Aspek Finansial
Aspek Finansial
Aspek finansial menyangkut terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning dari pada proyek. Apakah proyek itu akan terjamin dananya yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansal dapat berdiri sendiri (Kadariah, Karlina dan Gray, 1978).
Aspek ini menyangkut masalah penerimaan dan pengeluaran dari pelaksanaan usaha. Biaya yang dikeluarkan meliputi modal investasi, biaya operasional, biaya tetap dan biaya variabel.
A. Investasi
Modal investasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang ditanamkan dalam pembuatan kapal, pembelian mesin, alat tangkap serta peralatan lainnya. Besarnya investasi yang ditanamkan per unit usaha perikanan Pancing Layangan berkisar antara Rp. 11.124.300,- – Rp. 17.055.650,-, dimana modal investasi terbesar ditanamkan oleh kapal A sedangkan yang terkecil adalah kapal E. Besarnya biaya investasi tersebut dipengaruhi oleh besar skala usaha dan tingkat teknologi yang digunakan, karena semakin besar skala usaha dan tingkat teknologi yang digunakan dalam suatu usaha perikanan tangkap, maka semakin besar pula dana investasi yang harus ditanamkan. Untuk lebih jelasnya, nilai investasi tiap unit usaha perikanan Pancing Layangan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Modal Investasi Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.
Modal Investasi (Rp)
Kapal
Total (Rp) Kapal
B. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap meliputi biaya penyusutan dan pajak, karena jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan meskipun jumlah produksi bertambah atau berkurang. Biaya penyusutan merupakan perbandingan antara nilai investasi dan lamanya alat digunakan. Besarnya biaya penyusutan tergantung pada nilai awal dan lama modal tetap (investasi) tersebut digunakan, atau dengan kata lain daya tahan alat dapat berkurang karena pengaruh umur ataupun karena pemakaian alat tersebut sehingga mempengaruhi nilai awal dari modal tetap yang akan menyusut selama pemakaian. Apabila nilai investasi tinggi sedangkan masa pemakaian singkat, maka biaya penyusutan relatif besar. Sebaliknya bila nilai investasi tidak terlalu tinggi dan masa pemakaian cukup lama, maka biaya penyusutan relatif lebih kecil. Biaya penyusutan tiap unit usaha perikanan Pancing Layangan berkisar antara Rp. 2.586.800,- – Rp. 4.079.183,-. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Biaya tetap lainnya yang harus dikeluarkan adalah pajak, berupa Surat Izin Pelayaran dari KP3 yang harus diperbaharui setiap tahunnya. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 50,000,- setiap tahunnya.
Tabel 3. Biaya Tetap Per Tahun Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.
Biaya Tetap (Rp)
Kapal Total (Rp)
Berdasarkan Tabel 3 tersebut, diketahui besarnya biaya tetap per tahun dari 10 responden berkisar antara Rp. 2.636.800,- – Rp. 4.129.183,-, dengan nilai rata-rata Rp. 3.008.658,50.
C. Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya variabel merupakan biaya yang tidak tetap jumlahnya karena dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi yang diperoleh. Biaya variabel meliputi biaya perawatan, biaya operasional dan upah ABK.
Biaya perawatan diperlukan untuk memelihara kelangsungan kerja semua unit penangkapan dimana besarnya tergantung seberapa besar tingkat kerusakan yang dialami oleh kapal ataupun mesin pada unit usaha perikanan Pancing Layangan tersebut. Besarnya biaya perawatan yang dikeluarkan berkisar antara Rp. 1.648.000,- – Rp. 3.274.000,-. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 7.
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan aktivitas operasional penangkapan ikan. Pada unit usaha perikanan Pancin g Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, semua biaya operasional ditanggung sepenuhnya oleh pemilik kapal dan akan dikembalikan setelah hasil tangkapan dijual. Besarnya biaya operasional pada unit usaha perikanan Pancing Layangan tergantung dari banyaknya trip, lokasi fishing ground dan kenaikan harga barang pada saat tertentu. Komponen biaya operasional meliputi pembelian bahan bakar (solar), es, konsumsi dan rokok. Besarnya biaya operasional per tahun berkisar antara Rp. 8.252.728,- – Rp. 12.746.600,-. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 8.
Upah ABK tiap orang pertahun masing-masing unit usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene berkisar antara Rp. 10.065.477 – Rp. 12.633.917. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 4. Biaya Variabel Per Tahun Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.
Biaya Variabel (Rp)
Kapal Total (Rp) Operasional
Upah ABK
Tabel 4 di atas menunjukkan besarnya biaya variabel yang terdiri atas biaya operasional, upah ABK dan biaya perawatan pada tiap unit usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene yang berkisar antara Rp. 42.453.364,- – Rp. 60.540.257,-, dimana biaya variabel yang terbesar dikeluarkan oleh kapal A sedangkan yang terkecil adalah kapal E.
Total biaya yang dikeluarkan pada tiap unit usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabel sehingga diperoleh total biaya pada tiap unit yang berkisar antara Rp. 45.090.164,- – Rp. 64.669.440,-, dimana total biaya yang terbesar dikeluarkan oleh kapal A sedangkan yang terkecil adalah kapal E. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
D. Sistem bagi hasil
Pada unit usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, sistem bagi hasil yang berlaku adalah setiap ABK masing- masing memperoleh satu bagian dan pemilik mendapatkan tiga bagian (masing- masing satu bagian untuk ponggawa, kapal dan mesin) karena yang menjadi ponggawa pada umumnya adalah pemilik kapal itu sendiri.
Menurut undang-undang bagi hasil perikanan no. 16 tahun 1964, pasal 3 yaitu jika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perjanjian bagi hasil, maka dari hasil usaha itu kepada pihak nelayan penggarap dan penggarap tambak paling sedikit harus diberikan bagian pada perikanan laut yaitu a). Jika dipergunakan perahu layar, minimum 75% dari hasil bersih dan b). Jika dipergunakan kapal motor, minimum 40% dari hasil bersih. Berdasarkan undang- undang bagi hasil tersebut diketahui bahwa sistem bagi hasil yang berlaku pada unit usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, tidak sesuai dengan ketentuan. Dalam hal ini pemilik telah dirugikan, sedangkan ABK atau nelayan penggarap lebih diuntungkan, karena jumlah ABK setiap unit penangkapan yaitu 3 – 4 orang, sehingga jika ABK pada unit penangkapan tersebut berjumlah 3 orang, maka bagian untuk ABK yaitu 50%, sedangkan jika ABKnya 4 orang, maka bagian untuk ABK yaitu 57%, nilai ini jauh diatas standar pembagian hasil yang telah ditetapkan yaitu minimum 40%.