Non-rigid Connection to Superstructure Hubungan Tidak K aku Terhadap Bangunan Atas

A.3.4.1 Non-rigid Connection to Superstructure A.3.4.1 Hubungan Tidak K aku Terhadap Bangunan Atas

In this arrangement, the force transmitted between the Pada susunan ini, gaya yang disalurkan antara superstructure and the abutment is either:

bangunan atas dan pangkal adalah salah satu: i.

independent of the relative movement and has a fixed i. tidak tergantung pada gerakan relatip dan value (as in sliding bearings); or

mempunyai nilai tertentu (seperti dalam perletakan geser); atau

ii. dependent on the relative movement, but has an

tergantung pada gerakan relatip, tetapi mempunyai upper limit that is reached at some low value

ii.

batas atas yang dicapai pada suatu nilai rendah of this movement (as in elastomeric bearings

dari gerakan ini (seperti dalam perletakan which slip at large deformations).

elastomer yang menggelincir pada deformasi besar).

The abutment should be designed for the forces shown Pangkal harus direncanakan untuk gaya-gaya yang in Figure A.7 where it should be assumed that the

diberikan dalam Gambar A.7, untuk mana harus

dynamic earth pressure, ' P” G , and the wall inertia, T” I dianggap bahwa tekanan tanah dinamik, ' P” G dan

are in phase, but the earthquake force transmitted inersia tembok, T” I adalah dalam tahap (fase), tetapi from the superstructure, T” L , acts independently.

gaya gempa yang disalurkan dari bangunan atas, T” L , bekeria secara bebas.

Figure A.7 Forces on Abutment Walls Gambar A. 7 Gaya-gaya Tembok Pangkal

Generally, movement of the superstructure away from Umumnya, gerakan bangunan atas yang menjauhi the soil will impose critical loads on the abutment

tanah, akan menimbulkan beban kritikal pada pondasi foundations and movement towards the soil will

pangkal dan gerakan kearah tanah akan impose critical soil pressures on the abutment wall

menimbulkan tekanan tanah kritikal pada tembok (Reference C).

pangkal (Pustaka C).

Most abutments that are not rigidly connected to Sebagian besar pangkal yang tidak kaku dihubungkan the superstructure will be permanently displaced

pada bangunan atas akan mengalami simpangan towards the superstructure during an earthquake. This

permanen terhadap bangunan atas pada suatu movement should be added to the estimated maximum

gempa. Gerakan ini harus ditambahkan pada response displacement of the superstructure to

perkiraan simpangan respons maksimum dari determine the required seismic gap. See clauses

bangunan atas untuk menentukan sela seismik yang

A.3.1.3 and A.3.3.5. diperlukan. Lihat pasal A.3.1.3 dan A.3.3.5.

A.3.4.2 Rigid Connection to Superstructure

A.3.4.2 Hubungan Kaku Terhadap Bangunan Atas

In this arrangement no significant horizontal movement Dalam susunan ini tidak terjadi gerakan horisontal occurs between the superstructure and the abutment,

berarti antara bangunan atas dan pangkal, although the connection may be hinged or moment-

walaupun hubungan dengan sendi atau menahan- resisting.

momen.

In buried structures, such as culverts, in which the Pada struktur didalam tanah, seperti gorong-gorong, depth of fill over the structure is more than half the

padamana tinggi urugan diatas struktur adalah height of the structure, the dynamic earth pressure can

melebihi setengah tinggi struktur, tekanan tanah usually be disregarded (Reference 7). However, for long

dinamik umumnya dapat diabaikan (Pustaka 7). and large buried structures this could lead to unsafe

Bagaimanapun, untuk struktur panjang dan besar, design; these structures should be the subject of special

hal ini dapat mengakibatkan rencana tidak aman, investigation.

struktur demikian harus menjadi pokok untuk penyelidikan khusus.

Where the depth of fill over the structure is less than Bila tinggi urugan diatas struktur adalah kurang dari half its height, two cases should be considered:

setengah tinggi struktur, dua kasus harus dipertimbangkan:

i. Dynamic earth pressures in phase: in this case the

i.

Tekanan tanah dinamik dalam tahap (fase):

dynamic earth pressures at both ends of the Dalam kasus ini tekanan tanah dinamik pada structure, the active earth pressure at one end

kedua ujung struktur, tekanan tanah aktip pada and the inertial forces from the structure are all

satu ujung dan gaya-gaya inersia dari struktur resisted by the backfill atone abutment. The inertial

adalah semua ditahan oleh urugan pada satu force should be calculated using the horizontal

pangkal. Gaya inersia harus dihitung dengan seismic coefficient for lateral earth pressure

menggunakan koefisien seismik horisontal untuk given in clause 2.4.7.4. This case is appropriate

tekanan tanah lateral yang diberikan dalam for bridges founded on rock because movement of

pasal 2.4.7.4. Kasus ini sesuai untuk jembatan the surrounding soil relative to the rock will

pada pondasi batuan karena gerakan relatip dari occur during an earthquake. This case is

tanah sekitar terhadap batuan akan terjadi pada conservative for bridges founded in soft soil

suatu gempa. Kasus ini konservatip untuk because the bridge tends to move with the soil

jembatan pada pondasi tanah lunak karena (Reference C).

jembatan cenderung untuk bergerak bersama dengan tanah (Pustaka C).

ii. Dynamic earth pressure out of phase: in this

ii.

Tekanan tanah dinamik diluar tahap (fase):

case it may be assumed that the structure Dalam kasus ini, boleh dianggap bahwa struktur remains stationary and is subject to at-rest

tetap diam dan hanya memikul tekanan tanah at earth pressure and dynamic earth pressure

rest-diam dan tekanan tanah dinamik. only.

A.4 DETAILED REQUIREMENTS A.4 PERSYARATAN TERPERINCI FOR TYPE A BRIDGES

UNTUK JEMBATAN TIPE A

A.4.1 RESTRICTIONS ON LAYOUT

A.4.1 PEMBATASAN PADA DENAH

In long bridges expansion-contraction joints should be Dalam jembatan panjang, sambungan dilatasikontraksi restricted to a minimum and should be of the type harus dibatasi sampai minimum dan harus berupa tipe shown; i.e deck ends cantilevered and connected by a yang ditunjukan; yaitu ujung-ujung lantai dengan kantilever knock-out link slab (see Figure A.3)

dan dihubungkan dengan elemen tambahan yang terpukul lepas pada gempa (lihat Gambar A.3).

The bridge must be proportioned by the designer so that Jembatan harus didimensi secara proporsional oleh Ahli plastic hinges occur only at the pier column ends and Tehnik Perencana sehingga sendi plastis hanya terjadi not in other uncontrolled places.

pada ujung-ujung kolom pilar dan tidak pada bagian- bagian yang sulit diawasi.

All piers within the structure must have similar Semua pilar dalam struktur harus mempunyai kekakuan lateral stiffness in each of the longitudinal and lateral serupa dalam tiap arah longitudinal dan transverse directions, Where pier lengths and dimensions transversal. Bilamana panjang dan dimensi pilarpilar vary significantly the ductility demand on the shorter of berbeda jauh, keperluan daktilitas pada pilar yang lebih stiffer piers may be much higher than the adjacent piers. pendek atau kaku dapat menjadi lebih besar daripada For this reason such structures, especially where the pilar berdekatan. Dengan alasan ini struktur demikian, pier geometry is unusual (e.g. one short stiff pier and terutama bila geometrik pilar tidak lajim (misalnya satu many longer piers) should be subject to a special study.

pilar pendek kaku dan banyak pilar yang lebih tinggi), harus menjadi pokok studi khusus.

The design rules in this section should only be applied to Persyaratan perencanaan dalam bagian ini hanya bridges which have piers with similar hinging patterns boleh digunakan untuk jembatan yang mempunyai pilar- and where the ratio of the distance between hinges pilar dengan pola sendi serupa dan bila perbandingan divided by the relevant crosssectional dimension for any

jarak antara sendi-sendi terhadap dimensi potongan two piers of the bridge do not differ by more than

melintang relevan untuk setiap dua pilar jembatan tidak the ratio of 2 to 1 (References A and B).

berbeda lebih dari nilai perbandingan dua terhadap satu (Pustaka A dan B).

A.4.2 PERENCANAAN SENDI DALAM STRUCTURAL CONCRETE

A.4.2 DESIGN OF HINGES IN