Analisis Pembagian Rumah Tradisional

5.1 Analisis Pembagian Rumah Tradisional

5.1.1 Utuh

1. Joglo 1 Joglo 1 merupakan salah satu rumah tradisional di desa wisata brayut yang di jadikan sebagai bangunan cagar budaya oleh pemerintah setempat. Meskipun demikian kepemilikan joglo 1 masih atas nama keluarga pemilik dan sekarang kepemilikan joglo 1 terdiri atas 3 nama

JOGLO 1

JOGLO 1, dengan usianya yang sudah mencapai hingga 200 tahunan. Joglo 1 merupakan joglo yang

menjadi ikon dari desa wisata brayut. Karena Joglo 1 telah di

tetapkan sebagai bangunan cagar budaya, maka dari itu keberadaan

dan kelestarian akan joglo 1 akan terus di pertahankan akan bentuk

asli nya oleh pemerintah setempat. Meskipun status kepemilikan masih atas nama keluarga, namun joglo 1

sudah tidak dapat di ubah maupun di bongkar

Salah satu cara pelestarian yang di lakukan untuk

LUMBUNG PADI

mempertahankan kearifan lokal akan budaya rumah

SENTONG

SENTONG SENTONG KANAN TENGAH KIRI

tradisional khas jawa di desa wisata brayut ialah menjadikannya sebagai bangunan cagar budaya.

DAPUR

RUANG MAKAN Selain itu joglo 1 juga di gunakan sebagai salah satu homestay desa wisata brayut, terdapat 3 kamar yang

PENDOPO

dapat di gunakan pada joglo 1 yaitu sentong kanan, sentong tenggah, dan sentong kiri. Untuk pusat kegiatan acara desa wisata dan warga

brayut pun biasa di laksanakan di joglo 1.

2. Joglo 2 Meskipun bukan merupakan bangunan cagar budaya dan telah mengalami beberapa perubahan seperti lantai telah di keramik dan pengecatan ulang pada bagian tembok dengan tujuan untuk perawatan bangunan, namun demikian bentuk fisik bangunan joglo 2 tetap menciri khas kan rumah tradisional joglo khas jawa. Joglo 2 juga dijadikan sebagai salah satu homestay desa wisata, terdapat 3 kamar di joglo 2.

JOGLO 2

Berbeda dengan joglo 1 yang dijadikan sebagai bangunan cagar

budaya. Pada joglo 2 tidak di jadikan sebagai cagar budaya karena sudah

mengalami perubahan diantaranya seperti lantai berkeramik dan tembok

dicat sehingga keaslian

akan

bangunan joglo kurang tercermin. Hal tersebut dilakukan karena

menurut Ibu Arin yaitu pemilik dari bangunan joglo 2 ini

Perubahan yang terjadi pada joglo 2 dilakukan karena

pertimbangan

beberapa faktor, diantaranya ialah faktor

kebersihan.

Dengan

pemasangan keramik maka joglo akan lebih mudah di bersihakan dan

nampak terlihan bersih dan keset apabila di pandang mata. Salah satu

upayah agar kelestarian Joglo maka

joglo 2 dijadikan salah satu

akomodasi homestay di desa wisata brayut.

3. Joglo 3 Berbeda dengan joglo 1 dan 2 , joglo 3 bukan merupakan joglo asli brayut karena menurut narasumber dan masyarakat brayut joglo 3 itu merupakan pindahan dari Ngawen. Joglo itu di beli oleh Pak Sastrosumarjo Orang tua dari bu Sri.

JOGLO 3

Kepemilikan Joglo 3 sekarang atas

nama Pak Jhoni. Yang sekarang menjabat sebagai camat Pakem,

namun diurus dan dirawat oleh saudaranya yaitu Ibu Sri. Dan

ternyata Joglo 3 ini bukanlah asli rumah

dipindahkan dari Ngawen lalu kemudian ke Dusun Brayut oleh

orangtua Pak Jhoni dan Ibu Sri, yaitu Bapak sastro Sumarjo. Joglo 3

ini tidak ditetapkan sebagai cagar budaya karena sudah banyak

perubahan dari mulai lantai yang sudah berkeramik dan juga sudah

menggunakan plafon.

4. Ibu Siti Sutrisni Rumah yang ditinggali oleh ibu Siti Sutrisni merupakan kepemilikan atas saudara ibu Siti Sutrisni yaitu paman dari suami Ibu Sutrisni. Kepemilikan rumah saat ini ialah atas nama alm.Bapak Suroto yang sudah menetap di Bandung. Dulu nya rumah dengan bentuk limasan ini merupakan bekas tempat ani-ani dan sekarang berubah fungsi menjadi salah satu homestay di desa wisata brayut.

LIMASAN

Rumah yang ditinggali oleh ibu

Siti Sutrisni

merupakan

kepemilikan atas saudara ibu Siti Sutrisni yaitu paman dari suami

Ibu Sutrisni. Kepemilikan rumah saat ini ialah atas nama alm.Bapak Suroto yang sudah

menetap di Bandung. Dulu nya rumah dengan bentuk limasan ini

merupakan bekas tempat ani-ani

dan sekarang berubah fungsi menjadi salah satu homestay di

desa wisata brayut

5. Ibu Wagiyah Rumah Kampung dengan status kepemilikan ialah Ibu Wagiyah. Hingga saat ini Ibu Wagiyah tinggal sendiri di rumah miliknya. Ibu Wagiyah membeli tanah dan membangun. Rumah Ibu Wagiyah merupakan salah satu homestay desa wisata brayut. Hingga saat ini, belum ada perubahan pada fisik bangunan dan menurut nara sumber yaitu Ibu Wagiyah, beliau setuju apabila rumah nya tetap mencirikan kearifan lokal budaya jawa sebagai potensi perkembangan desa wisata brayut.

RUMAH KAMPUNG

Rumah dengan bentuk rumah kampung atas kepemilikan ibu

wagiyah merupakan salah satu

homestay di desa wisata brayut. Rumah Ibu Wagiyah bukan merupakan

harta

warisan,

melainkan tanah yang dbeli sendiri oleh Ibu Wagiyah dan

kemudian di bangun.

Mulai dari pembangunan rumah hingga saat ini, rumah Ibu

dari awal Wagiyah

pembangunan, rumah Ibu Wagiyah perubahan.

sudah bertembok dan berlantai keramik.

Dijadikan sebagai homestay karena pertimbangan akan akomodasi kamar mandi yang cukup memadahi di rumah

Ibu Wagiyah. Ibu wagiyah pun mendukung akan perkembangan desa wisata brayut,

dengan menjadikan desa wisata yang lebih dengan menjadikan rumah tradisional khas jawa sebagai homestay,

guna tetap menjaga kelestarian lokal setempat.

6. Ibu Suparjo Rumah Ibu Suparjo dengan jenis bentuk limasan pacul gowang ini merupakan warisan dari suami Ibu Suparjo, yaitu Alm.Bapak Suparjo. Saat ini rumah ibu suparjo pada bagian depan rumah dijadikan sebagai tempat belajar siswa SD Salsabila dan pada bagian tenggah merupakan tempat tinggal Ibu Suparjo bersama anak, menantu dan cucu nya. Kemudian pada bagian belakang merupakan dapur, dan toilet.

LIMASAN

Rumah Ibu Suparjo merupakan rumah dengan jenis bentuk limasan pacul gowang yang

dipakai sebagai Sekolah Dasar Salsabila oleh warga brayut. Sudah

3 tahun lama nya rumah ini di

jadikan sebagai sekolah. Meskipun kepemilikan rumah masih atas nama Ibu Suparjo dan rumah

merupakan warisan dari alm. suami namun ibu suparjo tetap mempersilakan

rumah

nya

digunakan untuk kepentingan bersama warga desa.

Selama ini rumah dengan bentuk limasan pacul gowang belum

mengalami perubahan secara tampak, perubahan yang terjadi

hanya dari segi pola tata ruang,

berkramik dan atap menggunakan plafon.

7. Bapak Awal Nurhandaru Rumah Bapak Awal Nurhandaru merupakan salah satu hometay desa wisata brayut dengan jenis rumah kampung, dibangun tahun 2000 an oleh Bapak Awal Nurhandara dimana tanah merupakan warisan dari orang tua bapak Awal Nurhandaru. Kepemilikan rumah atas nama Bapak Awal Nurhandara. Selama ini keadaan rumah belum mengalami bentuk , hanya perubahan pada pola tata ruang dalam pada bangunan seperti sudah berkeramik. Respon dari Bapak dan Ibu Awal Nurhandaru pun setuju apabila rumah mereka tetap mencirikan kearifan lokal rumah tradisional jawa.

RUMAH KAMPUNG

Rumah dengan bentuk rumah

kampung atas kepemilikan ibu Bapak Awal Nurhandaru, rumah

ini merupakan homestay pada

awalnya rumah ini merupakan sawah warisan dari orang tua dan kemudian di bangun.

Dari awal pembangunan hingga saat ini rumah dengan bentuk

perubahan dengan penambahan ruangan dan bentuk rumah.

8. Bapak Sukarmin Rumah dengan bentuk limasan, merupakan rumah dengan kepemilikan Bapak Sukarmin dengan warisan tanah dari orang tua bapak sukarmin dan kemudian di bangun. Setelah menjadi almarhum, sekarang rumah tersebut dijadikan sebagai sekolah dasar salsabila. Dari pihak keluarga pun setuju apabila rumah Bapak Sukarmin dijadikan sebagai fasilitas bersama warga desa.

SINOM

Rumah dengan bentuk sinom atas

kepemilikan Bapak Sukarmin, merupakan rumah yang digunakan

sebagai sekolah dasar salsabila. Baik dari pemilik maupun

keluarga sudah memperbolehkan dan bersedia akan pemakaian

rumah sebagai fasilitas bersama warga.

Sistem warisan yang berlaku pada Rumah

rumah sinom SD Salsabila ini perubahan,

telah

mengalami

tetap berstatus kepemilikan atas satu nama mempertahankan bentuk asli

dengan

yaitu masih nama dari Bapak rumah yaitu sinom. Perubahan Sukarmin yaitu orang tua dari bapak yang terjadi yaitu pada bagian poniman (kepala dusun brayut).

tembok, atap di plafon dan lantai Belum ada rencana kedepan nya akan

berkamik serta pengecatan ulang bangunan tersebut. Sampai saat ini pada tembok.

bangunan dengan bentuk sinom tetap

di jadikan sebagai salah sekolah. Dari pihak kelurga pun setuju akan pelestarian kearifan lokal yaitu

budaya rumah tradisional khas jawa.

5.1.2 Pecah

A. Komitmen untuk utuh

1. Ibu Supiah Rumah ibu supiah merupakan rumah warisan dari alm.suami ibu supiah. Sekarang status kepemilikan rumah atas nama ibu supiah. Rumah dengan jenis rumah kampung ini merupakan salah satu homestay desa wisata brayut. Rumah ibu supaih sudah mengalami perubahan, mulai dari saat pembangunan hingga saat ini. yang dulu nya hanya terbuat dari bilik bambung dan masih beralas tanah, sekarang sudah bertembok dan beralas keramik. Penambahan penambahan pada tata ruang dalam bangunan. Meskipun sudah mengalami banyak perubahan, namun pada bangian atap tetap mencirikan rumah kampung khas jawa, Ibu Supiah pun setuju apabila rumahnya tetap mencirikan kearifan lokal jawa.

RUMAH KAMPUNG

Pada kasus rumah milik Ibu Supiah,

akibat pembagian warisan baik warisan yang sedang berjalan maupun

akan rencana

warisan

yang

selanjutnya. Bangunan terlihat sempit dan untuk jalur sirkulasi hanya bisa di

lalui maksimal 2 orang dewasa dan untuk kendaraan hanya bisa di lalui

oleh 1 kendaraan bermotor . Meskipun demikian saat ini rumah ibu

supaih merupakan salah satu homestay di desa wisata brayut.

Rumah Ibu supiah telah mengalami banyak perubahan, yang dulu nya

konstruksi rumah hanya dari bambu dan bilik, namun sekarang sudah

bertembok, berlantai keramik dan juga beratapkan plafon. Terjadi juga

penambahan tata ruang dalam. Hanya saja bentuk atap masih sama dari dulu.

2. Pak Suraji Rumah Bapak Suraji merupakan rumah dengan ciri bentuk rumah kampung, status kepemilikan rumah merupakan milik bapak Suraji yang merupakan warisan tanah dari orang tua, kemudian dibangun oleh Bapak Suraji saat berkeluarga. Pada kasus pembagian warisan akan lahan pada keluarga Pak Suraji ini sudah memikirkan pembagian sirkulasi terlebih dahulu. Saat pembagian warisan, jalur sirkulasi di perhitungan terlabih dahulu dan terlihat jelas akses akan pencapain ke rumah Pak Suraji dapat di akses dengan baik karena sistem pembagian warisan

RUMAH KAMPUNG

Rumah Pak Suraji merupakan warisan dari orang tua yang hanya berupa tanah saja. Sedangkan pak suraji sendirilah yang membangun rumah tersebut. Kurang lebih sudah 18 tahunan usia dari rumah kampung milik pak suraji. Pada kasus ini, pembagian warisan sudah memikirkan jalur sirkulasi terlebih dahulu. Sehingga dalam pembagian warisan berupa tanah, pertama-tama yang di perhitungkan jalan / akses. Sehingga pada saat ini nampak jelas, untuk menuju rumah pak suraji terdapat jalan, meskipun rumah pak suraji nampak menjorok ke dalam dari jalan desa. Rumah

pak suraji bukan merupakan homestay.

3. Rahmawan Dwi Atmaja Rumah yang tinggali oleh mas wawan merupakan salah satu homestay didi desa wisata brayut, rumah dengan status kepemilikan Simbah Sutarmin. Sejarah pembangunan rumah, menutut nara sumber dulu nya rumah merupakan rumah dengan fungsi tempat tinggal kemudian dibangun pendopo untuk tempat beribadah warga. Meskipun sudah mengalami pembagian warisan, rumah dengan bentuk limasan pacul gowang ini tetap di pertahan kan ciri khas bentuk nya.

LIMASAN PACUL GOWANG

Rumah Pak Suraji merupakan

warisan dari orang tua yang hanya berupa tanah saja. Sedangkan pak suraji sendirilah yang membangun

rumah tersebut. Kurang lebih sudah

18 tahunan usia dari rumah kampung milik pak suraji.

Pada kasus ini, pembagian warisan sudah memikirkan jalur sirkulasi

terlebih dahulu. Sehingga dalam

pembagian warisan berupa tanah, pertama-tama yang di perhitungkan jalan / akses. Sehingga pada saat ini

nampak jelas, untuk menuju rumah pak suraji terdapat jalan, meskipun rumah pak suraji nampak menjorok

ke dalam dari jalan desa. Rumah pak suraji bukan merupakan homestay.

4. Pak Sus & Pak Jaka Pak Sus dan Pak Jaka adalah adik berkakak yang dulunya tinggal pada dalam satu rumah, yaitu rumah milik orang tua. Namun akibat dari pembagian warisan rumah, maka rumah terpecah menjadi 2 bagian. Yang sebelah kanan di tinggali oleh Pak Jaka dan keluarga serta yang bagian kiri di tinggali oleh Pak Sus dan keluarga. Meskipun sudah terpecah menjadi 2 bagian namun keutuhan dan keadaan rumah tetap di pertahankan.

LIMASAN & RUMAH KAMPUNG

Kepemilikan rumah saat ini menjadi

2 nama atas nama rumah milik masing-masing yaitu rumah pak sus

dan pak jaka. Meskipun status kepemilikan rumah berbeda namun

pada dasarnya apabila ditinjau lebih

dalam rumah pak sus dan pak jaka tetap menyatu. Terdapat pintu yang

selalu terbuka antara rumah pak sus dan pak jaka.

Menurut mereka, mereka akan tetap mempertahankan apa yang sudah

ada dari dulu yaitu peninggalan dari orang tua.

5. Pak Mugiwiyarto Rumah yang ditinggali oleh Pak Mugiwiyarto merupakan salah satu homestay di desa wisata brayut. Rumah dengan atas kepemilikan Pak Mugiwiyarto dulu nya merupakan satu bagian dengan rumah Pak Murtiyanto. Namun sekarang terbagi menjadi bagi 2 bagian akibat dari sistem ahli waris.

LIMASAN PACUL GOWANG

Sebelum di pecah menjadi 2 bagian, rumah yang dulunya ialah satu dan

kemudian

akibat

dari sistem

pembagian warisan, rumah dengan bentuk limasan pacul gowang di bagi

menjadi 2, sebelah kanan ialah sekarang ini atas kepemilikan alm.Pak Murtiyanto sedangkan yang

sebelah kiri ialah kepemilikan Pak Mugiwiyarto. Meskipun rumah terpecah terbagi

menjadi 2 bagian , namun tetap keutuhan akan bentuk rumah yaitu limasan pacul gowang dari dulu

hingga sekarang tidak berubah. Rumah Pak Mugiwiyarto juga merupakan salah satu homestay di

desa wisata brayut. Selain warisan berupa rumah. Pada kasus pembagian warisan ,Pak

Mugiwiyarto juga mendapatkan warisan lahan kosong dan sekarang digunakan

untuk

kepentingan

bersama warga yaitu sebagai lapangan voli.

B. Tidak ada komitmen

1. Pak Mujiono (Krtua RT 04) Rumah yang tinggali oleh Pak Mujiono merupakan warisan dari mertua

Bapak Mujio. Akibat dari sistem pembagian warisan , maka rumah terbagi menjadi dua bagian yaitu yang sebelah kanan di peruntukan untuk kakak Ibu Kartini, yaitu istri dari Bapak Mujiono dan yang sebelah kiri di peruntukan untuk Ibu Kartini.

RUMAH KAMPUNG

Apabila dilihat secara kasat mata, rumah Ibu Kartini (Istri Pak

Mujiono) dengan rumah kakak ibu kartini merupakan satu atap. Namun

apabila dilihat dari tata ruang, sebebnarnya ruamh tersebut terbagi

menjadi 2 bagian. Karena sistem pembagian warisan

yang kurang atau bahkan belum memikirkan komitmen makan untuk

sirkulasi dan jalan pada area sekitar rumah Pak Mujiono sangat sempit.

Jalan antar rumah hanya bisa dilalui maksimal oleh 2 orang dewasa dan 1

kendaraan beromotor dan untuk jaringan drainase belum ada.

Meskipun rumah mereka berbatasan langsung dengan sungai.

2. Ibu Musrini Pada awalnya rumah Ibu Musrini merupakan warisan dari nenek,

kemudian diwarisakan ke anak dan selanjutnya cucu. Kepemilikan rumah Ibu Musrini ialah kepemilikan atas nama suami ibu musrini. Dulu rumah ibu musrini merupakan satu bagian rumah namun dari sistem pembagian warisan, rumah terbagi 2 bagian dan pada bagian atap nampak terlihat jelas akibat dari sistem pembagian warisan.

LIMASAN PACUL GOWANG

Akibat dari sistem pembagian

warisan yang tidak ada komitmen ke depannya maka terlihat jelas bentuk

asli dari rumah tradisional yaitu bentuk ceret gancet.

Meskipun dari luar tampak terliahat terpecah namun keadaan dalam

bangunan pada rangka atap bangunan tetap memperlihatkan ciri ke khasan

rumah tradisional. Maka dari itu

rumah Ibu Musrini ini merupakan salah satu homestay di desa wisata

brayut.

C. Langsung sebagian di bongkar

1. Pak Brigjen Rumah kosong yang berada pada RT 01 terakhir di huni oleh keluarga Pak

Sunyoto pada tahun 2002. Menurut narasumber yaitu Ibu Bangun Pudya Utami, pertama pembangunan rumah Pak Brigjen ialah dari bambu dan kemudian seiring waktu berubah menjadi bertembok.

Apabila diulas secara mendetail, kepemilikan rumah kosong atas nama Bapak Brigjen Krismanto ternyata ada hubungan keluarga dengan Joglo

2 dan rumah yang di robohkan (kepemilikan atas nama Bapak Bambang Pramuji) Rumah kosong ini merupakan harta warisan dari ayah Pak Brigjen Krismanto yaitu alm. Bapak Prawiro Sumarto. Kondisi rumah sampai sekarang ini ialah rumah kosong tidak dihuni, karena Bapak Brigjen Krismanto sudah menetap di luar desa wisata brayut. Usia rumah yang sudah mencapai lebih dari 100tahun ini terakhir di huni pada tahun 2002. Dan pada akhirnya rumah ini roboh dengan sendirinya Ibu Bangun yang merupakan keponakan dari Bapak Brigjen Krismato yang masih tinggal di desa wisata brayut hanya sekedar membersihkan halaman rumah.

LIMASAN CERET GANCET

2. Depan Pak Jaka Pada awalnya Bapak Kartopiyogo mempunyai anak bernama Sumarman yang tinggal di rumah yang sebagian terbongkar, kemudian setelah itu rumah tersebut beralih warisan oleh Pak Bambang Pamuji yaitu anak dari Bapak Sumarman. Rumah tersebut sempat ditinggali oleh Bapak Sumantoro sementara karena pada saat ini sedang membangun rumah di samping joglo 2. Pak Bambang sendiri hingga saat ini tidak pernah menempati rumahnya, hanya di bongkar dan di ambil kayunya.

LIMASAN CERET GANCET

Bangunan yang hampir bongkar secara keseluruhan , pada awalnya

merupakan rumah dengan bentuk limasan ceret gancet. Dengan usia

rumah yang lebih dari 60 tahun. Rumah tersebut sudah kosong sejak

tahun 85 an. Meskipun pada awalnya sempat

ditinggali oelh keluarga dari Pak Sumantoro yang merupakan saudara

dari bapak Sumarman. Bagian rumah yang di hancurkan

ialah pada bagian atap, karena untuk diambil kayu-kayu yang masih utuh,

sedangkan pada bagian tembok lama kelamaan hancur karena tidak pernah di urus.

D. Langsung rata tanah

1. Samping Lapangan Voli RT 03 Terdapat tanah sengketa akibat sistem pembagian warisan rumah. Menurut hasil wawancara dengan Pak Mujiyono (ketua RT 03) tepat di samping rumah Pak Mujiyono, terdapat kasus yang dulunya merupak sebuah rumah dan kini rata dengan tanah.

TANAH SENGKETA

Sekarang apabila di lihat, hanya terdapat lahan kosong di samping

lapangan voli di RT 03, ternyata lahan kosong tersebut merupakan lahan sengketa karena sistem

pembagian warisan. Dulu, terdapat rumah kakak beradik

sebelum di tetapkan sebagai tanah sengketa.

Menurut Pak Mugiwiyarto (Ketua RT 03, letak rumah bersebelahan

dengan lahan kosong) Karena terdapat permasalahan akan kasus jual beli lahan kepada orang lain.

Maka rumah yang ada di bongkar / diratakan dan di sengketa oleh

pengadilan pada tahun 1995 an, kurang lebih sekitar 20 tahun an

(menurut nara sumber)