DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JEN (1)
LAMPIRAN A
PERSYARATAN TAHAN GEMPA
BRIDGE DESIGN CODE
APPENDIX A - DETAILED EARTHQUAKE DESIGN
26 May 1992
APPENDIX A LAMPIRAN A DETAILED EARTHQUAKE PERSYARATAN TAHAN GEMPA DESIGN
A.1 INTRODUCTION
A.1 PENDAHULUAN
A.1.1 SCOPE
A.1.1 RUANG LINGKUP
This Section gives detailed requirements for bridges Bagian ini memberikan penjelasan persyaratan subject to earthquakes. These requirements are in jembatan terhadap gempa. Persyaratan ini melengkapi addition to the other Sections of the Code and shall be bagian-bagian lain dari Tata Cara dan harus dibaca read in conjunction with them.
secara berkaitan satu dengan lainnya. The requirements of this Section represent current Persyaratan dalam Bagian ini mewakili standar
standards of good practice. They are not mandatory, but pelaksanaan yang baik dan berlaku. Syarat-syarat should be followed wherever possible to ensure that a tersebut tidak mutlak, tetapi sedapat mungkin harus bridge has the best chance of survival in the event of a diikuti untuk menjamin bahwa suatu jembatan major earthquake.
mempunyal kemungkinan terbaik untuk selamat dalam kejadian gempa besar.
A.1.2 APPLICATION
A.1.2 PENGGUNAAN
T his Section applies to road bridges in all parts of Bagian ini digunakan untuk Jembatan Jalan Raya di Indonesia, except for special structures.
seluruh wilayah Indonesia, kecuali untuk struktur khusus.
The design of special structures requires the use of Perencanaan struktur khusus menuntut penggunaan analysis techniques that are beyond the scope of this tehnik analisa yang diluar lingkup bagian ini, walaupun Section, although some general guidelines for dynamic telah diberikan beberapa pedoman umum untuk analysis are given. Such techniques should only be analisa dinamik. Tehnik demikian hanya boleh used under the guidance of a Design Engineer with digunakan dibawah pengawasan Ahli Tehnik extensive experience in seismic design of bridges.
Perencana yang cukup berpengalaman dalam perencanaan seismik jembatan.
Special structures are bridges which meet any of the Struktur khusus adalah jembatan yang memenuhi following four sets of conditions:
salah satu dari empat kelompok kondisi berikut:
i. Special Structural Types:
i. Tipe Struktur khusus:
x cable supported bridges;
jembatan yang didukung oleh kabel x arch bridges;
x jembatan lengkung
x bridges using special energy dissipators;
jembatan yang menggunakan perlengkapan khusus untuk menyerap (dissipator) energi.
ii. Bridges with Extreme Geometry:
ii.
Jembatan dengan geometrik khusus:
x bridges with tall piers such that the mass of a pier
jembatan dengan pilar tinggi sedemikian is greater than 20 % of the mass of the portion of
sehingga massa pilar adalah lebih besar dari 20 the superstructure that contributes to the inertia
% massa bagian bangunan atas yang load on the pier;
memberikan beban inersia pada pilar; x
bridges where the stiffness of the piers differs by
jembatan dengan kekakuan pilar-pilar yang more than the amount recommended in Article
berbeda dengan nilai yang dianjurkan dalam A.4.1;
persyaratan Artikel A.4.1; x
bridges with spans greater than 200 m;
jembatan dengan bentang diatas 200 m jembatan dengan bentang diatas 200 m
jembatan dengan kemiringan sudut yang besar; x
bridges with large horizontal curvatures;
jembatan dengan lengkung horisontal yang besar;
x piers in deep water.
x pilar diperairan dalam.
iii. Bridges in Difficult Locations:
iii. Jembatan pada lokasi rumit :
lapangan melintasi atau dekat retakan aktip; x
x sites across or near active faults;
sites on or near potentially unstable slopes;
lapangan pada atau dekat lereng yang potensial tidak stabil;
x liquefiable foundations;
pondasi yang dapat mengalami liquefaction - kehilangan kekuatan tanah;
x very soft foundations.
pondasi pada tanah sangat lunak.
iv. Very Important Bridges: iv. Jembatan sangat panting:
x bridges with a high economic importance due to
jembatan dengan kepentingan segi ekonomi high construction cost or consequences of failure.
karena biaya konstruksi sangat besar atau akibat keruntuhan yang fatal.
A.1.3 ORGANIZATION OF SECTION
A.1.3 SUSUNAN BAGIAN PENJELASAN
This Section consists of guidelines
Bagian ini terdiri dari pedoman dan anjuran recommendations only. Consequently, all necessary persyaratan saja. Sehingga semua penjelasan yang explanation is included in the text and there is no diperlukan telah dicakup didalam uraian dan tidak
and
corresponding section in the Commentary. terdapat artikel yang berkaitan dalam penjelasan ini. References are provided wherever possible. However, Pustaka telah diberikan sebanyak mungkin.
earthquake engineering is a very active research area Bagaimanapun, tehnik gempa adalah suatu bidang and the Design Engineer is advised to seek out the most
penelitian yang aktip dan dianjurkan agar Akhli Tehnik up-to-date information available for the design of Perencana berusaha mencari informasi terbaru yang
complex bridges. tersedia untuk perencanaan jembatan dengan struktur rumit.
This Section is organized as follows: Susunan bagian ini adalah sebagai berikut: Sub-section A.2 sets out the general design Bab A.2 menetapkan langkah perencanaan secara
procedures. Parameters used in seismic analysis of umum. Parameter yang digunakan dalam analisa bridges are defined and the procedures for computing seismik jembatan ditetapkan dan cara perhitungan then are given. The principles of over strength design kemudian diberikan. Dasar-dasar perencanaan are explained. Guidelines are given for dynamic "kekuatan lebih" dijelaskan. Pedoman untuk analisa analysis.
dinamik diberikan.
Sub-section A.3 sets out the general design Bab A.3 menetapkan persyaratan perencanaan requirements for siesmic restraints and connectivity for a secara umum untuk penahan gempa dan bridge. Methods are given for computation of dynamic hubungannya untuk suatu jembatan. Cara-cara loads on retaining walls and abutments.
diberikan untuk perhitungan beban dinamik pada tembok penahan dan pangkal jembatan.
Sub-section A.4 sets out the detailed requirements Bab A.4 menetapkan persyaratan terperinci untuk for fully ductile monolithic bridges (Type A). This covers jembatan monolitik dengan daktilitas penuh (Tipe A). design of concrete and steel hinge regions and the Ini mencakup perencanaan daerah sendi plastis pada overstrength requirements for the members linking beton dan baja, dan persyaratan "kekuatan lebih" plastic hinges.
untuk bagian-bagian penghubung sendi-sendi plastis. Sub-section A.5 sets out the detailed requirements Bab A.5 menetapkan persyaratan terperinci untuk
for fully ductile articulated bridges (Type B). Specific jembatan tipe bangunan atas dan bawah terpisah (Tipe recommendations are given for the detailing
B) dengan daktilitas penuh.
Persyaratan Persyaratan
elemen-elemen jembatan dan untuk mengadakan kesatuan struktural pada hubungan/sambungan.
Sub-section A.6 sets out the detailed requirements Bab A.6 menetapkan persyaratan terperinci untuk for non-ductile bridges (Type C).
jembatan tidak daktail (Tipe C). Subsection A.7 sets out guidelines for assessing the Bab A.7 menetapkan pedoman untuk pendekatan
liquefaction potential of loose sandy soils. Two methods potensial liquefaction, pada tanah pasir lepas. are given, both based on empirical studies.
Diberikan dua cara, keduanya berdasarkan penelitian empirik.
Sub-section A.8 provides information on mechanical devices that can modify the siesmic response of a Bab A.8 memberikan keterangan untuk perlengkapan bridge. This Sub-section is informative only and is not mekanikal yang dapat mememperbaiki respons sufficient by itself for the selection and design of such seismik jembatan. Bab ini hanya bersifat informatif dan devices.
tidak mencukupi dalam pemilihan dan perencanaan perlengkapan tersebut.
A.1.4 GLOSSARY
A.1.4 ISTILAH
Design Bending Strength is the Nominal Bending Kekuatan Lentur Rencana adalah kekuatan lentur Strength of a member factored by the appropriate nominal dari suatu komponen yang diberi factor sesuai Strength Reduction Factor from Section 6 or 7.
Faktor Reduksi kekuatan dari Bagian 6 atau 7. Ductility is the ratio of the maximum plastic
Daktilitas adalah perbandingan antara simpangan displacement of a member (or structure) to the plastis maksimum dari suatu komponen (atau struktur)
displacement at first yield. Ductility is usually restricted dengan simpangan pada pelelehan pertama. Daktilitas by the requirement that it remain constant over several umumnya dibatasi oleh persyaratan bahwa dapat cycles of loading.
bertahan pada beberapa pembebanan berulang. Ductility demand is the ductility needed by a structure Persyaratan Daktilitas adalah daktilitas yang
to resist the design earthquake loading combination. diperlukan oleh suatu struktur untuk menahan kombinasi pembebanan Gempa Rencana.
Nominal Bending Strength is the ultimate nominal Kekuatan Lentur Nominal adalah kekuatan lentur bending strength of a member computed in accordance nominal ultimate-putus dari suatu komponen yang with Section 6 or 7.
diperhitungkan sesuai Bagian 6 atau 7. Overstrength is the Nominal Bending Strength factored Kekuatan lebih adalah Kekuatan Lentur Nominal yang
by the Overstrength Factor. diberi faktor sesuai faktor kekuatan lebih (overstrength).
Overstrength Factor is the ratio of the probable Faktor Kekuatan Lebih adalah perbandingan antara maximum bending strength of a member to its Nominal kekuatan lentur maksimum mungkin dari suatu Bending Strength.
komponen dengan kekuatan lentur nominalnya.
A.1.5 SYMBOLS
A.1.5 NOTASI
A g gross cross-section area of a reinforced concrete A g 2 luas penampang bruto dari kolom beton bertulang 2 column (m ), see clause A.4.2.3
(m ), lihat pasal A.4.2.3.
A c area of the core of a spirally reinforced concrete A c luas inti dari kolom beton bertulang spiral (m 2 2 ), column (m ), see clause A.4.2.3
lihat pasal A.4.2.3.
A s gross cross section area of a steel section (mm'), A s luas penampang bruto dari penampang baja see clause A.4.3.3
(mm'), lihat pasal A.4.3.3.
sh
total area of confining reinforcement (mm'), see A sh jumlah luas tulangan pengikat (mm ), lihat pasal clause A.4.2.3
A.4.2.3.
A w area of the web of a steel section (mm2), see A w luas badan dari penampang baja (mm'), lihat clause A.4.3.3
pasal A.4.3.3.
C N factor for normalising standard penetration C N faktor untuk normalisasi ketahanan penetrasi resistance defined in clause A.7.2.1
standar ditentukan dalam pasal A.7.2.1.
C u undrained cohesion of a soil (kPa)
C u kohesi undrained tanah (kPa)
D 50 grain size corresponding to 50 % fraction by weight
D 50 ukuran butir sehubungan fraksi 50 % berat tanah of a soil (mm), see clause A.7.2.2
(mm), lihat pasal A.7.2.2.
d diameter of a reinforcing bar (mm)
d diameter batang tulangan (mm)
d f depth to fixity (m) defined in Article A.2.4
d f kedalaman jepit (m) ditentukan dalam artikel
A.2.4.
d o minimum overlap between the end of a girder and d o sambungan lebih (overlap) minimal antara ujung the edge of a support (m) defined in clause A.3.1.3
gelagar dan tepi perletakan (m) ditentukan dalam pasal A.3.1.3.
d s depth to sand layer (m), see clauses A.7.2.1 and d s kedalaman lapis pasir (m), lihat pasal A.7.2.1 dan
A.7.2.2
A.7.2.2.
d w depth to water table (m), see clause A.7.2.1
d w kedalaman muka air (m), lihat pasal A.7.2.1. E
E modulus of elasticity (MPa)
E Modulus Elastisitas
F L liquefaction resistance factor defined in clause F L Faktor ketahanan kekuatan pasir (liquefaction)
A.7.2.2 ditentukan dalam pasal A.7.2.2.
f a fraction of the design earthquake acceleration f a fraksi percepatan gempa rencana ditentukan defined in clause A.3.3.5
dalam pasal A.3.3.5. f’ c characteristic concrete cylinder strength at 28 days f’ c kekuatan karakteristik beton silinder pada 28 hari
(MPa)
(MPa)
f y characteristic steel yield strength (MPa)
kekuatan karakteristik leleh baja (MPa)
f yh yield strength of binding reinforcement (MPa), see f yh kekuatan leleh dari tulangan pengikat (MPa), lihat clause A.4.2.3
pasal A.4.2.3.
g acceleration due to gravity = 9.80 mV
g percepatan gravitasi = 9.80 m/detik
H height of retaining wall or abutment (m)
H tinggi tembok penahan atau pangkal jembatan (m)
hc dimension of concrete core to outside of hc dimensi inti beton terhadap tepi luar dari tulangan rectangular hoop reinforcement (mm), see clause
sengkang persegi (mm), lihat pasal A.4.2.3
A.4.2.3
I second moment of area of a section (elastic)
I Momen kedua dari luas penampang (elastis) K h coefficient of horizontal seismic loading (ref. K h Koefisien pembebanan seismik horisontal (lihat
Section 2)
Bagian 2)
K R strength reduction factor (ref. Sections 6 and 7) K R faktor Reduksi Kekuatan (lihat Bagian 6 atau 7) K° overstrength factor defined in clause A.2.5.3
K° faktor kekuatan lebih (overstrength) ditentukan
dalam pasal A.2.5.3.
K coefficient of active earth pressure a K a Koefisien tekanan tanah aktip K coefficient of active earth pressure a K a Koefisien tekanan tanah aktip
dalam pasal A.3.3.4
L length of a column (m)
panjang kolom (m)
M nominal bending strength of a member (kN m)
kekuatan lentur nominal dari suatu komponen (kNm)
MM modified Mercalli earthquake intensity, see clause MM Intensitas gempa Modified Mercalli, lihat pasal
A.7.2.1
A.7.2.1
M” design bending strength of a member (kN m), see M” kekuatan lentur Rencana dari suatu komponen clause A.2.5.2
(KNm), lihat pasal A.2.5.2. M° overstrength bending strength of a member (kN m)
M° kekuatan lentur lebih dari suatu komponen (kNm), defined in clause A.2.5.3
ditentukan dalam pasal A.2.5.3 N
standard penetration resistance (number of blows
ketahanan penetrasi standar - SPT (jumlah per 300 mm)
pukulan tiap 300 mm)
N1 normalised standard penetration resistance, see N1 ketahanan penetrasi standar yang dinormalisasi, clause A.7.2.1
lihat pasal A.7.2.1
NM function of earthquake shaking intensity defined in NM fungsi intensitas goncangan gempa ditentukan clause A.7.2.1
dalam pasal A.7.2.1.
NC limit of standard penetration resistence NC batas ketahanan penetrasi standar sehubungan corresponding to onset of liquefaction defined in
kehilangan kekuatan pasir clause A.7.2.1
terjadinya
(liquefaction) ditentukan dalam pasal A.7.2.1
P a axial load in a column at the overstrength condition P a beban aksial dalam kolom pada keadaan (kN), see clause A.4.3.3
kekuatan lebih (kN), lihat pasal A.4.3.3 RD a factor defined in clause A.7.2.2
RD faktor yang ditentukan dalam pasal A.7.2.1 RL resistance of soil elements to dynamic loading RL ketahanan elemen tanah terhadap
defined in clause A.7.2.2 pembebanandinamik ditentukan dalam pasal
A.7.2.2
r radius of gyration of a column section (m)
jari-jari girasi dari penampang kolom (m)
r c cyclic shear stress ratio defined in clause A.7.2.2 r c perbandingan tegangan geser berulang ditentukan dalam pasal A.7.2.2
r d stress reduction factor defined in clause A.7.2.2 r d faktor Reduksi tegangan ditentukan dalam pasal
A.7.2.2
S span length (m)
panjang bentang (m)
s centre to centre spacing of hoop and tie sets (mm), see clause A.4.2.3
s h jarak pusat ke pusat dari susunan tulangan melingkar dan pengikat, (mm), lihat pasal A.4.2.3
T period of the fundamental frequency of vibration of
periode-waktu getar dari frekuensi fundamental the structure in bending (sec)
alami struktur dalam lentur (detik).
T l horizontal earthquake force on an abutment due to T l gaya gempa horisontal pada pangkal jembatan its own inertia (kN), see clause A.3.4.1
akibat inersia sendiri (kN), lihat pasal A.3.4.1
T horizontal earthquake force on an abutment due to L T L gaya gempa horisontal pada pangkal jembatan the inertia of the superstructure (kN), see clause
akibat inersia bangunan atas (kN), lihat pasal
A.3.4.1
A.3.4.1 A.3.4.1
w shear induced by overstrength plastic hinging V w
sendi plastis (kN), lihat pasal A.4.3.3 w s
unit weight of soil (Mn) a
slope of backfill
satuan berat isi tanah (kN/m3)
D back slope of a wall
D sudut kemiringan tanah urug
E black slope of wall
E sudut kemiringan bagian belakang tembok
' h maximum estimated seismic deflection of the ' h perkiraan lendutan seismik maksimum dari
centre of mass of a structure (mm), see clauses pusat massa suatu struktur (mm), lihat pasal
A.2.10.2 and A.3.3.5
A.2.10.2 dan A.3.3.5
' E deflection of a member or structure at limit of l ' E lendutan suatu komponen atau struktur pada
elastic response (first yield) (mm), see Article batas respons elastis (pelelehan pertama)
A.2.6
(mm), lihat artikel A.2.6
' P available plastic deflection of a member or ' P lendutan plastis yang tersedia pada suatu
structure beyond the elastic limit (mm), see komponen atau struktur dibawah batas elastis Article A.2.6
(mm), lihat artikel A.2.6 ' P g design dynamic earth pressure (kPa) defined in ' P g tekanan tanah dinamik Rencana (kPa)
clause A.3.3.4 ditentukan dalam pasal A.3.3.4
' P gG koefisien tambahan pada tekanan tanah
P gG incremental coefficient of dynamic earth
pressure (kPa) defined in clause A.3.3.4 dinamik (kPa) ditentukan pasal A.3.3.4
G ’ sudut geser Rencana dari tanah/tembok T
G ’ design angle of soil/wall friction
T koefisien gempa yang digunakan untuk tekanan
earthquake coefficient used for dynamic earth
pressure defined in clause A.3.3.4 tanah dinamik ditentukan dalam pasal A.3.3.4
V o total overburden pressure on a sand layer V o jumlah tekanan diatas suatu lapis pasir (kPa),
(kPa), see clause A.7.2.2
lihat pasal A.7.2.2
V o jumlah tekanan efektip diatas suatu lapis pasir
effective overburden pressure on a sand layer
(kPa), See clause A.7.2.2 (kPa, lihat pasePA.7.2.2)
W tegangan geser berulang (kPa)
cyclic shear stress (kPa)
I sudut geser tanah rencana P member or overall structure ductility defined in P daktilitas komponen atau keseluruhan struktur
design angle of soil friction
Article A.2.6 ditentukan dalam Artikel A.2.6.
A.2 DESIGN PROCEDURE
A.2 CARA PERENCANAAN
A.2.1 GENERAL
A.2.1 UMUM
Earthquake design id a compromise between the need Perencanaan tahan gempa adalah suatu kesepakatan for bridged to survive earthquakes and the high cost of antara keperluan agar jembatan selamat pada gempa providing the required strength. The design levels dan biaya tinggi untuk mengadakan kekuatan yang chosen for earthquake loads in this Code are such a disyaratkan. Tingkat perencanaan yang dipilih untuk compromise. These loads represent an earthquake beban gempa dalam Tata Cara ini mencerminkan level which id likely to be exceeded a few timed during kesepakatan tersebut. Beban-beban ini mewakili suatu the life of a bridge, do that the probability of damage to tingkat gempa yang akan dapat dilampaui beberapa the bridge id significant. However, if the bridge id kali selama umur jembatan, sehingga kemungkinan detailed carefully the damage will be limited in extent kerusakan jembatan menjadi penting. Bagaimanapun, and repairs will be relatively easy and inexpensive.
bila jembatan dilaksanakan dengan detail cukup baik, luas kerusakan akan dapat dibatasi dan perbaikan akan menjadi relatip mudah dan murah.
The design procedures specified in this Sub-section Tahap cara perencanaan yang dispesifikasi dalam Bab endure that earthquake damage will be limited to ini, menjamin bahwa kerusakan akibat gempa akan predetermined locations. It id important to understand dibatasi pada lokasi-lokasi tertentu. Penting untuk that these procedures involve the computation of a diadakan pengertian bahwa tahap-tahap tersebut member's maximum likely strength ad well ad its mencakup perhitungan kekuatan maksimum komponen minimum likely strength. When a plastic hinge forms
dan juga kekuatan minimumnya yang diharapkan. in a member, the sections of the member remote from Bila terjadi pembentukan sendi plastis dalam suatu the hinging zone must be strong enough to withstand komponen, bagian komponen yang berada diluar the forced generated if the plastic bending moment id daerah sendi plastis harus cukup kuat untuk menahan bigger than expected. Otherwise, during an
gaya-gaya yang dihasilkan bila momen lentur pladtid earthquake larger than the design earthquake, the adalah lebih bedar dari yang diharapkan. Bila tidak, member may fail catastrophically in shear instead of maka pada suatu gempa lebih besar dari gempa forming predictable hinged. (Reference C)
rencana, komponen tersebut dapat runtuh fatal akibat geser karena tidak terbentuknya sendi-sendi yang diharapkann (Pustaka C).
A.2.2 ASSUMPTIONS
A.2.2 ANGGAPAN ANGGAPAN
i. It id assumed that the behaviour of the structure
Dianggap bahwa perilaku struktur pada under the design
i.
kombinasi pembebanan gempa rencana dapat combinations can be approximated by an elastic
earthquake
loading
diperkirakan berdasarkan analisa elastis. analysis. The elastic stiffness of structural
Kekakuan elastis dari komponen beton concrete members should, therefore, be based
struktural, dengan demikian harusd berdasarkan on the cracked section moment of inertia
momen inersia penampang retak yang computed ad follows (Reference C):
diperhitungkan sebagai berikut (Pustaka C). x
untuk komponen yang akan membentuk hinged, use the El value corresponding to first
for members intended to form plastic
sendi plastis, gunakan nilai El seduai dengan yield of the reinforcement;
pelelehan pertama dari tulangan. x
untuk komponen yang akan tetap use the average of the uncracked section El
for members intended to remain elastic,
elastis, gunakan rata-rata dari nilai El untuk and the value calculated in the previous
penampang utuh dan nilai perhitungan dalam paragraph for first yield.
butir sebelumnya untuk pelelehan pertama. ii.
Persyaratan daktilitas untuk seluruh struktur under
The ductility demand for the overall structure
ii.
pada kombinasi pembebanan gempa rencana, combinations does not exceed six;
the design earthquake
loading
tidak melebihi nilai enam.
iii. The subsurface conditions at the site are
iii. Kondisi tanah di lapangan telah cukup adequately taken into account in the selection
diperhitungkan dengan pemilihan koefisien of the earthquake response coefficient in
respons gempa dari Bagian 2. Section 2.
2.3 PROCEDURE
A.2.3 TAHAPAN
For ductile and partially ductile structures, in which a Untuk struktur daktail dan daktail parsial, padamana plastic hinging mechanism is likely to develop, the design
mekanisme sendi plastis dapat berkembang, cara procedure should comprise two stages (based on
perencanaan harus terdiri dari 2 tahap (berdasarkan reference C):
Pustaka C):
i. Design plastic hinge sections to have the minimum
Rencana penampang sendi plastis sehingga required flexural strengths:
i.
mempunyai kekuatan lentur minimum yang diperlukan:
(a) decide structural form and choose desired (a) tentukan bentuk struktur dan pilih lokasi locations of plastic hinges to allow a plastic
sendi plastis yang diinginkan untuk mechanism to develop;
mengijinkan perkembangan mekanisme plastis.
(b) carry out an elastic analysis under the (b) laksanakan suatu analisa elastis pada various earthquake
berbagai kombinasi pembebanan gempa specified in Section 2;
loading
combinations
yang dispesifikasi dalam Bagian 2. (c)
determine the minimum bending strengths (c) tentukan kekuatan lentur minimum yang required for plastic hinges. Design these sections
diperlukan untuk sendi plastis. Rencanakan to have sufficient Design Bending Strength.
penampang tersebut untuk mempunyai kekuatan lentur rencana yang cukup.
ii. Design all sections other than the plastic hinges
Rencanakan semua penampang selain sendi for shear and bending. Design plastic hinges for
ii.
plastis terhadap geser dan lentur. Rencanakan shear:
sendi plastis terhadap geser: (a) compute overstrength bending strength of
hitung kekuatan lentur lebih dari sendi the plastic hinges designed in accordance with (I)
(a)
plastis yang - direncanakan sesuai butir (I) diatas. above;
(b) analyze structure assuming that all plastic
analisa struktur dengan anggapan bahwa hinges have developed their overstrength bending
(b)
semua sendi plastis telah mengembangkan strengths;
kekuatan lentur lebih.
(c) determine shear and bending strengths
tentukan kekuatan geser dan lentur yang required for all sections other than the plastic
(c)
diperlukan untuk semua penampang selain sendi hinges, and design sections accordingly;
plastis, dan rencanakan penampangpenampang tersebut.
(d) design plastic hinges for shear. (d) rencanakan sendi plastis terhadap geser.
In partially ductile structures, the hinging zones should Pada struktur daktail parsial, daerah sendi harus
be designed as for fully ductile structures. In addition, direncanakan sebagai struktur daktail penuh. Sebagai those earthquake-resisting elements that are designed to
tambahan, komponen penahan gempa tersebut yang remain ductile should be designed for the forces
direncanakan tetap daktail, harus direncanakan produced by a total deformation equal to the appropriate
terhadap gaya-gaya yang dihasilkan oleh deformasi total horizontal limit displacement given in Article A.2.10.
yang sama dengan batas simpangan horizontal sesuai Artikel A.2.10.
Some structures use methods other than plastic hinges Berbagai struktur menggunakan cara-cara selain sendi for absorbing the energy generated by earthquake
plastis untuk menyerap energy yang dihasilkan oleh motions. For these structures, the design procedure
gerakan gempa. Untuk struktur tersebut, cara should be as follows:
perencanaan harus sebagai berikut: (a) determine the forces generated by the. energy (a) tentukan gaya-gaya
yang dihasilkan oleh absorbing dampers using the earthquake loading
perlengkapan peredam energi dengan menggunakan combinations specified in Section 2;
kombinasi pembebanan gempa yang dispesifikasi dalam Bagian 2.
(b) design the connections to these dampers, and (b) rencanakan hubungan-hubungandengan peredam associated members, to have a strength
tersebut, dan komponen yang tersebut, dan komponen yang
gaya-gaya yang dihasilkan. in clause A.2.5.3 be used unless the Design
melebihi
Dianjurkan agar faktor kekuatan lebih yang Engineer determines otherwise.
diberikan dalam pasal A.2.5.3. digunakan, kecuali ada ketentuan lain dari Akhli Tehnik Perencana.
For non-ductile structures, no increase in force is Untuk struktur tidak daktail, tidak diperlukan necessary beyond the initial elastic analysis.
peningkatan gaya dalam analisa elastis permulaan.
A.2.4 DEPTH TO FIXITY
A .2.4
KEDALAMAN JEPIT
(References A and D)
(Pustaka A dan D)
Kedalaman jepit, d f ditentukan sebagai kedalaman below the ground surface, to the level at which the dibawah permukaan tanah, sampai kedalaman structure is unable to move independently from the padamana struktur tidak dapat bergerak bebas soil. It is not necessary to apply seismic forces to the terhadap tanah. Tidak perlu untuk mengadakan gaya structure or foundation material below this depth. seismik pada struktur atau bahan pondasi dibawah
The depth to fixity, d f ,, is defined as the depth,
Some typical examples of d f are shown in Figure A.
kedalaman tersebut. Berbagai contoh tipikal untk d f
diberikan dalam Gambar A.1.
Weak soils near the surface shall not contribute to Tanah lunak dekat permukaan tidak diperhitungkan the earthquake resistance of the foundations. The dalam ketahanan gempa pada pondasi. Kedalaman depth to fixity shall be measured to the lower jepit harus diukur sampai batas lebih bawah dari boundary of these soils defined as follows:
tanah tersebut, ditentukan sebagai berikut: i.
Sandy soils vulnerable to liquefaction:
i.
tanah kepasiran yang peka terhadap
liquefaction:
- values of d f are given in Table A.1. Where - nilai d, diberikan dalam Tabel A.1. Bila faktor the liquefaction resistance factor of the sand is
ketahanan liquefaction dari pasir telah determined in accordance with clause A.7.2.2,
ditentukan sesuai pasal A.7.2.2., kekuatan its computed design strength shall be further
rencana yang dihitung harus direduksi lagi seperti reduced, as given in Table A.1. (Reference D)
dalam Tabel A.1. (Pustaka D). ii.
tanah kohesif sangat lunak: (d f ) max =3m - these comprise clays or silts with an unconfined
Extremely soft cohesive soils: (d f ) max =3m
ii.
- ini terdiri dari lempung atau silt dengan compressive strength less than 20 kPa
kekuatan tekan *unconfined" lebih kecil dari 20 (undrained cohesion, c u less than 10 kPa).
kPa (kohesi undrained, c u lebih kecil dari 1 OkPa). Although the strength of these soils is disregarded in Walaupun kekuatan tanah tersebut diabaikan dalam
earthquake calculations, their surcharge effects shall perhitungan tahan gempa, pengaruh berat tanah
be taken into account when computing the loads on tersebut harus diperhitungkan bila menghitung the foundations.
beban-beban pada pondasi.
A.2.5 MEMBER STRENGTH
A.2.5 KEKUATAN KOMPONEN
A.2.5.1 Nominal Strength
A.2.5.1 Kekuatan Nominal
The member Nominal Ultimate Strength in bending, Kekuatan nominal ultimate - putus komponen dalam M, shall be computed using the relevant Limit State lentur, M, harus dihitung dengan menggunakan provisions of Sections 6 and 7.
ketentuan keadaan batas yang relevan dari Bagian 6 dan 7.
No tes:
Ca tatan:
(1) Th ickness is measured from the ground surface, even if sand is overlain
teba l diukur terhadap permukaan tanah. biarpun pasir dilapisi oleh by a thin layer of other material.
suatu lapis tipis dari bahan lain.
(2) The dynamic reduction factor is applied to the design strength of the sand
faktor reduksi dinamik digunakan pada kekustan rencana pasir yang computed in accordance with Section 4. This factor is intended to be an
dihitung sesuai dengan Bagian 4. Faktor ini diharapkan sebagai suatu additional Strength Reduction Factor to account for the loss in strength
reduksi kekustan lebih yang memperhitungkan kehilangan kekustan liquefaction) under dynamic loads.
(liquefaction) pada beban dinamik.
Figure A. 1 Depth to Fixity Gambar A.1
Kedalaman Jepi t
A .2.5.2 Design Strength
A .2.5.2 Kekuatan Rencana
The resistance of the bridge to earthquake forces shall K etahana nj embatan terhadap ga ya-gaya gempa harus
be determined using the Design Ultimate Bending ditentukan dengan menggunakan kekuatan lentur Strengths of the members, M', given by :
ultimate - runtuh rencana dari komponenkomponen, M', diberikan oleh:
M’ = K R M
M’ = design b en di ng strength of the member;
M' = kek uat an lentur rencana dari komponen K
he ap pr opr i ate Strength Reduction Factor given in Section 6 or 7;
K R = faktor reduksi kekuatan yang sesuai, diberikan dalam Bagian 6 dan 7 M
= the n omi na l bending strength of the member.
= kek uat an lentur nominal dari komponen
A.2.5.3 Overstrength
A.2.5.3 Kekuatan Lebih
The probable maximum value of the bending strength at Nilai maksimum mungkin dari kekuatan lentur pada sendi
a plastic hinge in a member is given by: plastis dalam suatu komponen diberikan oleh:
M’ = K o M
M° = the bending overstrength of the member; M° = k ek uat an l e n t ur d ar i k om po ne n; K° = the Overstrength Factor
K° = faktor kekuatan lebih
1.25 for steel and structural concrete members = 1.25 untuk baja dan komponen struktural (References B, C, 7).
bet on (Pustaka B,C,7).
A.2.6 STRUCTURE DUCTILITY
A.2.6 DAKTILITAS STRUKTUR
(References B, C and E)
(Pustaka B,C, dan E)
The ductility, P , of a member or a structure is a Daktilitas, P , dari suatu komponen atau struktur measure of its ability to continue absorbing energy of adalah ukuran kemampuan untuk melanjutkan
deformation after it has reached its elastic limit, and is penyerapan energi akibat deformasi setelah mencapai computed as follows:
batas elastis, dan dihitung sebagai berikut:
' E = displacement of the member or structure at the ' E = simpangan komponen atau struktur pada batas
limit of its elastic range, ie. at first yield; daerah elastis, yaitu pada pelelehan pertama
' p= additional plastic displacement of the member ' p= simpangan plastis tambahan dari komponen
or structure after reaching its elastic limit. atau struktur setelah mencapai batas elastis This is shown diagrammatically in Figure A.2
Hal ini dijelaskan dalam diagram Gambar A.2. Properly detailed reinforced concrete members and steel Komponen beton bertulang dengan detail tepat dan
members comprising compact sections, normally have komponen baja yang terdiri dari penampang kompak,
a ductility, p, of at least 8. The ductility of prestressed umumnya mempunyai suatu daktilitas, p, sebesar paling concrete members is still under investigation, but it sedikit 8. Daktilitas dari komponen beton pratekan can be assumed that partially prestressed members sedang dalam penelitian, tetapi dapat dianggap bahwa with fully bonded tendons will also have a ductility of
komponen pratekan parsial dengan tendon terikat bonded
8. The use of full prestressing and unbonded tendons in penuh akan juga mempunyai daktilitas sebesar 8. members likely to form plastic hinges is not
Penggunaan pratekan penuh dan tendon tidak terikat - recommended
unbonded dalam
( Reference C)
The overall ductility, P , of a structure should be limited to six to allow for uncertainties in the
structural relationship and to avoid damage under frequent minor earthquakes.
For the purpose of design, structures are classified as fully ductile, partially ductile or non-ductile:
Fully ductile structures are those which can form a plastic mechanism to absorb the energy generated by earthquake motions. They can continue to deform after development of this mechanism without significant increase in applied horizontal force. To be effective, this relationship must be reversible and must be sustained over several loading cycles. Type A bridges (see Section 1) are fully ductile structures.
Partially ductile structures also form plastic hinges, but they contain elements (rubber bearings, piers without hinges, etc) which remain elastic. In these structures, the applied horizontal load continues to increase with increasing deformation. Type B bridges (see Section 1) are, in general, partially ductile structures.
Non-ductile structures do not yield during earthquake motions but remain elastic up to failure. Type C bridges (see Section 1) are non-ductile structures.
komponen yang dapat membentuk sendi-sendi plastis, tidak dianjurkan (Pustaka C).
Daktilitas keseluruhan, P , dari suatu struktur harus dibatasi sampai enam untuk mengijinkan ketidak
pastian dalam hubungan struktural dan untuk mencegah kerusakan pada gempa kecil yang sering terjadi.
Untuk maksud perencanaan, struktur diklasifikasi sebagai daktail penuh, daktail parsial atau tidak daktail:
Struktur daktail penuh adalah yang dapat membentuk mekanisme plastis untuk menyerap energi yang dihasilkan gerakan gempa. Struktur tersebut dapat terus mengalami deformasi setelah mekanisme tersebut berkembang, tanpa peningkatan berarti dalam gaya horisontal yang bekerja. Untuk efektivitas, deformasi tersebut harus dapat kembali ke kondisi asli dan harus dapat bertahan pada beberapa pembebanan ulang. Jembatan Tipe A (lihat Bagian 1) adalah struktur daktail penuh.
Struktur daktail parsial juga membentuk sendi-sendi plastis, tetapi mengandung elemen (perletakan karet, pilar tanpa sendi, dan lain-lain) yang tetap elastis. Pada struktur ini, beban horisontal yang bekerja akan terus meningkat dengan bertambahnya deformasi. Jembatan tipe B (lihat Bagian 1) adalah umumnya struktur daktail parsial.
Struktur tidak daktail, tidak mengalami leleh selama gerakan gempa tetapi tetap elastis sampai terjadi keruntuhan. Jembatan tipe C (lihat Bagian 1) adalah struktur tidak daktail.
A.2.7 VERTICAL SEISMIC MOTIONS
A.2.7 GERAKAN SEISMIK VERTIKAL
Apart from the special provisions for design of bearings Terpisah dari persyaratan khusus untuk perencanaan and cantilevers given in Section 2, it is normally only perletakan dan Kantilever dalam Bagian 2, umumnya necessary to consider the effects of vertical earthquake hanya perlu dipertimbangkan pengaruh gerakan gempa motions for prestressed concrete superstructures. In vertikal pada bangunan atas beton pratekan. Dalam prestressed concrete the main purpose of the
beton pratekan, maksud utama dari pratekan adalah prestressing is to balance the gravity loads. If these loads untuk mengimbangi beban-beban gravitasi. Bila beban- are reduced during an earthquake unforeseen damage beban tersebut berkurang selama gempa, maka dapat may occur to the structure.
terjadi kerusakan tak terduga dalam struktur. In this case it is recommended that the structure be Dalam hal ini dianjurkan bahwa struktur diperiksa
investigated for an upwards acceleration of 0.1 g, an terhadap suatu percepatan keatas sebesar 0.1 g ,
suatu pengurangan efektip terhadap beban-beban (Reference C, 7).
effective reduction of gravity loads by 10 %
gravitasi sebesar 10% (Pustaka C, 7).
A.2.8 DIRECTION OF LOADING
A.2.8 ARAH PEMBEBANAN
It is normally sufficient to consider earthquake effects Umumnya cukup untuk mempertimbangkan pengaruh in the two principle directions of the bridge, gempa dalam dua arah utama dari jembatan, longitudinal longitudinally and transversely, and to assume that the dan transversal, dan untuk menganggap bahwa gaya- earthquake forces only act in one direction at a time. gaya gempa hanya bekerja dalam 1 arah setiap kali. However, structural design must be based on the Bagaimanapun, perencanaan
struktural harus occurrence of the worst possible effect and other berdasarkan kejadian pengaruh paling buruk dan possibilities should also be considered. The following kemungkinan lain harus dipertimbangkan juga. Contoh- examples from Reference C illustrate this point:
contoh berikut dari Pustaka C menggambarkan hal ini: i.
A group of four foundation cylinders arranged in
i.
Kelompok dari empat silinder pondasi yang
a square pattern is most sensitive to horizontal dirancang dalam suatu pola persegi penuh, loading along a diagonal rather than a major axis;
adalah paling peka terhadap pembebanan horisontal dalam arah diagonal daripada arah sumbu utama.
ii.
Suatu gigi penahan geser antara bangunan atas is designed to resist transverse forces while
A shear key between the superstructure and a pier
ii.
dan pilar direncanakan untuk menahan gaya-gaya allowing longitudinal sliding. The friction on the
transversal sambil mengijinkan pergeseran sliding surface, generated by transverse earthquake
longitudinal. Gesekan pada permukaan geser loading, may cause a large eccentric force that
yang dihasilkan oleh pembebanan gempa loads the pier in torsion.
transversal, dapat mengakibatkan gaya eksentris yang besar, yang membebani pilar dalam puntir.
A .2.9 DYNAMIC ANALYSIS
A.2.9 ANALISA DINAMIK
(References C and D)
(Pustaka C dan D)
A.2.9.1 General
A.2.9.1 Umum
Although techniques are now available for computing for Walaupun sekarang tersedia teknik untuk menghitung any bridge structure and foundation soil model, the
tiap struktur jembatan dan model tanah pondasi, computation of an accurate solution depends on the
perhitungan dengan hasil tepat tergantung pada accuracy of the basic input parameters. At the present
ketepatan masukan parameter dasar. Pada waktu ini time it appears that, for given design effort, greater
menampil bahwa, untuk suatu usaha perencanaan, lebih benefits can be achieved by devoting attention to
banyak keuntungan dapat dicapai d e n g a n refinements in both structural form and detailing of the
m e n c u r a h k a n perhatian pada penyempurnaan members resisting the earthquake forces than by
bentuk struktural dan detail komponen yang menahan attempting to refine the analysis. It is therefore
gaya-gaya gempa, dibanding usaha untuk recommended that dynamic analysis should not be used
penyempurnaan analisa. Dengan demikian dianjurkan for the majority of bridges where the dynamic
agar analisa dinamik sebaiknya tidak digunakan untuk behaviour can be satisfactorily predicted by simple
sebagian besar jembatan, untuk mana perilaku dinamik analysis
dapat
(Preference C). diprediksi dengan baik melalui analisa sederhana (Pustaka C).
Article A.2.9 gives recommendations for dynamic Artikel A.2.9 memberi persyaratan analisa dinamik analysis of bridges classed as special structures in
jembatan yang diklasifikasi sebagai struktur khusus accordance with Article A.1.2. It is emphasised that
sesuai dengan Artikel A.1.2. Perlu ditekankan bahwa dynamic analysis is a specialised technique that
analisa dinamik adalah suatu teknik keakhlian yang requires expertise to carry out and experience to menuntut pengetahuan mendalam
untuk interpret. It should only be done under the guidance of
melaksanakan dan pengalaman untuk mengerti. Hal an appropriately qualified Design Engineer.
ini hanya dapat dilakukan dengan petunjuk Akhli Tehnik Perencana yang cukup berpengalaman.
A.2.9.2 Methods of Analysis
A.2.9.2 Cara Analisa
A.2.9.2.1 Elastic Behaviour
A.2.9.2.1 Perilaku Elastis
If the lateral load resisting elements remain generally Bila elemen yang menahan beban lateral umumnya elastic under the design earthquake loads then the tetap elastis pada beban gempa rencana, maka elastic modal spectral analysis should be used.
harus digunakan analisa elastis modal spektral. Modal responses should be computed using the Respons modal harus dihitung dengan menggunakan design elastic response spectrum given in Section 2 respons spektra elastis yang diberikan dalam Bagian 2
(values of K h ). The total maximum responses should (nilai K h ). Jumlah respons maksimum harus dihitung
be computed using the square root of the sum of dengan menggunakan akar kwadrat dari jumlah dalam the squares method (Reference 3).
cara kwadrat tersebut (Pustaka C). A.2.9.2.2 Moderate Inelastic Behaviour
A.2.9.2.2 Perilaku Moderat Tidak Elastis If the overall structural displacement ductility
Bila faktor daktilitas untuk simpangan struktural factor, p, is less than 2.0 under the design earthquake, keseluruhan, p, adalah lebih kecil dari 2.0 pada the elastic response spectrum method given in sub- gempa rencana, cara respons spektra elastis yang
clause A.2.9.2.1 should be used by adopting diberikan dalam pasal A.2.9.2.1 harus digunakan equivalent overall stiffnesses and viscous damping dengan mengambil kekakuan ekuivalen keseluruhan values.
dan nilai redaman.
A.2.9.2.3 Inelastic Behaviour A.2.9.2.3 Perilaku Tidak Elastis If the overall structural displacement ductility
factor, P , exceeds 2, the inelastic time history keseluruhan, P , adalah melebihi 2, harus digunakan method, in which the response is computed using cara tidak elastis-analisa riwayat waktu, padamana
Bila faktor daktilitas untuk simpangan struktural
numerical integration, should be used. respons dihitung dengan menggunakan integrasi numerik.
A.2.9.3 Loading Directions
A.2.9.3 Arah Pembebanan
Dynamic analyses should be undertaken for the two Analisa dinamik harus dilakukan untuk dua arah principle horizontal directions. An analysis in the horisontal utama. Analisa dalam arah vertikal harus vertical direction should also be carried out on dilaksanakan juga pada jembatan yang mempunyai bridges that have prestressed superstructures likely to bangunan atas pratekan yang dapat mengalami
be damaged by upward forces. Loadings in different kerusakan akibat gaya keatas. Pembebanan dalam directions should not be combined.
arah berbeda tidak boleh dikombinasi.
A.2.9.4 Input Ground Motions
A.2.9.4 Masukan Gerakan Tanah
The input ground motion records used for time- Rekaman untuk masukan gerakan tanah yang history analyses should:
digunakan dalam analisa riwayat waktu harus: i.
contain at least 15 seconds, or five times the
meliputi paling sedikit 15 detik, atau lima kali fundamental period of the structure, of strong
i.
waktu getar alami fundamental struktur, dari waktu getar alami fundamental struktur, dari
goncangan tanah yang kuat.
ii. have ordinates not less than 90 % of the
mempunyai ordinat minimal 90 % dari spektr; design spectrum over the range of the first
ii.
rencana pada rangkaian tiga waktu getar alam three periods of vibration of the structure.
pertama dari struktur.
The bridge should be analyzed using two different Jembatan harus dianalisa dengan menggunakan duw input motions for each direction, the maximum masukan gerakan berbeda untuk setiap arah computed response being used for design. The input perhitungan respons maksimum digunakan untulo motions may be assumed to be in phase at the bases
perencanaan. Masukan gerakan dapat dianggar of all supports.
dalam tahap (fase) pada dasar semua perletakan.
A.2.9.5 Design Forces and Deformations
A.2.9.5 Gaye Dan Deformasi Rencana
A.2.9.5.1 Modal Spectral Analysis A.2.9.5.1 Analisa Modal Spektral The design forces and deformations obtained from a Gaya dan deformasi rencana yang diperoleh dar
modal spectral analysis should be compared with the analisa modal spektral harus dibandingkan dengar values obtained from the simplified Code methods. nilai-nilai yang diperoleh dari cara sederhana dalarr Tata
It is unlikely that there will be significant differences, but Cara. Biasanya tidak terdapat perbedaan besar, tetapi where a difference of more than 20 % occurs the bila terjadi perbedaan melebihi 20 9( maka harus reason should be investigated.
diperiksa sebabnya.
A.2.9.5.2 Time-History Analysis A.2.9.5.2 Analisa Riwayat Waktu (Time-history) The overall ductility demands computed from a time- Daktilitas keseluruhan yang dihitung dari analisa
history analysis should not be greater than the riwayat waktu, tidak boleh lebih besar dari faktor available structural displacement ductility factors. As a daktilitas simpangan struktural yang telah tersedia. guide, the overall structural displacement ductility Sebagai pedoman, faktor daktilitas simpangan factor should not exceed six, and individual member struktural keseluruhan tidak boleh melebihi enam, dan displacement ductilities should not exceed eight.
daktilitas simpangan komponen tersendiri tidak boleh melebihi delapan.
A.2.10 SEISMIC DISPLACEMENTS
A.2.10 SIMPANGAN SEISMIK
A.2.10.1 General
A.2.10.1 Umum
Consideration should be given to the displacements Pertimbangan harus diberikan untuk simpangan akibat induced by response of the foundation-pier-
respons sistem pondasi-pilar-bangunan bawah terhadap substructure system to earthquake motions. The
gerakan gempa. Akibat dari simpangan tanah relatip consequences of relative ground displacements antara tumpuan perlu diperiksa juga. between supports shou
ld also be investigated.
A.2.10.2 Simpangan Respons
A.2.10.2 Displacement Response Bila sistim struktural seismik dapat disimulasi dengan
Where the seismic structural system can reasonably wajar sebagai suatu bandul getar sederhana dengan
be simulated as a single degree of freedom oscillator, derajat kebebasan tunggal, simpangan seismik the maximum seismic displacement of the centre of
maksimum dari pusat massa, dalam mm, dapat mass, in mm, can be approximated by the following,
diperkirakan sebagai berikut, berdasarkan rumus based on a relationship given in Reference C:
yang diberikan dalam Pustaka C: yang diberikan dalam Pustaka C:
dengan:
' h = approximate maximum s e i s m i c ' h = perkiraan simpangan seismik maksimum
displacement of the centre of mass (mm); dari pusat massa (mm) K h = horizontal seismic coefficient given in
K h = koefisien seismik horisontal yang diberikan Section 2;
dalam Bagian 2
= the fundamental period of vibration of the
= waktu getar alami fundamental dari struktur structure in bending.
dalam lentur
The displacement, ' h , shall be taken in the direction Simpangan, ' h ,harus diambil dalam arah untuk
for which K h , and T have been computed. mana K h , dan T diperhitungkan. For spans longer than 200 m consideration should
be given to the possibility of relative displacements of Untuk bentang diatas 200m, pertimbangan perlu piers due to out of phase ground movements.
diberikan akan kemungkinan simpangan relatip dari pilar akibat gerakan tanah diluar tahap (fase).
A .3 GENERAL DESIGN
PERSYARATAN REQUIREMENTS
A .3
PERENCANAAN UMUM
A.3.1 STRUCTURAL INTEGRITY AND
A.3.1 INTEGRITAS STRUKTURAL DAN PROVISION OR DISPLACEMENTS
PERLENGKAPAN TERHADAP SIMPANGAN
A.3.1.1 Horizontal Linkages
A.3.1.1 Hubungan Horisontal
Structural integrity can only be maintained if extreme Integritas struktural hanya dapat dipelihara bila displacements are controlled to prevent any span simpangan yang berlebih dikendalikan untuk mencegah elements from dropping from their supports. Positive jatuhnya elemen bentang dari tumpuan. Hubungan longitudinal linkage should be provided between adjacent longitudinal positip harus diadakan antara bagian-bagian sections of the superstructure at supports and hinges, bangunan atas yang berdekatan pada tumpuan dan and between superstructures and their pier supports. sendi, dan antara bangunan atas dan tumpuan pada These linkages should be capable of transmitting tension pilar. Hubungan-hubungan ini
harus mampu forces as well as compressive forces.
menyalurkan gaya-gaya tarik maupun gayagaya tekan. Where possible, the superstructure should be designed Bila mungkin, bangunan atas harus direncanakan
to be continuous or linked together at pier supports with a sebagai menerus atau dihubungkan menjadi bersatu hinged linkage slab (normally as part o f the deck). An pada tumpuan pilar dengan suatu pelat hubungan sendi example of such a hinged slab, which causes negligible (umumnya sebagai bagian dari pelat lantai). Suatu secondary bending moments, is shown in Figure A.3, contoh pelat hubungan sendi, yang menyebabkan from References A and B.
momen lentur sekunder yang dapat diabaikan, diberikan dalam Gambar A.3, dari Pustaka
A dan B.
Figure A.3 Link Slab Gambar A .3
Pelat Hub ungan Sendi