Rol penarik Pada tahun 1987 Kusters memperkenalkan teknologi baru pada mesin

6. Rol penarik Pada tahun 1987 Kusters memperkenalkan teknologi baru pada mesin

penyempurnaan tekstil yang semula ditujukan untuk proses pemasakan dan pengelantangan secara simultan. Teknologi ini, mereka menyebutnya fexnip, memungkinkan penambahan larutan dalam jumlah besar secara merata, terkontrol dan reproducible pada dua sisi kain yang dikerjakan dalam keadaan basah (wet/wet treatment) tanpa resiko terjadinya pengenceran karena pertukaran larutan seperti sering terjadi pada sistem perendaman perasan konvensional. Konstruksinya juga memungkinkan tercapainya perbedaan konsentrasi yang tinggi antara larutan pada bak perendaman dan yang terdapat pada kain, sehingga difusi larutan dapat berlangsung jauh lebih cepat, yaitu hanya sekitar 10 detik. Dalam perkembangan selanjutnya teknologi ini juga dimanfaatkan untuk perendamperasan pada proses penyempurnaan lainnya, termasuk merserisasi. Dengan teknologi ini pemakaian zat-zat kimia dapat dikurangi secara signifikat sehingga tingkat pencemaran lingkungan pun menjadi lebih rendah dibandingkan sistem konvensional. Proses merserisasi yang menggunakan teknologi ini sering pula disebut ecomerce, yaitu proses merserisasi ramah lingkungan.

Merserisasi kain rajut semula dianggap terlalu suit karena kondisinya yang paling bertentangan. Penarikan pada merserisasi yang diyakini sebagai bagian untuk mendapatkan kilau, dapat mengakibatkan turunnya elastisitas dan kestabilan dimensi kain rajut sehingga perkembangannya sedikit terhambat dan tidak sepesat proses untuk kain tenun. Baru pada awal tahun 1970-an beberapa teknik secara serius mulai dikembangkan untuk merserisasi kain rajut pada mesin tanpa rantai dengan memanfaatkan peralatan pengontrol dengan tegangan ataupun dengan ban bejana (convenyor belt) sebagai pengantar kain.

Masalah lainnya adalah bekas lipatan bersifat permanen pada hasil merserisasi kain rajut budnar (tubular). Cara yang selama ini dilakukan adalah memotong/membelah kain tersebut agar dapat diproses dalam bentuk lebar agar tidak meninggalkan bekas lipatan. Ini pun ternyata belum menyelesaikan masalah karena berbedaan friksi antara kain dan rol pengantar di bagian tengah dan pinggir menimbulkan perbedaan kerapatan jenis jeratan ke arah lebar kain yang dapat mengakibatkan timbulnya belang pada pencelupan. Untuk mengatasi masalah tersebut dua perusahaan pembuat mesin tekstil Jepang, Toyobo-Oshima dan Sando Iron Works, melakukan terobosan cemerlang dengan menciptkan mesin merserisasi yang dilengkapi penyembur udara berkekuatan tinggi (air jet) untuk menggelembungkan kain selama proses penstabilan sehingga terbebas dari bekas lipatan dan ketidakrapatan Masalah lainnya adalah bekas lipatan bersifat permanen pada hasil merserisasi kain rajut budnar (tubular). Cara yang selama ini dilakukan adalah memotong/membelah kain tersebut agar dapat diproses dalam bentuk lebar agar tidak meninggalkan bekas lipatan. Ini pun ternyata belum menyelesaikan masalah karena berbedaan friksi antara kain dan rol pengantar di bagian tengah dan pinggir menimbulkan perbedaan kerapatan jenis jeratan ke arah lebar kain yang dapat mengakibatkan timbulnya belang pada pencelupan. Untuk mengatasi masalah tersebut dua perusahaan pembuat mesin tekstil Jepang, Toyobo-Oshima dan Sando Iron Works, melakukan terobosan cemerlang dengan menciptkan mesin merserisasi yang dilengkapi penyembur udara berkekuatan tinggi (air jet) untuk menggelembungkan kain selama proses penstabilan sehingga terbebas dari bekas lipatan dan ketidakrapatan

Mesin memiliki dua penyembur udara, masing-masing untuk penstabilan dan pengeringan. Kain mula-mula dilewatkan pada larutan soda kostik melalui serangkaian rol-rol pengantar, lalu diperas dan langsung masuk ke bagian penstabilan, dimana kain digelembungkan dan disemprot dengan air untuk menghilangkan kandungan soda kostiknya. Selanjutnya kain masuk ke bagian pengeringan dan dikeluarkan melalui plaiter.

Kcterangan: A. Impregnasi NaOH B,

1'cnstithilan/pencuPisr. C. Pengeringan ''