengan misi menjadikan Mekong

sebagai destinasi tunggal dalam rangkaian tur multi-negara di sepanjang koridor pariwisata sungai Mekong. 119 Pengembangannya dapat terlihat dari lokasi-lokasi

pariwisata utama negara tepian Mekong pada gambar berikut, kemudian manfaatnya dapat terlihat juga dari meningkatnya jumlah wisatawan asing yang berkunjung di sungai Mekong.

118 Chaudhury, Moushumi. 2009. Assessing the protection of forest-based environmental services in the GMS. Working paper series, No. APFSOS II/WP/2009/14. (online,

http://www.fao.org/fileadmin/templates/rap/files/APFSOS/2009- 14Environmental_Services_Mekong.pdf , 21 Juli 2016).

119 ADB. 2008. Tourism sector in the GMS. (online, https://www.oecd.org/countries/mongolia/42221951.pdf , 30 Juli 2016).

Dimana grafik 5.1 menunjukan diagram peningkatkan wisatawan yang berkunjung di Mekong yang telah menciptakan pasar potensial bagi industri pariwisata Mekong. Dengan tujuan menjadi destinasi wisata tungal yang ramah lingkungan, sektor pariwisata dimasukan dalam 11 program unggulan kerjasama GMS.

Gambar 5.2 Lokasi Pariwisata Utama – GMS

Sumber: GMS-EOC, Major Tourism Sites.

Grafik 5.1 International Tourism Arrivals, GMS (people)

Thailand

Kamboja ra o Laos

( http://portal.gms- eoc.org/charts/overview/international-tourist-arrivals# , 21 Juli 2016)

CEP

International

tourism

arrivals.

Dari grafik ini terlihat bahwa secara garis besar jumlah wisatawan asing yang tiba di negara tepian mengalami peningkatan hingga 49.849.239 orang pada 2013, dimana Thailand adalah negara yang paling banyak dikunjungi, sedangkan negara lainnya perlahan mulai meningkat.

Untuk sektor pertanian, melalui irigasi pertanian, karena lebih dari 75% masyarakat Mekong mengandalkan pertanian untuk mata pencaharian dan penghidupan mereka serta pendapatan nasional dari ekspor beras, seperti Thailand dan Vietnam, dimana tahun 2010 Thailand mengekspor 9,1 juta ton dan Vietnam 6,9 juta ton beras. Sehingga produksi padi sangat penting untuk ekonomi di negara

tepian Mekong. 120

Dan peningkatan akses air bersih dan listrik di negara Mekong. Dimana berdasarkan tabel 5.4 negara Mekong mengalami pertumbuhan akses air bersih yang bertahap tidak signifikan, namun berbeda untuk akses listrik dimana mengalami kondisi stagnan pada tahun 2013 hingga 2015.

Tabel 5.4 Akses Air Minum Bersih dan Listrik Negara anggoa GMS Akses air minum bersih (% dari

Akses Listrik (% dari Negara

Sumber: EIA, World Energy Outlook 2011,2013,2015; MDGs-UN, Improved drinking water sources ( http://mdgs.un.org/unsd/mdg/SeriesDetail.aspx?srid=665&crid =)

120 Ibid.

Grafik 5.2 Indikator Ekonomi, GMS

Total Populasi (juta) GDP at PPP (US$)

2009 2013 Sumber: ADB. 2016. GMS Statistics on Growth, infrastructure and trade (2 nd edition).

Manfaat ekonomi secara keseluruhan dilihat dari indikator ekonomi (grafik 5.2). Berdasarkan jumlah populasi secara keseluruhan pada tahun 2013 mencapai 326 juta orang, dengan populasi terbesar di Vietnam diikuti Thailand dan Myanmar. Sedangkan GDP tahun 2013 terbesar ditempati Thailand, sedangkan negara tepian lainnya berada dibawah 10.000. Pertumbuhan GDP-nya dari tahun 2002 8,8% meningkat menjadi 7,6% di tahun 2013 secara keseluruhan.

Walaupun mengalami peningkatkan manfaat ekonomi secara langsung yang didapat dari sungai, namun tindakan pengembangan juga memberikan pengaruh pada negara (masyarakat lain), maka dilakukannya semacam proses redistribusi atau kompensasi atas kerugian yang ditimbulkan dari proses pembangunan.

Seperti dalam proyek sektor infrastruktur pertanian di Laos tahun 2013, dimana program mitigasi dalam proyek ini dilakukan melalui pemberikan kompensasi dan akusisi lahan bagi masyarakat yang terkena dampak langsung pada proyek, dimana pada sub-proyek Phanamxay menunjukan dampak ressettlement Seperti dalam proyek sektor infrastruktur pertanian di Laos tahun 2013, dimana program mitigasi dalam proyek ini dilakukan melalui pemberikan kompensasi dan akusisi lahan bagi masyarakat yang terkena dampak langsung pada proyek, dimana pada sub-proyek Phanamxay menunjukan dampak ressettlement

5.3 Benefits Because Of The River

Tipe ketiga merujuk tindakan manfaat penghematan biaya dari ketegangan atau konflik Karena kerjasama. Secara khusus memang kerjasama GMS terbentuk karena adanya peningkatkan hubungan politik yang membaik diantara mereka, namun untuk tipe III kurang menggambarkan dalam kerjasama GMS di Mekong, karena GMS belum membangun sistem pengelolaan bersama untuk sungai, banjir dan kekeringan dan menyusun perjanjian internasional untuk mengurangi ketegangan, karena memang ketegangan yang terjadi antara negara tepian masih berada di tahap rendah.

Walaupun demikian, negara-negara tepian terus mengalami kemajuan dengan melakukan penelitian ilmiah dan studi tentang pengelolaan sumber daya air, banjir dan masalah kekeringan. Seperti China yang telah membuat perjanjian pada tahun 2002 dan 2008 dengan negara tepian hilir (anggota MRC) untuk berbagi informasi hidrologi dan data arus air musim kemarau dan banjir di wilayah China. Dan di tahun 2010 China juga berbagi informasi data hidrologi musim kemarau dari

121 Balloffet, Armando. 2016. Land acquisition and compensation report: Lao People’s Democratic Republic: GMS East-West Economic Corridor agriculture infrastructure sector project. (online,

http://www.adb.org/projects/documents/lao-gms-ewec-agriculture-infrastructure-sector-project- phanomxay-mar-2016-rp , 30 Januari 2016).

dua bendungan utamanya Manwan dan Jinghong selama krisis yang terjadi di hilir dan China juga mengundang perwakilan negara tepian lain untuk melakukan tur pemeriksaan di bendungan Jinghong.

Untuk manajemen air lintas negara juga telah ada perjanjiannya yang dibentuk negara-negara tepian hilir, yang kemudian membentuk Mekong River Commission (MRC), yang menjadi contoh tipe III bahkan kerjasama ini memasukan sektor keamanan, ekonomi, masalah kemiskinan dan masalah lain. Namun manfaat ekonomi yang ditawarkan GMS telah banyak membantu meminimalisir ketegangan politik antar-negara tepian dan berkontribusi pada peningkatan hubungan diplomatik melalui proyek-proyek yang bersifat lintas negara.

5.4 Benefits Beyond The River

Tipe keempat merujuk pada peningkatan manfaat yang luas diluar sungai, maksudnya meningkatkan manfaat diluar sungai, yang berasal dari integrasi pasar regional). Untuk tipe VI sangat cocok dicontohkan pada keberadaan kerjasama GMS, karena GMS menunjukan peningkatkan pembagian keuntungan diluar isu air sungai. Dilihat dari tujuan kerjasama ini yaitu pertumbuhan dan integrasi regional, melalui berbagai program dan proyek kerjasama lintas negara dapat membawa negara-negara tepian pada integrasi regional di Mekong.

Program-program kerjasamanya seperti yang dijelaskan dalam 9 sektor prioritas dan 10 program unggulan (isu non-water dan hubungan dengan negara diluar Mekong). Peningkatan dan perluasan hubungan ekonomi negara-negara tepian telah mengisyaratkan penciptaan pasar regional di wilayah Mekong. Proyek- Program-program kerjasamanya seperti yang dijelaskan dalam 9 sektor prioritas dan 10 program unggulan (isu non-water dan hubungan dengan negara diluar Mekong). Peningkatan dan perluasan hubungan ekonomi negara-negara tepian telah mengisyaratkan penciptaan pasar regional di wilayah Mekong. Proyek-

Manfaat yang dihasilkan seperti manfaat peningkatan produksi energi dan pangan dan pariwisata seperti meningkatnya wisatawan asing dan GDP negara, yang dijelaskan pada tipe II. Kemudian adanya peningkatan jaringan jalan raya seperti pada grafik berikut yang menunjukan peningkatan pengembangan konektivitas jalan raya dalam economic corridor dan jaringan jalan raya di Mekong.

Grafik 5.3 Jaringan Jalan Raya Subregional Mekong (km)

Thailand 200.000 180.000 Kamboja

160.000 Laos

km 140.000 Vietnam

Myanmar 100.000 Guanxi PRC

Yunnan PRC

Sumber: GMS-EOC, length of road network.

Berdasarkan grafik 5.3 terlihat adanya peningkatan pembangunan jalan raya di negara tepian Mekong, dimana secara keseluruhan pada tahun 2013 sepanjang 923.744 km, dengan peningkatan pada Thailand dan Yunan (China), sedangkan negara lainnya mengalami pembangunan yang rendah. Dari sini terlihat perlu adanya peningkatkan pada sektor transportasi terkait jaringan jalan raya.

Selain itu, terdapat pertumbuhan perdagangan dan masuknya investasi, seperti yang terlihat pada tabel 5.5 menunjukan tabel perdagangan di antara negara Mekong, dimana menunjukan peningkatkan perdagangan antar-negara anggota Selain itu, terdapat pertumbuhan perdagangan dan masuknya investasi, seperti yang terlihat pada tabel 5.5 menunjukan tabel perdagangan di antara negara Mekong, dimana menunjukan peningkatkan perdagangan antar-negara anggota

Tabel 5.5 Perdagangan antar-negara GMS Perdagangan antar-negara GMS

Item

2011 2013 Trade share (%)

Intra-GMS trade

Sumber: ADB. 2016. GMS Statistics on Growth, infrastructure and trade (2 nd edition).

Tabel 5.6 FDI Inflow antar-negara GMS

FDI inflow ($ juta)

Sumber: ADB. 2016. GMS Statistics on Growth, infrastructure and trade (2 nd edition);

Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa masuknya investasi luar negeri di negara Mekong tidak stabil seperti di Kamboja yang mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2012, sama halnya dengan Thailand, sedangkan Laos dan Myanmar mengalami kemunduran, sedangkan Vietnam mengalami peningkatkan dari tahun ke tahun. Dengan peningkatan FDI terutama di daerah perbatasan, kenaikan pekerjaan diharapkan seimbang dengan perkembangan ketrampilan terutama bagi masyarakat miskin. Walaupun FDI inflow mengalami peningkatan, namun kemudahan melakukan bisnis masih berada dalam tahap perkembangan.

Selanjutnya pada sektor telekomunikasi mengalami pertumbuhan yang baik, dengan kesadaran telekomunikasi dan internet dapat mempermudah jalur dan akses pada informasi dan menurunkan biaya transaksi bisnis. Proyeknya telah Selanjutnya pada sektor telekomunikasi mengalami pertumbuhan yang baik, dengan kesadaran telekomunikasi dan internet dapat mempermudah jalur dan akses pada informasi dan menurunkan biaya transaksi bisnis. Proyeknya telah

Pertumbuhan yang baik terlihat dari meningkatnya ICT (information and communication technology) , diantaranya perbaikan jaringan telepon, peningkatan penggunaan internet dan telepon seluler pada masing-masing negara anggota GMS.

Tabel 5.7 Fixed telephone lines, Internet and Mobile celluler Users

China

Tah Kamb Myan Thaila Vietn ICT un

Yunn Laos

Sumber: ADB. 2016. GMS Statistics on Growth, infrastructure and trade (2 nd edition).

Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, berdasarkan tabel 5.7 terlihat bahwa perbaikan jaringan telepon sebagian besar di negara Mekong mengalami penurunan namun tidak untuk Laos yang mengalami peningkatan, sedangkan di Myanmar mengalami kondisi stagnan. Dan untuk pengguna internet dan telepon seluler mengalami peningkatan di seluruh anggota GMS. Hal ini sekaligus menunjukan sadar teknologi bagi negara tepian Mekong.

Keberhasilan integrasi negara-negara tepian pada perekonomian regional dan global, telah menyiratkan adanya perbaikan indikator ekonomi dan sosial yang terus diupayakan, seperti seperti memudarnya batas politik dan mendorong konektifitas diantara negara anggota, melalui proyek jalan raya, perbaikan mode transportasi, bandar udara dan pelabuhan, akses listrik, jaringan telekomunikasi, dan masyarakat, ditambah adanya kebijakan khusus untuk masyarakat (bukan untuk bisnis di wilayah perbatasan) yang bebas melewati perbatasan tanpa paspor dan tanpa biaya. 122

Hal ini akan memberikan dampak langsung bagi perekonomian masyarakat di Mekong. Selain itu, sektor pariwisata juga ikut meningkat, dimana terjadi peningkatkan jumlah wisatawan (lihat grafik 5.1), ditambah rencana single visa

yang akan direrapkan di negara-negara ASEAN juga menjadi faktor pendorong. 123

Berbagai upaya dalam kerjasama GMS dan kegiatan antar-negaranya telah memberikan dampak positif pada pengembangan perdamaian dan stabilitas subregional Mekong, Dimana GMS telah kontribusi untuk lingkungan yang lebih kooperatif di daratan Asia Tenggara dan terutama potensinya untuk terus meningkatkan hubungan politik dan ekonomi negara tepian.

Biaya dari Kerjasama sungai internasional :

5.5 Direct Payment for Water Use

Variabel ini menjelaskan tentang tindakan negara tepian dalam melakukan jual-beli akses air. Dalam kerjasama GMS tidak terdapat mekanisme jual-beli akses

122 Ishida, Masami. 2013. Op cit. Hlm 11 123 Ibid.

air atau pembagian alokasi air, karena konsep dasar pembentukan kerjasama GMS lebih berfokus pada kerjasama dan integrasi ekonomi regional daripada alokasi sumber daya air. Walaupun demikian, sumber daya air di sungai Mekong merupakan sumber daya penting untuk kehidupan seperti produksi air minum, irigasi, perikanan, pertanian dan lain-lain, dimana masing-masing negara memiliki tanggung jawab untuk mengamankan hak tanah dan air untuk mendorong pembangunan mereka.

Dalam GMS, masalah sumber daya air dimasukan pada 11 flagship program , yang berfungsi sebagai inisiatif multi-sektoral, khusus masalah air hanya mengatur manajemen sumber daya air dan kontrol banjir, dan tidak mengatur perdagangan air di sungai Mekong.

5.6 Direct Payment for Benefits

Variabel ini menekankan pada tindakan pembayaran atau pemberian kompensasi sebagai konsekuensi atau upaya antisipasi risiko yang ditimbulkan dari aktivitas pembangunan. Pembayaran atau pemberian kompensasi umumnya diberikan oleh negara pada pihak (atau negara) lain bila tindakan pembangunan mempengaruhi kondisi ekosistem sungai Mekong atau menimbulkan masalah. Hal ini tertuang dalam SEA, EPA dan EIA dalam sektor lingkungan (ECP), dimana sebelum dimulainya proyek pembangunan dilakukan tahap penilaian dan mencegahan (SEA), kemudian setelah dilakukan pembangunan dilakukan tahap penilaian (EPA), dan melihat dampak yang diberikan (EIA).

Namun di dalam GMS, tidak ada peraturan yang mengatur pembayaran dan pemberian kompensasi pada negara lain yang terkena dampak, namun memberian Namun di dalam GMS, tidak ada peraturan yang mengatur pembayaran dan pemberian kompensasi pada negara lain yang terkena dampak, namun memberian

Seperti pada kasus pembangunan bendugan Nam Theun 2 di Laos, dimana perjanjian jual-beli energi dibuat tahun 2003 dengan Thailand, dengan bantuan pinjaman internasional dari World Bank, ADB, European Investment Bank, Agence Française de Développement, lembaga kredit ekspor dan bank swasta lainnya.

Dimana didalam kerjasama telah dibuat komitmen sosial dan lingkungan sebesar US$90,5 juta untuk program mitigasi sosial dan lingkungan dan pemberian kompensasi US$31,5 juta lebih dari 25 tahun untuk mendukung area Nakai-Nam Theun, dengan perhitungan pemberian kompensasi bagi masyarakat yang kehilangan kurang dari 10% dari aset produktif mereka mendapatkan uang tunia, dan lebih dari 10% berhak mendapatkan lahan pengganti. Dimana pembayaran

kompensasi dimulai pada tahun 2006. 124

5.7 Purchase Agreements

Berupa kesepakatan perdagangan atau jual-beli listrik hidro. Dimana dalam kerjasama GMS awalnya diatur dalam Subregional Electric Power Forum (EPF) tahun 1995, kemudian pada 1998 membentuk The Expert’s Group on Power

124 Lawrence, Shannon. 2009. The Nam Theun 2 Controversy and its lesson for Laos. Contested waterscapes in the Mekong region: Hydropower, livelihoods and governance , pp.82-113.

Interconnection and Trade (EGP). Kemudian pada 2002 membentuk Regional Power Trade Operating Agreement (RPTOA) dan Regional Power Trade Cooridation Committee

(RPTCC) untuk melaksanaan perdagangan energi. 125 Kemudian tahun 2008, melalui GMS Summit juga membentuk energy road map

untuk melaksanaan perdagangan energi yang lebih terstrukutur.

Policy statement yang dibuat tahun 2000 berisi :

(a) To promote the efficient development of the electric power sector in the GMS with the objective of aiding economic growth;

(b) To promote opportunities for extended economic cooperation between Members in the field of energy; (c) To facilitate the implementation of priority electric power projects; (d) To address technical, economic, financial and institutional issues relevant to GMS electric power development; (e) To promote electric power trade, where economic, to further these objectives; and (f) To protect and improve the environment through the adoption of appropriate technologies and plans. 126

Dimana masing-masing negara tepian Mekong berusaha mempromosikan pembangunan energi jangka panjang untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pengembangan energi dan mencapai pembangunan ekonomi dengan tetap melindungi lingkunagan. Dimana dorongan pertama terlihat dari Thailand dengan menandatangani MOU untuk impor dari Laos dan Myanmar, dan kemudian negara

tepian lainnya saat ini aktif melakukan perdagangan satu sama lain. 127

Sebenarnya pemanfaatan sumber daya air melalui pembangunan PLTA telah sejak lama menjadi fokus negara tepian sungai Mekong. Namun saat ini melalui kerjasama GMS negara tepian perdagangan energi hidro jauh lebih mudah

125 Economic Consulting Associates. 2010. The Potential of Regional Power Sector Integration: GMS Transmission & trading. Hlm 2-3. (online,

126 Ibid. 127 Ibid. hlm 24.

dan dengan bantuan ADB dan mitra pembangunan lainnya, dan mengalami pertumbuhan yang signifikan terkait perdagangan energi. Dimana terdapat hampir

60 proyek pembangkit yang berada dalam tahap perencanaan, kontruksi dan diajukan. 128 Dan untuk pasar energi didominasi pemerintah, walaupun produsen

listrik swasta terdapat di beberapa negara

Hal ini terjadi karena negara tepian mengalami pertumbuhan permintaan energi domestik di masing-masing negara, yang menuntut pemenuhan permintaan tersebut. Dan energi hidro diprediksi dapat memenuhi permintaan tersebut dengan potensi sekitar 248.000 MW. Selain itu energi hidro menjadi sumber kunci energi terbarukan di subregional Mekong. Saat ini energi hidro telah dimanfaatkan sekitar 20% (atau sekitar 49.000 MW) dan 40% kapasitas hidro telah terpasang. 129

Grafik 5.4 Konsumsi Listrik Negara Tepian Mekong (GWh)

Kamboja 80500

Guanxi, China h 60500

Yunnan, China

40500 Laos Myanmar

Sumber : GMS-EOC, electricity consumption.

Berdasarkan grafik 5.4 terlihat bahwa konsumsi listrik di negara tepian mengalami kenaikan secara bertahap, dimana Thailand menempati peringkat pertama dengan konsumsi tertinggi mencapai 164.341 pada 2013, diikuti Yunnan

128 Ibid. hlm 3. 129 ENER, A. and DEVEL, Y. Op cit.

(China) 145.981 dan Vietnam dan Guanxi, sedangkan negara lainnya berada dibawah Kamboja, Laos dan Myanmar berada dibawah 10.000 GWh. Dari sini penulis adanya kepentingan Thailand untuk memenuhi permintaan listrik domestik yang terus meningkat dengan mencari sumber energi lain, seperti aktifnya Thailand melakukan perdagangan listrik dengan negara tetangga atau mengembangkan energi baru dan terbarukan dalam negaranya.

Tabel 5.8 Potensi dan Proyek PLTA, GMS Proyek bendungan Hidro

Negara Potensi (MW)

China Yunnan

Sumber: Economic Consulting Associates. Op cit. Hlm 75-76

Berdasarkan tabel 5.8 terlihat bahwa dengan besarnya potensi hydropower ,

negara-negara tepian terus melakukan pembangunan bendungan hydropower, dari skala kecil, sedang maupun besar. Dimana terlihat Laos, Kamboja, dan Vietnam memiliki rencana yang besar untuk mengembangkan energi hidro di masing-masing negara, walaupun pada tahun 2007 pembangunan masih sangat minim seperti yang ditunjukan Kamboja. Sedangkan Thailand menunjukan jumlah yang setara dengan pembangunan ditahun 2007, hal ini mungkin disebabkan tingginya masyarakat Thailand yang menolak pembangunan bendungan terutama di aliran utama sungai.

Untuk perjanjian kerjasama dalam jual-beli akses energi, melalui pembangunan PLTA, diantaranya Thailand yang impor dari Laos dengan 1.500 MW pada 2000, 3.000 MW pada 2006, 7.000 MW pada 2007, sedangkan dari

Myanmar yaitu Salween 8.200 MW, sedangkan dari China 3.000 MW pada 2017. 130 Vietnam menandatangi MOU dengan Laos, dan mengimpor 250 MW di Xekaman

3 sejak tahun 2010, dan 2.000 MW pada bendungan lain, dan negara lainnya. Selain itu, negara tepian untuk aktif membangun jaringan transmisi listrik hidro secara lintas negara. Penulis paparkan pasar perdagangan energi baik PLTA maupun jaringan transmisi di negaratepian Mekong pada tabel berikut.

Tabel 5.9 Proyek PLTA dan Transmisi Listrik Lintas Negara Proyek &

Ket. Negara kapasitas (MW)

Tipe

Market

Kamboja Lower Sesan 1 (90) PLTA

Rencana 110 kV (60)

Vietnam

Operasi-2006 220 kV (250)

Transmisi Vietnam

Transmisi Vietnam

Operasi-2007 Jinghong

Transmisi Vietnam

Kontruksi Nam Mang 3 (40)

PLTA

Laos+ Thailand Operasi Se Xet 2 (76)

PLTA

Laos + Thailand Kontruksi Nam Theun 2

Nam Ngum 2 (615) PLTA

Thailand

Kontruksi

Ban Hat – Stung

Transmisi Kamboja

Treng (20)

Nabong- Undon

Transmisi Thailand

Laos+ Vietnam Kontruksi

Theun Hinboun

PLTA

Laos+ Thailand Negosiasi

Nam Ou (1.100)

PLTA

China/Thai

Project

Laos

Development Agreement

Xekaman 1 (322)

PLTA

Laos + Vietnam Project Development Agreement

Lower Ta Sang

Development Agreement

Myanmar

Ta Pein 1 (240)

MOU Shweli 1 – Yunnan Transmisi China

PLTA

Thailand

130 Economic Consulting Associates. Op cit. hlm 6.

Banteay Mean

Operasi-2007 Chey (80)

Transmisi Kamboja

Thailand

Lao PDR Northern Transmisi Laos 2010 Transmission 220 kV, Phnom

Operasi Penh (220)

Trnasmisi Kamboja

Vietnam

Kontruksi Chan (20)

110 kV, Kampong

Transmisi Kamboja

Sumber: Economic Consulting Associates. Op cit. hlm 77-83.

Berdasarkan tabel ini, secara umum terlihat arus listrik potensial dari Laos dan China, sedangkan Myanmar dan Kamboja sedang mengembangkan pembangunan dalam negerinya dengan menunggu investor asing, sedangkan Thailand dan Vietnam lebih banyak melakukan pembelian energi dari negara tetangga, begitu pula dengan Kamboja yang lebih menjadi importer saat ini.

Di dalam RPTOA juga terdapat pedoman untuk perdagangan, seperti dalam pembangunan harus sesuai standar kinerja daerah dan tidak menurunkan kinerja sistem transmisi nasional masing-masing negara, dan masalah tarif dimana masalah tarif langsung dibuat diantara negara terlibat sehingga untuk biaya akan berbeda tergantung proyek. Seperti pada proyek 115 kV (Banteay Mean Chey) tahun 2007

dari Thailand ke Kamboja, pada tahun 2007 adalah $0,08/kWh. 131 Sedangkan tarif listrik di negara-negara tepian juga berbeda. Grafik berikut menunjukan tarif rata-

rata di negara tepian untuk pelanggan yang berbeda.

131 Ibid. Hlm 42.

Grafik 5.5 Tarif Listrik Negara Tepian Mekong

Myanmar (2007) Vietnam (2009)

Medium Industrial Laos (2009)

Small Industrial Large Residential

Thailand (2008) Small Residential

Kamboja (2007)

Sumber: Economic Consulting Associates. Op cit. hlm 15.

Berdasarkan grafik ini terlihat tarif listrik tertinggi terletak di Kamboja, disusul Thailand, sedangkan negara lainnya (kecuali China) berada ditahap rendah. Tarif yang tinggi dan bervariatif yang tunjukan Kamboja Karena adanya ketergantungan pada energi bahan bakar minyak. Sedangkan Thailand disebabkan ketergantungan pada bahan bakar gas, perdagangan energi hidro lower-cost menjadi alternatif Thailand.

Perbedaan tarif di negara tepian, disebabkan Karena tidak semua negara tepian mampu memproduksi energi, seperti contohnya pada Kamboja, dimana saat ini Kamboja hanya mendapatkan pasokan energi dari impor, dengan adanya perdagangan energi terutama energi hidro antar negara (biaya lebih murah) menjadi alternatif yang potensial bagi Kamboja. Selain itu, saat ini Kamboja sedang berada pada tahap perkembangan memproduksi energi dari PLTA.

Lebih lanjut, terdapat isu-isu sensitif pada lingkungan dan sosial yang signifikan yang timbul dari pengembangan PLTA, untuk mengatasinya baik di tingkat nasional maupun regional atau bantuan dari mitra pembangunan Mekong. Seperti pada tingkat regional pada kerjasama GMS melalui EOC sebagai inisiasi Lebih lanjut, terdapat isu-isu sensitif pada lingkungan dan sosial yang signifikan yang timbul dari pengembangan PLTA, untuk mengatasinya baik di tingkat nasional maupun regional atau bantuan dari mitra pembangunan Mekong. Seperti pada tingkat regional pada kerjasama GMS melalui EOC sebagai inisiasi

Dari sini penulis berpendapat bahwa agenda pembangunan PLTA masing- masing negara tepian terus dilakukan, seperti Kamboja yang berada pada tahap perkembangan dengan menunggu penanaman investasi, Laos yang aktif melakukan pembangunan karena besarnya investasi yang masuk di Laos, Thailand-pun demikian namun Thailand lebih aktif melakukan pembangunan di negara tetangga, sedangkan Vietnam masih berada pada tahap sedang karena pengalaman yang buruk pada pembangunan bendungan di negaranya, sedangkan Myanmar yang memiliki wilayah sungai terkecil juga aktif melakukan pembangunan dan perdagangan dengan negara tetangga.

Dan penulis memandang kuatnya kerjasama perdagangan energi antar negara tepian sungai Mekong, telah menginduksikan adanya hubungan politik yang terus membaik antar negara tepian.

5.8 F inancing and Ownership Arrangements

Berupa hubungan kerjasama antara negara tepian dalam hal investasi atau program pengembangan lainnya. Kerjasama GMS menerapkan prinsip fleksibilitas, maksudnya adalah tidak ada model yang ketat untuk menentukan bagaimana proyek atau kegiatan yang berbeda didanai, dan prinsip kepemilikan, dimana kegiatan atau proyek GMS hanya berlaku pada proyek dengan dua atau lebih negara, seperti yang dijelaskan dalam prinsip dasar kerjasama GMS. 133

132 Ibid. Hlm 32. 133 Dinh, Kathryn. 2008. Understanding the GMS Program and the role of the ADB. Oxfam

Australia. Hlm 72.

Dalam masalah investasi, kerjasama GMS mengaturnya pada 9 sektor prioritas GMS, meliputi (i) transport; (ii) energy; (iii) human resouces development; (iv) environment; (v) trade & investment; (vi) telecommunication; (vii) infrastructure; (viii) tourism; dan (ix) agriculture. Selain itu, pada tahun 2013 dibentuk GMS Regional Investment Framework (RIF) pada proyek investasi prioritas dan proyek technical assistance (TA).

9 sektor prioritas tidak hanya melaksanakan program bersama, melainkan bentuk investasi. Seperti pada sektor transportasi, dimana dengan disepakatinya Cross-Border Transport Agreement -CBTA) oleh semua negara tepian telah membantu mendukung perdagangan dan investasi di sungai Mekong. Seperti pembangunan jalan raya, kereta api, jembatan dan lain-lain.

Grafik 5.6 Proyek Investasi dan TA -RIF, GMS

Proyek Invetasi

transportasi

Proyek TA

Dan lain-lain

Dan lain-lain

Energi

Energi

Sumber: ADB. Overview GMS RIF (2013-2022).

Selain proyek prioritas, pada GMS RIF juga mengatur masalah investasi, dimana pada grafik 5.6 terlihat proyek investasi dan TA dari GMS RIF, diperkirakan total biaya proyek investasinya adalah $51,3 miliar dan proyek TA $222 miliar, dimana transportasi menjadi pangsa tertinggi dengan sekitar 78 Selain proyek prioritas, pada GMS RIF juga mengatur masalah investasi, dimana pada grafik 5.6 terlihat proyek investasi dan TA dari GMS RIF, diperkirakan total biaya proyek investasinya adalah $51,3 miliar dan proyek TA $222 miliar, dimana transportasi menjadi pangsa tertinggi dengan sekitar 78

92 proyek didominasi ICT, diikuti lingkungan, pertanian, dan lain-lain.

Dan pada sektor energi misalnya dari China, dimana aktif berinvestasi sektor energi di negara tetangganya. Seperti di Myanmar dengan lebih dari 50 bendungan dengan sepertiga jumlah investasi asing masuk pada proyek PLTA, dan

negara lainnya. 134 Dibawah ini penulis paparkan investasi China pada proyek pembangunan bendungan di sungai Mekong seperti di Myanmar.

Tabel 5.10 Investasi China pada Proyek Bendungan di Myanmar Negara

Proyek

Biaya Proyek

Bu-ywa Hydropower $20 juta Plant, 60 MW, proses pembangunan

Chibwe Dam, 2,000 MW, proses pembangunan - Chigwe Nge, 99 MW, proses pembangunan

Htamanthi Dam, 1,200 MW, proses pembangunan - Khaunlanphu Dam, 1,700 MW, proses

- pembangunan

Myanmar

Kun Chaung Dam, 60 MW, proses pembangunan -

Kun Dam, 84 MW, proses pembangunan -

Kyaing Tong (Kengtawng) Dam, 54 MW, proses $20 juta

pembangunan

Kyauk Naga Dam, 75 MW, proses pembangunan -

Kyee-ohn kyee-wa Dam, 60 MW, proses $20 juta

pembangunan

Laiza Dam, 1,560 MW, proses pembangunan -

Lakin Dam, 1,400 MW, proses pembangunan -

Man Tung (Mantawng or Manton) Dam, 6,300 – - 7,000 MW, proses pembangunan

Mawlaik hydropower, 500 MW, proses - pembangunan

Myanmar Mone Dam, 75 MW, proses pembangunan - Myitsone Dam + 6 others, 13,360 MW, proses

Berkisar $300 pembangunan

juta Nao Pha Dam, 900 –1,000 MW, proses

- pembangunan

Pashe, 1,600 MW, proses pembangunan -

134 Urban, F., Nordensvärd, J., Khatri, D. and Wang, Y., 2013. An analysis of China’s investment in the hydropower sector in the Greater Mekong Sub-Region. Environment, Development and

Sustainability , 15(2), pp.301-324.

Phizaw, 1500 MW, proses pembangunan -

Sumber: Urban, F., Nordensvärd, J., Khatri, D. and Wang, Y. Op cit. hlm 308-312.

Berdasarkan tabel ini terlihat China sangat aktif berinvestasi dan terlibat baik sebagai kontraktor, pengembang, pemodal dan regulator, bahkan pada negara Asia Tenggara lainnya. Pertumbuhan investasi PLTA China sebagian besar didorong oleh kebutuhan energi domestik sebagaimana membangun sistem kerjasmaa antara China dan negara berkembang lainnya di Asia Tenggara. Selain menjadi investor di bidang energi, China berinvestasi di bidang infrastruktur yaitu

proyek jalan raya dan jembatan dan mitra dagang di Kamboja. 135

5.9 Broadened Bundle of Benefits

Berupa adanya bantuan internasional yang diberikan negara tepia Mekong untuk meningkatkan kerjasama. Pada kerjasama GMS, dukungan dan bantuan secara khusus diberikan ADB sebagai mitra pembangunan utama dan inisiator. Namun terdapat beberapa mitra pembangunan dan negara lain yang terlibat dalam pembangunan wilayah sungai, seperti World Bank, World Health Organisation, Jepang, Korea Selatan, dan lain-lain.

Bantuan dari internasional, perupa bantuan dana dan bantuan TA, seperti pada proyek pembangunan energi hidro di GMS, penulis paparkan pada tabel 5.11, selain itu penulis juga paparkan proyek bantuan dari berbagai mitra pembangunan dan negara lain dalam pembangunan di wilayah sungai Mekong.

135 Goh. E. Op cit.

Tabel 5.11 Proyek Energi Bantuan Internasional

Bantuan Proyek

Cost

Negara

(US$M) Sponsor Pemerintah Dispronsori ADB

GMS Northern Power

20 3,5 GMS

Laos (2009) 53,5

Nam Ngiep

1 Laos (2009) 35

Hydropower GMS Nabong – Udon Thani Laos (2009) 84

Interconnection GMS Nam Ngum 3 Project

47 5 Lao-Vietnam Power

Laos (2009) 52

25 8 Interconnection (Ban Sok – Pleiku) Lao-Vietnam

Laos (2010) 150

30 20 Interconnection (Ban Sok – 2010 Pleiku)

Power Vietnam

World Bank

115 kV transmission: Vietnam Kamboja

- – Kampong Cham 115 kV transmission: Lao PDR Kamboja

- border – Stung Treng

115 kV transmission: Ban Hat Laos

- 115 kV transmission: Xeset –

- Saravan

Laos

Sumber: : Economic Consulting Associates. Op cit.

Tabel 5.12 Proyek Bantuan Internasional

Pemberi Proyek

Negara (atau

Pembangunan infrastruktur Vietnam (Mekong World Bank US$ transportasi

Delta)

306,70 juta

Cross-border transmission Kamboja World Bank US$ 18,5 line Laos-Vietnam (2007)

juta Agriculture mechaniszation Vietnam (Mekong Pemerintah

US$ 23,5 (upgrading sistem mesin

juta dan training sumber daya manusia) Pemulihan pasca banjir dan Kamboja

Delta)

Korea

¥ 1,51 mencegah bencana dimasa

Jepang

miliar depan

Development assistance

Kamboja,

Laos, Jepang

Myanmar, Thailand

miliar

dan Vietnam

TA – jaringan kereta GMS China

ADB

US$ 500.000

Proyek clean energy

Negara

anggota ADB

US$

juta Proyek jalan raya, bandara Negara

GMS

15 dan kereta, fasilitas energi, GMS

anggota ADB

US$

miliar infrastruktur pariwisata dan mencegah penyakit

Sumber: World Bank; Japan Times; ADB;

Berdasarkan tabel 5.11 dan 5.12 terlihat bahwa tingginya bantuan yang diberikan internasional bagi pembangunan wilayah Mekong, terutama dari ADB dan World Bank. Karena memang sebagai negara berkembang, negara-negara tepian masih membutuhkan bantuan investasi dari pihak luar untuk proses pembangunan.

Selain itu, besarnya potensi sungai Mekong terutama energi hidro yang sangat besar menyebabkan pihak eksternal yang ingin berinvestasi di sungai Mekong. Berikut ini penulis paparkan data EIA terkait kapasitas pembangkit di Kamboja, Laos dan Myanmar.

Gambar 5.3 Kapasitas Pembangkit Negara Tepian 136

136 Robert Shines, 2016. Why Mekong river is Asia’s next big investment locale. (online,

http://globalriskinsights.com/2016/06/mekong-river-asia-next-big-investment/ )

Berdasarkan gambar ini terlihat bahwa kapasitas pembangkit Laos terus meningkat bahkan mencapai 1800 MW pada 2011, sedangkan Kamboja dan Myanmar mengikuti. Ketiga negara ini menunjukan negara paling banyak mendapatkan investasi pembangunan bendungan di Mekong, hal ini disebabkan karena Thailand dan Vietnam menjadi negara yang memilih membatasi pembangunan bendungan karena alasan sosial dan lingkungan.

BAB VI KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Hubungan negara tepian sungai Mekong menunjukan hubungan yang tidak stabil dan kompleks dan perbedaan kepentingan di masing-masin negara, serta diawali dengan sejarah konflik yang berkepanjangan antar-negaranya, namun yang menjadi menarik dari sungai Mekong ialah konflik bersenjata belum pernah meletus dan kerjasama telah dibuat untuk membendung konflik yang lebih besar terjadi.

Berakhirnya Perang Dingin menjadi sejarah baru pembangunan kembali keenam negara tepian bersama Asian Development Bank (ADB) melalui kerjasama GMS. Keenam negara tepian adalah China (diwakili Provinsi Yunnan dan Guanxi), Myanmar, Kamboja, Laos, Thailand dan Vietnam, pada tahun 1992. Dengan fokus kerjasama terletak pada kerjasama ekonomi, melalui sembilan sektor prioritasnya, yaitu: (i) transport; (ii) energy; (iii) human resouces development; (iv) environment; (v) trade & investment; (vi) telecommunication; (vii) infrastructure; (viii) tourism; dan (ix) agriculture.

Dan kerjasama GMS telah berkontribusi pada hubungan negara tepian yang terus berjalan kooperatif, dimana berdasarkan histogram BAR yang dibuat penulis menunjukan hubungan kerjasama lebih tinggi dibandingkan ketegangan maupun konflik, dengan perbandingan 56 kasus kerjasama dan 9 kasus ketegangan.

Dalam penerapan sistem pembagian keuntungan bersama dalam kerjasmaa GMS yaitu distribusi alokasi manfaat dan cost dari kerjasama GMS, dimana tipe Dalam penerapan sistem pembagian keuntungan bersama dalam kerjasmaa GMS yaitu distribusi alokasi manfaat dan cost dari kerjasama GMS, dimana tipe

Dan tipe cost dari kerjasama GMS, yaitu direct payment for water use , direct payment for benefits , purchase agreement melalui jual-beli listrik hidro, financing and ownership arrangements melalui penanaman investasi pada proyek pengembangan wilayah sungai dari negara tetangga dan mitra pembangunan lainnya dan broadened bundle of benefits melalui bantuan dan dukungan internasional seperti ADB, World Bank, dan negara lainnya. Dimana direct Payment for Water Use dan benefits menjadi variabel yang tidak diterapkan pada kerjasama GMS.

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Rekomendasi Umum

Kerjasama GMS dinilai menjadi contoh sistem pembagian keuntungan bersama, karena sistem ini memberikan keuntungan bersama bagi seluruh pengguna air dengan memperhitungkan manfaat dan cost dari adanya kerjasama. Namun disisi lain penulis memandang kerjasama yang dibangun atas usulan ADB ini kurang memberikan fokus pada sungai Mekong, seperti kerjasama pengaturan sungai bersama, atau manajemen musim kemarau dan musim hujan yang diterapkan seluruh negara tepian Mekong. Karena sungai Mekong tidak hanya penting bagi negara, melainkan bagi masyarakat lokal sungai Mekong. Hal ini juga berpotensi menimbulkan konflik baru terutama di tingkat masyarakat, mengingat masih besarnya ketimpangan sosial, ekonomi dan pembangunan di Mekong. Pembentukan kerjasama yang berfokus pada menejemen sungai Mekong secara Kerjasama GMS dinilai menjadi contoh sistem pembagian keuntungan bersama, karena sistem ini memberikan keuntungan bersama bagi seluruh pengguna air dengan memperhitungkan manfaat dan cost dari adanya kerjasama. Namun disisi lain penulis memandang kerjasama yang dibangun atas usulan ADB ini kurang memberikan fokus pada sungai Mekong, seperti kerjasama pengaturan sungai bersama, atau manajemen musim kemarau dan musim hujan yang diterapkan seluruh negara tepian Mekong. Karena sungai Mekong tidak hanya penting bagi negara, melainkan bagi masyarakat lokal sungai Mekong. Hal ini juga berpotensi menimbulkan konflik baru terutama di tingkat masyarakat, mengingat masih besarnya ketimpangan sosial, ekonomi dan pembangunan di Mekong. Pembentukan kerjasama yang berfokus pada menejemen sungai Mekong secara

6.2.2 Rekomendasi Penelitian Lanjutan

Penelitian ini memberikan ruang bagi peneliti lain yang ingin mengangkat kerjasama Greater Mekong Subregional (GMS) antara negara tepian Mekong dalam sudut pandang yang berbeda. Rekomendasi penulis adalah berkaitan dengan kepentingan China di sungai Mekong. Dimana perusahaan, bank dan badan pemerintah China terus memperluas investasinya terutama pada proyek hydropower skala besar di negara Mekong, melalui ‘Going Out Strategy’ pemerintah China mempromosikan investasi sumber daya alam di luar negeri.

Dan China sebagai negara yang memiliki power paling besar terlihat sangat mengembangkan potensi sungai Mekong terutama dalam membangun bendungan di wilayahnya, selain itu China juga aktif berinvestasi membangun bendungan di negara tetangga untuk melakukan jual-beli listrik hidro. Selain itu, dibandingkan hubungannya dengan negara hilir dimasa lalu, saat ini China terlihat lebih kooperatif, seperti ketika membuka informasi hidrologi di wilayahnya dan ketika membuka jalur air bagi negara hilir ketika musim kemarau tiba, selain itu China juga menginisiasi kerjasama baru diantara negara tepian yang berfokus pada isu politik, ekonomi dan keamanan diluar kerjasama-kerjasama sebelumnya. Sikap China saat ini sangat berbeda dari sikap China sebelumnya, terutama ketika China memberikan informasi hidrologi di wilayahnya, karena informasi hidrologi menjadi rahasia milik suatu negara. Dari sini penulis melihat adanya kepentingan yang kuat China di sungai Mekong.