Beberapa dosen IAIN Jogjakarta berpartisipasi bahkan ada yang ikut menulis buku apa yang mereka beri judul

7. Beberapa dosen IAIN Jogjakarta berpartisipasi bahkan ada yang ikut menulis buku apa yang mereka beri judul

Negara Tuhan; The Thematic Encyclopaedia, SR-Ins Publising, Jogjakarta, 2004. Buku itu dalam pengantarnya beberapa kali ditegaskan bahwa isinya ilmiah. Bahkan dengan bangganya dicantumkan syair sebagai penutup iftitahnya:

“Sesungguhnya meski saya bukanlah yang pertama memulainya, tapi saya yakin dapat menghadirkan sesuatu yang tidak pernah dihadirkan oleh mereka para pendahulu.” (halaman xiv).

Ada pula klaim yang ditulis dalam iftitahnya: “Betapapun, ini semua merupakan ijtihad ilmiah SR-Ins yang jika benar (As-Sawab) akan mendapatkan profit dua poin (Ajrani) dan seandainya salah maka satu poin mujahadah ilmiah (lahu Ajrun) telah terkantongi.” (halaman xiv).

Yang perlu dipertanyakan kepada mereka, apakah benar ini ilmiah, ijtihad, dan akan mengantongi pahala (ajrun)? Sebab ada ungkapan yang kemungkinan sekali merusak itu semua, di antaranya apa yang ditulis dalam Iftitah: “Meski kami yakin bahwa Tuhan kami sangat dan pasti mempunyai kemampuan untuk memaksa hamba-Nya, namun jika kemudian ada pemaksaan nilai-nilai kultur suatu bangsa misalnya pengharusan pakaian khas Arab yang bernama “Jubah dan Surban” untuk menggantikan “Sorjan dan Blangkon” Jogja atas nama “Tuhan”, maka kami akan mengadakan “kudeta teologis” dan menggantinya dengan Tuhan yang baru.” (halaman x-xi).

Saya tidak mampu mengomentari perkataan semacam itu kecuali hanya ingat ayat tentang celoteh orang kafir di akherat ketika menghadapi siksa Allah swt:

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah". (QS An-Naba’: 40).

Setahu saya, dosen IAIN Jogjakarta yang ikut menulis dalam buku itu belum pernah memakai sorjan atau blangkon Jogjakarta, padahal saya selama lima tahun bergaul dengannya. Di samping itu, ketika budaya barat yang mengumbar aurat telah membabat kain panjang pakaian wanita Jogja dengan pengaruh budaya orang bule dan ditirukan masyarakat, belum pernah ada protes dari para penulis buku Negara Tuhan itu untuk mengganti orang-orang bule dengan orang bule baru. Kata-kata “Tuhan yang baru” itu sendiri adalah sangat rawan dalam aqidah. Tapi ya sudah, itulah mutu orang- orang yang mengaku ilmiah, ijtihad, dan mengantongi pahala satu yang mereka sebut profit.

8. Dalam hal kristenisasi, buku Jihad Kristen karangan Pendeta Dr Josias L Lengkong M.TH, di antaranya ada salah satu kesimpulan dalam bentuk usulan yang bunyinya sebagai berikut: “Umat Islam dan Kristen perlu memikirkan 8. Dalam hal kristenisasi, buku Jihad Kristen karangan Pendeta Dr Josias L Lengkong M.TH, di antaranya ada salah satu kesimpulan dalam bentuk usulan yang bunyinya sebagai berikut: “Umat Islam dan Kristen perlu memikirkan

Ajakan pendeta Kristen itu ternyata diamini oleh tokoh Islam dan disalurkan lewat makalah seminar 3 April 2004 yang diadakan oleh Pusaka di Padang (yang dibiayai lembaga orang kafir dari Amerika, The Asia Foundation) yaitu Dr H Saifullah SA, MA, Dosen Pasca Sarjana IAIN Padang, alumni IAIN Jakarta, dalam makalahnya berjudul Jihad Islam, ia menulis: “Saya mendukung deklarasi pembentukan “Mujahidin Nusantara” yang menggabungkan antar komunitas dan etnis serta agama yang hidup di Indonesia.”

Komentar kami, kalau pendeta telah mengaburkan makna Jihad dalam Islam, lalu mengajak umat Islam untuk membentuk wadah jihad model pemahaman yang sudah diubah-ubah itu, kemudian tokoh Islam mengamininya, maka Islam ini dianggap sebagai apa? Apakah Islam ini sekadar barang mainan?

Dalam hal mengacak-acak Islam, ada yang lebih gila lagi. Journal Relief terbitan UGM (yang advisornya Achmad Mursyidi, dibiayai pula oleh The Asia Foundation) menyebarkan faham yang sangat memurtadkan, ditulis di cover belakang majalah/journal Relief kutipan pernyataan seorang dosen IAIN Jogjakarta:

“…kenapa kita ribut menyalahkan orang ateis bahwa ateis adalah musuh orang ber-Tuhan. Padahal Tuhan sendiri ateis. Ia tidak ber-Tuhan.” (cover belakang Majalah Relief, vol 1, No 2, Yogyakarta, Mei 2003).

Ungkapan itu bertentangan dengan firman Allah: