Kedekatan Rumpun Bahasa

3) Kedekatan Rumpun Bahasa

Rumpun bahasa adalah sekumpulan bahasa-bahasa yang mempunyai perintis yang sama yaitu bahasa purba dari rumpun tersebut. Bahasa-bahasa serumpun, memiliki keterhubungan atau keterikatan dengan karakteristik bahasa-bahasa tersebut. Sebagian besar bahasa-bahasa di bumi adalah anggota dari sebuah rumpun bahasa, namun demikian ada juga bahasa-bahasa yang keterhubungannya dengan bahasa lain tidak diketahui atau dipertentangkan.

Bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Melayu- Polinesia atau Austronesia (Bloomfield, 1958:71). Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek dari bahasa Melayu Riau. Bisa dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu. Bahasa lain yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia adalah bahasa Melayu, bahasa daerah di Indonesia (bahasa Jawa, Sunda, Batak, Aceh, Makassar, Dayak, Bugis, Bali, dan lain-lain), bahasa Tagalog, bahasa Madagaskar, dan bahasa Hawai.

Mahasiswa-mahasiswapenutur bahasa asing dalam penelitian ini berasal dari berbagai negara dan bahasa pertama

commit to user

(Melayu-Polinesia). Bahasa pertama ini berpengaruh terhadap pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mereka karena mereka akan menggunakan struktur kalimat bahasa pertama mereka untuk menjelaskan apa yang mereka maksud dalam karangan (Edelsky dalam Krapels, 1997: 45). Bahasa pertama mahasiswa penutur bahasa asing antara lain: bahasa Vietnam, bahasa Thai, bahasa Turki, bahasa Tajik, bahasa Turkmen, bahasa Uzbek, bahasa Slowakia, bahasa Serbia, bahasa Persia, bahasa Jepang, bahasa Burma (Myanmar), bahasa Tetun, dan bahasa Lesotho.

Dari sekian bahasa pertama mahasiswa-mahasiswa penutur bahasa asing, hanya bahasa Thai lah yang memiliki kedekatan rumpun bahasa dengan bahasa Indonesia. Itulah sebabnya, mahasiswa dari Thailand bisa membuat kalimat yang lebih kompleks, tetapi struktur kalimatnya benar dan hanya memiliki sedikit kesalahan penulisan.

Berbeda dengan mahasiswa dari negara lain,mereka membuat kalimat singkat dan sederhana yang masih terdapat kesalahan penulisan struktur kalimat. Kesalahan penulisan tersebut dipengaruhi oleh bahasa pertamanya. Mereka menggunakan struktur kalimat bahasa pertama mereka untuk menjelaskan apa yang mereka maksud dalam karangan. Padahal, bahasa ibu dan bahasa kedua yang dipelajari memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Hal ini dijelaskan oleh Bley-Vorman bahwa pada kenyataannya bahasa pertama dan bahasa kedua benar-benar berbeda (1997: 42). Sejalan dengan pendapat Raimes bahwa menulis dalam bahasa kedua itu berbeda dengan menulis dalam bahasa pertama (Krapels, 1997: 45).

Perbedaan struktur bahasa ini juga diakui mahasiswa penutur bahasa asing sebagai salah satu kendala dalam penguasaan

commit to user

Allamyrat, Ahunberdi). Terutama dalam hal pemakaian afiks dan penulisan struktur kalimat. Hal tersebut juga dirasakan sebagai salah satu kendala oleh Bapak Kundharu dan Ibu Sumarwati selaku dosen pengajar BIPA. Berdasarkan hasil wawancara, mahasiswa penutur bahasa asing kerap menulis apa yang mereka tahu dalam bahasa pertamanya, sehingga seringkali Bapak Kundharu dan Ibu Sumarwati memberikan masukan tentang penulisan yang benar.

Sementara itu, kegiatan menulis dengan bahasa Indonesia bukan merupakan suatu hal yang sulit bagi mahasiswa asal Timor Leste. Hal ini berkaitan dengan sejarah Timor Leste yang dulu pernah bergabung menjadi provinsi termuda ke-27 pada tahun 1976, sebelumnya akhirnya memutuskan untuk memerdekakan diri pada tanggal 30 Agustus 1999. Bergabungnya Timor Leste dengan wilayah Indonesia pada masa itu membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi di sana. Masyarakat Timor Leste menggunakan bahasa Indonesia pada semua kepentingan, baik politik, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling banyak dimengerti oleh masyarakat Timor Leste, selain bahasa Tetun (dialek Timor Leste), dan bahasa Portugis (Prabowo, 2012).

Setelah Timor Leste memerdekakan diri, bahasa Indonesia memang bukan lagi menjadi bahasa resmi di sana. Bahasa resmi Timor Leste adalah bahasa Portugis. Walaupun demikian, bahasa Indonesia masih termasuk bahasa penting di Timor Leste. Orang- orang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan dan bahasa bisnis. Selain itu, banyak pula dosen yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar perkuliahan dan menuntut mahasiswanya untuk menulis tugas akhir menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, ketika orang-orang tidak tahu istilahnya dalam bahasa Portugis atau bahasa Tetun,

commit to user

lebih mudah dan sederhana. Bahasa Portugis, walaupun menjadi bahasa resmi di Timor Leste, hanya sedikit orang yang menguasai bahasa ini dengan baik. Lain halnya dengan bahasa Indonesia yang sejatinya bukan merupakan bahasa resmi, tetapi banyak dikuasai oleh sebagian masyarakat Timor Leste. Tidak heran apabila Agapito Tilman, mahasiswa asal Timor Leste ini, bisa menulis karangan menggunakan bahasa Indonesia secara tepat, baik dari ejaan, kosakata, dan struktur kalimatnya.