Anak di luar nikah yang diketahui secara pasti ayah biologisnya tetap mendapatkan hak warisan dari ayahnya (pasal 16 ayat 2).

3. Anak di luar nikah yang diketahui secara pasti ayah biologisnya tetap mendapatkan hak warisan dari ayahnya (pasal 16 ayat 2).

Dalam pembahasan di kelompok Kajian Islam Cibubur di Pesantren Husnayain Jakarta, Februari 2005, Adian Husaini selaku pembicara menegaskan, Draft Counter Legal Kompilasi Hukum Islam susunan Siti Musdah Mulia dan kawan-kawannya di Departemen Agama RI itu adalah salah satu produk dari pemahaman yang menggunakan hermeneutika sebagai pendekatannya. Umat Islam bahkan MUI (Majelis Ulama Indonesia) menentang Draft KHI itu karena jelas-jelas bertentangan dengan Islam.

Maka seharusnya umat Islam dan MUI lebih manentang lagi kepada sumbernya yang mengakibatkan adanya produk itu, yaitu hermeneutika. Jadi umat Islam perlu menentang diajarkannya hermeneutika di UIN dan IAIN, apalagi di pesantren, karena jelas hasilnya mesti akan merusak hukum Islam, dan sudah terbukti adanya draft KHI yang sampai mengenakan ‘iddah bagi laki-laki, tandas Adian di depan para kiai, aktivis, dan wartawan serta penulis Muslim.

Gatoloco Lama dan Baru

Yang nyeleneh-nyeleneh di UIN, IAIN, STAIN, Departemen Agama, LSM-LSM dan bahkan pesantren- pesantren kini sudah mubal (banyak sekali). Kalau dulu yang nyeleneh dan merusak Islam itu adalah orientalis- orientalis kaki tangan penjajah, dan juga orang-orang kafir anti Islam model Gatoloco dan Darmogandul di Jawa (Solo-Jogja), namun kini orientalis plus Gatoloco itu sosok-sosoknya adalah professor-profesor, doctor- doktor di perguruan tinggi Islam. Kiai-kiai di pesantren. Tokoh-tokoh Islam di departemen atau lembaga atau organisasi Islam, dan sosok-sosok terdidik di kampus-kampus. Hingga misi penjajah serta kafirin model Gatoloco tersalur lewat departemen, lembaga pendidikan tinggi Islam, pesantren, dan organisasi-organisasi Islam.

Bedanya, Gatoloco dan Darmogandul dulu menyembunyikan namanya, hanya melontarkan hujatan dan pelecehan terhadap Islam dengan sikap kekafirannya. Sedang Gatoloco model sekarang, mereka justru memampangkan namanya disertai gelar-gelarnya/ titelnya, lalu nyadong/ minta jatah dana ke lembaga kafir, kemudian mengacak-acak Islam dengan suara-suara nyelenehnya model Gatoloco.

Gatoloco bilang anjing dan babi yang dibeli dengan duit sendiri lebih halal dibanding kambing curian, mereka juga ada yang bilang anjing, contohnya mahasiswa Filsafat Ushuluddin IAIN Bandung, mengomandoi mahasiswa baru agar berdzikir dengan ucapan Anjing hu akbar.

Gatoloco bilang anjing dan babi halal, maka Dr Siti Musdah Mulia di Departemen Agama bersama orang- orang liberal dari UIN, IAIN, dan lainnya 27 orang mengomandoi nikah beda agama halal.

Gatoloco bilang Mekkah artinya mekakah (wanita melebarkan kakinya waktu mau disetubuhi lelaki), Taufiq Adnan Amal dosen IAIN Makassar dan Ulil Abshar Abdalla kordinator JIL (Jaringan Ilam Liberal) bilang ayat Innad diena ‘indallahil Islam itu ditemukan lafal lain yang lebih cocok dengan zaman sekarang yaitu Innad diina ‘indallohil hanifiyyah.

Gatoloco dan Darmogandul bilang hukum Islam dipakai orang Islam yang hatinya pahit asin, Nurcholish Madjid bilang fiqh Islam tak memadai lagi, perlu hukum lain yang bisa mencakup kepentingan seluruh orang.

Gatoloco bilang anjing dan babi yang dibeli dengan duit sendiri lebih halal dibanding kambing curian, Abdul Munir Mulkhan wakil rector UIN Jogjakarta dan petinggi Muhammadiyah bilang kalau yang masuk surga itu orang tertentu (Islam) saja maka akan kesendirian dan tidak krasan di sana. (dua-duanya pernyataan kacau).

Gatoloco tak percaya akherat, Harun Nasution direktur pascasarjana IAIN Jakarta dulu tak percaya qodho dan qodar sebagai rukun iman, dan tak percaya siksa pada jasad di akherat, hingga dibantah keras oleh Prof HM Rasjidi, bahwa itu mengikuti filosof (yang telah dikafirkan ulama).

Gatoloco menolak Islam, menolak Al-Qur’an, menolak hadits, mencela adzan; Syafi’i Maarif, Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Azyumardi Azra, Muslim Abdurrahman, Masdar F Mas’udi, Hasyim Muzadi, Ulil Abshar Abdalla dan orang-orang yang terdaftar di bab sosok-sosok nyeleneh di buku ini cukup dengan ramai- ramai pakai gayanya sendiri-sendiri menolak penerapan syari’at Islam. Bedanya, Gatoloco memang jelas- jelasan anti Islam dan menolak Islam terang-terangan sebagai non Islam, sedang tokoh-tokoh Gatoloco generasi baru ini mengaku diri mereka muslim.

Gatoloco sinis terhadap Islam dan Muslimin dengan perkataan-perkataan yang sangat jorok lagi porno; para penolak syari’at Islam itu sinis pula kepada orang yang tsiqqoh (teguh) atau istiqomah dengan Islamnya pakai perkataan yang dibuat-buat, misalnya: Bila diterapkan syari’at Islam maka yang terjadi bukan persatuan tapi persatean (ini kata Syafi’I Ma’arif ketua Muhammadiyah). Bila syari’at Islam ditegakkan maka korban pertama adalah perempuan (ini kata orang-orang Jil –Jaringan Islam Liberal dan disebarkan, dengan nama Muslim Abdurrahman, dibela pula oleh Ulil Abshar Abdalla ketika berhadapan dengan penulis di Al-Azhar Kebayoran Baru, tahun 2002 ).

Gatoloco mengacak-acak Islam dengan menghinakannya pakai buku sederhana Suluk Gatoloco Serat Darmogandul tanpa nama penulisnya dan dicetak di Penerbit Sadu Budi, Solo Jawa Tengah, tahun 1952 berbahasa Jawa kuno; oknum-oknum IAIN, UIN, JIL, Depag RI, dan orang-orang liberal lainnya membuat buku-buku yang membahayakan bagi Islam dengan kemasan lux dibiayai lembaga kafir, biasanya. Sebagian ada yang diberikan gratis kepada relasi mereka. Bahkan kalau Departemen Luar Negeri Amerika mengirimkan buku-buku berbahasa Indonesia sampai ke pelosok-pelosok, di mana ada pesantren maka dikirimi buku-buku Amerika.

Buku-buku yang Membahayakan

Dalam hal buku, pengarangnya, serta latar belakang dan misi perusakan Islam, untuk mencocokkan perkatan Adnin Armas yang mengutip perkataan Prof Naquib Al-Atas bahwa Harun Nasution adalah orang yang duduk manis di depan gurunya yaitu para orientalis di Mc Gill University di Canada, perlu disimak kembali bukti berikut ini: